Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Tahun Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam

Kompas.com - 02/02/2022, 10:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

Seorang pria membakar dirinya di pusat Kota Kyaukdataung yang kini dalam kondisi serius di rumah sakit. Menurut penduduk setempat, pria tersebut memprotes pasokan listrik yang terputus-putus.

“Dia membakar dirinya sendiri di Main Street di depan kantor listrik. Dia dalam kondisi serius. Situasinya cukup tidak stabil di sini, hari ini,” kata seorang warga kepada Reuters melalui telepon.

Baca juga: Militer Myanmar Tak Melunak, Protes Pukul Panci dan Wajan Kini Dianggap Pengkhianatan

Sementara itu, beberapa wilayah menggelar pawai mendukung junta militer, termasuk di ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Beberapa orang menari dan mengangkat tinggi-tinggi foto Min Aung Hlaing dengan tulisan mendoakan kesehatannya.

Sementara itu, sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Tachileik dan kelompok milisi lokal tidak segera menanggapi permintaan komentar.

“Kami semua mendengar ledakan dan orang-orang berlarian secara acak, berteriak keras. Aku bersembunyi di dalam rumah,” kata seorang saksi mata kepada Reuters melalui telepon.

Saksi lain mengatakan kepada Reuters dua orang tewas seketika dan kota itu sekarang sepi.

Baca juga: Perusahaan Minyak Perancis dan AS Tinggalkan Myanmar

Setahun kudeta militer

Sejak kudeta militer terjadi setahun lalu, demonstrasi bersakal besar terjadi di seluruh negeri. Kini, setahun setelah kudeta, sekitar 1.500 warga sipil tewas di tangan pasukan keamanan.

Selain itu, 11.787 orang ditahan secara tidak sah menurut kantor hak asasi manusia PBB pada Selasa.

Pakar hak asasi manusia PBB di Myanmar Tom Andrews mengatakan, junta bergerak seperti perusahaan kriminal, merugikan rakyatnya, dan mencuri sumber daya.

Baca juga: Cerita Nakes Myanmar Melawan Junta, Boikot RS Pemerintah dan Rawat Pasien dari “Bawah Tanah”

“Masyarakat internasional harus mengambil langkah yang kuat dan berarti untuk memotong akses junta ke senjata, dana, dan legitimasi,” kata Andrews.

Di sisi lain, junta militer menuduh PBB bias dan melakukan campur tangan. Junta menolak untuk tunduk pada tekanan internasional, meski banyak perusahaan asing yang juga telah mundur dari Myanmar.

Setelah kudeta, ASEAN menuntut junta militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya dan mengeluarkan lima poin konsensus.

Namun, belum ada satu pun konsensus tersebut yang direalisasikan oleh junta militer Myanmar hingga saat ini.

Baca juga: Jokowi Telepon Hun Sen, Ingatkan Tak Undang Junta Myanmar jika Perdamaian Gagal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com