Ia memberikan lampu hijau penyerbuan oleh pasukan khusus pada Selasa (1/2/2022) dan memantaunya secara langsung dari ruang situasi Gedung Putih. Beberapa helikopter tiba di Atmeh sekitar tengah malam waktu setempat (05.00 WIB) pada Kamis (3/2/2022).
Sumber-sumber lokal mengatakan pasukan khusus AS mendapatkan perlawanan sengit di lapangan, dan mereka ditembaki dengan senjata anti-pesawat yang dipasang di atas kendaraan. Suara baku tembak terdengar selama dua jam, sebelum helikopter pergi.
Juru bicara Pentagon, John Kirby, mengatakan pasukan AS berhasil mengevakuasi 10 orang dari rumah itu, termasuk delapan anak.
Mereka yang tewas dalam serangan termasuk salah satu deputi Qurashi dan istrinya--keduanya sempat menembaki pasukan AS.
Selain itu, Kirby mengatakan bahwa pasukan AS berhadapan dengan sekelompok orang yang mendekati area itu selama misi berlangsung dan "dianggap sebagai musuh", yang berujung pada tewasnya dua orang dari mereka.
"(Tindakan) itu mengakibatkan berakhirnya aktivitas permusuhan," katanya, seraya menambahkan bahwa "tampaknya seakan-akan seorang anak juga tewas" di dekat lokasi pertempuran.
Namun, Kirby menambahkan bahwa AS tidak "punya pengetahuan yang utuh tentang setiap orang yang tewas".
Ketika diserbu, Qurashi meledakkan sebuah alat peledak di lantai tiga rumah, yang menewaskan dirinya sendiri beserta istri dan dua anaknya. Presiden Biden menjabarkan itu sebagai "tindakan pengecut terakhirnya".
Qurashi kemudian diidentifikasi "melalui sidik jari dan analisis DNA", kata Kirby.
Baca juga: Komentari Pemimpin ISIS Tewas Ledakkan Diri, Biden: Pengecut yang Putus Asa
Taktik meledakkan diri juga digunakan oleh Abu Bakr Al-Baghdadi ketika mengadang pasukan AS pada 2019.
Al-Baghdadi membunuh dirinya sendiri dan tiga anak dengan meledakkan rompi peledak ketika tempat persembunyiannya, yang berjarak hanya 16 km dari Atmeh, diserbu pasukan khusus AS.
Tim penyelamat White Helmets, juga dikenal sebagai Pertahanan Sipil Suriah, mengatakan mereka menemukan mayat enam anak dan empat perempuan di rumah yang menjadi sasaran dalam serangan tersebut.
Semua orang Amerika yang terlibat dalam operasi itu kembali dengan selamat, kata Biden.
"Hajji Abdullah mengawasi penyebaran kelompok teroris yang berafiliasi dengan ISIS di seluruh dunia setelah menghancurkan desa-desa dan membunuh orang-orang yang tidak bersalah," kata Biden, menyebutnya sebagai "kekuatan pendorong di balik genosida orang-orang Yazidi di Irak utara pada tahun 2014".
"Kita semua ingat kisah-kisah memilukan tentang pembantaian massal yang memusnahkan seluruh desa, ribuan perempuan dan gadis muda yang dijual sebagai budak, pemerkosaan digunakan sebagai senjata perang," katanya.