LONDON, KOMPAS.com - Seorang pensiunan terpaksa naik bus sepanjang hari karena tak mampu membayar listrik untuk menghangatkan rumahnya, saat udara dingin masih terasa di Inggris sementara harga energi terus melonjak akibat perang Rusia Ukraina.
Good Morning Britain adalah yang pertama mengungkap kisah seorang pensiunan bernama Elsie, yang biaya energi di kondominiumnya telah meningkat dari 17 poundsterling (Rp 306.651) menjadi 85 poundsterling (Rp 1,5 juta) per bulan.
Untuk dapat menggunakan tiket akses bebas bus (kartu kebebasan) fasilitas dari pemerintah, Elsie terpaksa meninggalkan rumah lebih awal.
Dengan begitu, dia bisa tetap berada di bus sepanjang hari dan menghindari penggunaan energi di rumah.
Baca juga: Tekan Rusia, Warga Jerman Diminta Hemat Energi
Tak hanya harus mengurangi beban penggunaan energi, Elsie kehilangan berat badan, setelah mengurangi ongkos makan dengan hanya makan satu kali sehari.
Untuk lebih berhemat, nenek itu hanya berbelanja di sore hari ketika barang-barang “stiker kuning” yang lebih murah mulai dijual.
Bagi para tunawisma muda di ibu kota Inggris menaiki bus malam dengan rute yang panjang tapi murah, telah lama menjadi cara informal untuk memastikan mereka memiliki tempat untuk tidur, setidaknya selama beberapa jam setiap hari.
Tetapi sistem transportasi umum Inggris tidak terlalu populer sebagai sarana yang menawarkan “layanan ruang tamu bergerak” untuk pensiunan.
Kisah Elsie yang diulas Guardian, hingga Daily Mail, kini menjadi simbol kuat krisis biaya hidup di Inggris.
Wanita berusia 77 tahun itu terpaksa mencari cara termurah untuk tetap hangat, yakni dengan mematikan pemanas, meninggalkan rumah dan naik bus sepanjang hari menggunakan kartu bebas pensiunannya.
Baca juga: Ingin Lepas dari Migas Rusia, Uni Eropa Targetkan Lebih Banyak Energi Terbarukan
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.