Menanggapi berbagai laporan bahwa senjata-senjata itu sedang digunakan untuk menghancurkan kendaraan lapis baja dan pesawat tempur Rusia, Wallace berkata, "Kami punya bukti anekdot untuk memverifikasi itu".
Baca juga: Presidensi G20 Indonesia Tetap Fokus ke Agenda di Tengah Konflik Rusia-Ukraina
Sebagian besar negara baru mulai mengirim persenjataan setelah invasi Rusia dimulai.
Secara keseluruhan, terdapat 14 negara yang memasok ribuan senjata anti-tank, termasuk Swedia dan Finlandia, walau keduanya punya sejarah sebagai negara netral dan bukan anggota NATO.
Jerman telah memasok 1.000 senjata anti-tank dan 500 rudal Stinger. Negara-negara Balkan juga memasok ribuan senjata, termasuk rudal Stinger dan rudal Javelin, salah satu senjata anti-tank paling efektif di dunia dengan jangkauan 2,5 km.
Ukraina mengeklaim telah sukses menghancurkan sejumlah tank T-72 milik Rusia.
Pasokan senjata baru-baru ini mencakup puluhan ribu senapan serbu, senapan mesin, ranjau anti-tank, dan ratusan ton amunisi. Turut disediakan pula lapisan baja pelindung tubuh, helm, dan persediaan obat-obatan.
Baca juga: Rangkuman Hari ke-15 Invasi Rusia ke Ukraina, Moskwa Serang RS, Kontraksi Perdagangan Global
Bagaimana pasokan senjata bisa mencapai Ukraina?
Inggris mengatakan sedang "memfasilitasi" pengiriman senjata-senjata ini. Namun, para pejabat dari negara-negara Barat tidak memberikan rincian bagaimana pasokan senjata bisa mencapai pasukan Ukraina.
Bukan rahasia bahwa selagi operasi militer Rusia berfokus ke bagian timur Ukraina, aliran orang dan barang dari bagian barat terus berlanjut via negara-negara tetangga.
BBC telah berbincang dengan Kementerian Pertahanan Estonia, Swedia, dan Denmark. Ketigannya mengonfirmasi pengiriman senjata mereka terlacak dan berhasil mencapai Ukraina baru-baru ini.
Baca juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, Apakah Berujung Transisi Energi Terbarukan?
Lantas seberapa berpengaruhnya pasokan senjata dari Barat?
Persenjataan dari negara-negara Barat bisa berpengaruh, tapi hanya jika Ukraina punya pasukan yang mampu menggunakannya.
Justin Bronk, seorang peneliti kekuatan udara di lembaga kajian Royal United Services Institute, menjelaskan, kemampuan Ukraina untuk mempertahankan sistem pertahanan udara buatan era Soviet yang punya daya jangkau lebih jauh, memaksa pesawat-pesawat Rusia terbang rendah.
Tapi manuver ini justru membuat mereka lebih mudah kena hantam rudal pasokan Barat yang punya daya jangkau lebih pendek.
Baca juga: Bertemu Kali Pertama sejak Invasi, Menlu Rusia-Ukraina Gagal Capai Terobosan
Tanpa sistem pertahanan udara dengan daya jangkau lebih jauh, pesawat-pesawat Rusia dapat terbang lebih tinggi guna menghindari sistem pertahanan udara dengan daya jangkau pendek.
Sementara itu, negara-negara Barat tengah mempertimbangkan untuk meningkatkan pasokan senjata ke Ukraina. Peluang sebelum Rusia memotong pasokan persenjataan boleh jadi lebih terbatas.
Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken telah berdiskusi dengan Polandia mengenai opsi pengiriman pesawat-pesawat Mig buatan Rusia ke Angkatan Udara Ukraina. Namun, kalaupun itu bisa dilakukan, Ukraina perlu waktu untuk melatih pilot-pilotnya menerbangkan pesawat tersebut.
Singkat kata, pasokan persenjataan dari negara-negara Barat terbukti membantu Ukraina, tapi Ukraina masih perlu tentara yang paham cara menggunakannya.
Baca juga: Perang Ukraina: Kisah Dokter India Bertahan di Bungker bersama Macan Kumbang dan Jaguar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.