JOHOR BAHRU, KOMPAS.com – Najib Razak kembali perkasa di kancah perpolitikan Malaysia. Walau telah divonis hukuman penjara 12 tahun, mantan perdana menteri Malaysia itu malahan semakin populer.
Penasihat koalisi Barisan Nasional (BN) itu berhasil memimpin BN meraih dua kemenangan telak di pemilu parlemen negara bagian Melaka dan Johor.
Ke mana-mana dia berkunjung, rakyat Malaysia khususnya pemilih suku Melayu di daerah rural atau pedesaan menyambutnya dengan hangat.
Baca juga: Najib Razak Makin Aktif, Akankah Comeback ke Politik Malaysia?
Menggunakan panggilan populer “Bossku”, Najib Razak diserbu pendukungnya untuk duduk bersama atau nongkrong di pasar dan kedai kopi.
“Saya belum menggelar survei, namun saya sangat yakin rakyat Malaysia merindukan saya sebagai perdana menteri” ucap Najib Razak di Johor Bahru dikutip dari The Vibes Malaysia saat mengomentari kemenangan telak BN, Sabtu (12/3/2022).
Politisi berusia 68 tahun itu juga menanggapi kebingungan rival politiknya yaitu mantan perdana menteri Muhyiddin Yassin yang heran dengan antusiasnya rakyat ingin bertemu Najib Razak yang berstatus pesakitan.
“Tanya sendiri kepada rakyat Malaysia. Jika Muhyiddin ingin tahu mengapa saya populer, dia dapat bertanya kepada rakyat.” lanjutnya.
Suami Rosmah Mansor itu juga mengeklaim ekonomi Malaysia makmur di bawah pemerintahannya.
Baca juga: PM Malaysia Bertemu Najib Razak, Netizen Gelisah
Desas-desus mengenai ambisi comeback politik Najib Razak semakin kencang berembus di Malaysia.
Sumber internal partai UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu) menyebutkan, Najib Razak berencana merebut kembali posisi presiden UMNO yang pernah dipegangnya ketika menjadi orang nomor satu "Negeri Jiran” dari 2009 hingga 2018.
Pengaruh politiknya di internal UMNO tetap kuat dan tidak tergoyahkan, terbukti dari keberhasilan faksi pimpinannya menggulingkan Muhyiddin.
Najib Razak dan faksinya sedang mendorong agar pemilu dini parlemen federal atau Dewan Rakyat segera digelar tahun ini memanfaatkan momentum kemenangan besar BN.
Jika Barisan Nasional menang telak dengan meraih mayoritas lebih dari dua pertiga, muncul kekhawatiran Najib akan menerima hukuman yang lebih ringan atau bahkan kasus hukumnya dihentikan.