Lingkaran inti Zelensky:
— Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) March 9, 2022
1. Ka Staf Kepresidenan, Yemark, produser film komedi;
2. Ka Admin. Kepresidenan, Bodin, pengacara bisnis hiburan;
3. Ka penasihat presiden, Sheffey, penulis komedi;
4. Bakanov, Waka Badan Intelijen Ukr, bos perusahaan film komedi
Perbincangan tentang Presiden Putin pun, katanya, sangat dominan atau mencapai 94 persen oleh pengguna TikTok di Indonesia.
"Demikian halnya di Instagram, kecenderungan pengguna media sosial untuk memperbincangkan Putin cenderung dominan dibandingkan Zelensky sebesar 74 persen."
Pemantauan Evello, percakapan atas perang Rusia-Ukraina bersifat alami. Para pengguna yang menyatakan dukungannya terhadap Rusia dan Putin pun tidak ada yang dimotori oleh pendengung ataupun akun-akun palsu.
"Tidak ada akun bot yang bertebaran," tegas Dudy.
Baca juga: Perang Rusia Vs Ukraina: Kenapa China Abstain di PBB, Bakal Serang Taiwan Juga?
Peneliti Studi Rusia dan Eropa Timur di Hubungan Internasional Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Radityo Dharmaputra, mengatakan, ada empat faktor mengapa warganet Indonesia pro terhadap Rusia.
Sejak lama, katanya, publik Indonesia memiliki sikap politik yang anti-Amerika Serikat atau anti-Barat terutama setelah perang melawan terorisme.
Hanya saja, ketika media sosial belum populer, tidak banyak yang menunjukkan sikap tersebut secara terbuka semisal dengan aksi demonstrasi.
"Sekarang era media sosial, begitu ada berita, perasaan itu lebih mudah muncul dan langsung diutarakan," terang Radityo kepada Quin Pasaribu yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (14/3/2022).
Akan tetapi ,invasi Rusia ke Ukraina dipotret oleh publik Indonesia sebagai Rusia melawan Amerika Serikat atau NATO.
"Ukraina-nya jadi tidak penting."
Kondisi seperti itu, jelas Radityo, membuat masyarakat Indonesia seolah-olah berpihak pada Rusia. Padahal, menurutnya, tidak peduli siapa pun yang berseberangan dengan Amerika Serikat maka akan didukung.
"Jadi dukungan (ke Rusia) lebih ke situ. Perasaan bahwa AS dan Barat sudah semena-mena terutama kepada negara Islam. Sehingga, jika ada yang berani melawan AS dan Barat, mereka (publik Indonesia) mendukung."
Faktor kedua karena sosok Presiden Vladimir Putin yang dinilai tegas.
Rakyat Indonesia, menurut Radityo, mudah terkesima dengan penampilan pemimpin yang tegas dan kuat karena mengingatkan citra itu pada mantan Presiden Sukarno.
"Apalagi romantisme dengan masa lalu Sukarno yang tegas anti-Barat sangat dominan. Image Putin terlihat seperti itu di mata masyarakat Indonesia. Apalagi dia mantan intelijen. Sementara Zelensky, komedian."
Baca juga: Rusia Serang Ukraina, Kenapa Indonesia Tidak Menyebut Invasi?
Hal lain, didorong oleh sentimen agama.
Meskipun di masa lalu Uni Soviet pernah menyerang Afghanistan, Suriah, dan Chechnya, tetapi kini Rusia--melalui diplomasi publik--mampu mengubah pandangan dari musuh menjadi sahabat kaum Muslim.
Di Rusia, katanya, Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks. Bangunan masjid didirikan di banyak tempat.