Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Tahun Kudeta Militer Myanmar, Perlawanan Rakyat Belum Padam

Kompas.com - 02/02/2022, 10:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber Reuters

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Kudeta militer Myanmar genap berusia satu tahun pada 1 Februari 2022. Pada peringatan satu tahun kudeta, rakyat masih menggemakan perlawanan, meski secara sporadis.

Pada Selasa (1/2/2022), jalanan di kota-kota utama Myanmar sepi. Situasi tersebut bukanlah tanda bahwa perlawanan terhadap junta berakhir, rakyat Myanmar memang sedang menggelar “aksi diam” memperingati setahun kudeta.

Beberapa pekan setelah militer Myanmar melakukan kudeta dan menahan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari 2021, aksi protes digelar selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.

Baca juga: Jalan-jalan Kosong, Warga Myanmar Protes Satu Tahun Kudeta Militer dalam Keheningan

Pasukan keamanan menanggapi aksi tersebut dengan kekerasan. Mereka juga tak segan membunuh rakyat sipil. Ratusan orang dilaporkan tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar.

Tindakan keras tersebut justru melahirkan aksi yang lebih kuat. Muncul perlawanan bersenjata dari rakyat dan kelompok-kelompok yang bersekutu dengan pemerintah yang digulingkan.

Perlawanan dari kelompok etnis bersenjata terhadap tentara Myanmar juga semakin kuat setelah kudeta militer sebagaimana dilansir Reuters.

Pada Selasa, keheningan pecah oleh sebuah ledakan terjadi di Kota Tachileik, wilayah timur Myanmar, kata dua saksi kepada Reuters. Ledakan itu menewaskan dua orang dan melukai lebih dari 30 lainnya.

Baca juga: AS, Inggris, dan Kanada Kompak Keluarkan Sanksi Baru untuk Myanmar, Tepat Setahun Setelah Kudeta

Media pemerintah mengatakan, pemimpin junta militer Min Aung Hlaing memperpanjang keadaan darurat enam bulan lagi.

Min mengatakan, muncul ancaman dari kelompok yang disebutnya penyabot internal dan eksternal serta serangan dari teroris.

Para aktivis lantas menggelorakan aksi diam, mendesak mendesak orang-orang untuk tinggal di dalam rumah dan menutup usaha.

“Kami mungkin akan ditangkap dan menghabiskan hidup kami di penjara jika kami beruntung. Kami mungkin akan disiksa dan dibunuh jika tidak beruntung,” kata aktivis pemuda Nan Lin.

Seorang juru bicara militer tidak menanggapi panggilan telepon dari Reuters untuk dimintai komentar pada Selasa.

Baca juga: Masih Ingat Suster Ann Roza? Ini Kabarnya Jelang Setahun Kudeta Myanmar

Aksi diam

Seorang pria melintasi jalan Pansodan yang kosong di kotapraja Kyauktada, Yangon, Myanmar pada Selasa (1/2/2022). Penentang kekuasaan militer di Myanmar pada Selasa menandai peringatan satu tahun kudeta militer.AP PHOTO Seorang pria melintasi jalan Pansodan yang kosong di kotapraja Kyauktada, Yangon, Myanmar pada Selasa (1/2/2022). Penentang kekuasaan militer di Myanmar pada Selasa menandai peringatan satu tahun kudeta militer.

Seruan aksi diam ditanggapi banyak orang. Jalanan di beberapa kota sangat sepi, termasuk kota besar seperti Mandalay, Magway, Myitkyina, dan Yangon.

Beberapa orang melemparkan cat merah ke tanah, simbol darah yang tumpah.

Seorang pria membakar dirinya di pusat Kota Kyaukdataung yang kini dalam kondisi serius di rumah sakit. Menurut penduduk setempat, pria tersebut memprotes pasokan listrik yang terputus-putus.

“Dia membakar dirinya sendiri di Main Street di depan kantor listrik. Dia dalam kondisi serius. Situasinya cukup tidak stabil di sini, hari ini,” kata seorang warga kepada Reuters melalui telepon.

Baca juga: Militer Myanmar Tak Melunak, Protes Pukul Panci dan Wajan Kini Dianggap Pengkhianatan

Sementara itu, beberapa wilayah menggelar pawai mendukung junta militer, termasuk di ibu kota Myanmar, Naypyidaw. Beberapa orang menari dan mengangkat tinggi-tinggi foto Min Aung Hlaing dengan tulisan mendoakan kesehatannya.

Sementara itu, sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan di Tachileik dan kelompok milisi lokal tidak segera menanggapi permintaan komentar.

“Kami semua mendengar ledakan dan orang-orang berlarian secara acak, berteriak keras. Aku bersembunyi di dalam rumah,” kata seorang saksi mata kepada Reuters melalui telepon.

Saksi lain mengatakan kepada Reuters dua orang tewas seketika dan kota itu sekarang sepi.

Baca juga: Perusahaan Minyak Perancis dan AS Tinggalkan Myanmar

Setahun kudeta militer

Militer Myanmar berjaga di sebuah pos pemeriksaan dengan kendaraan lapis baja yang memblokir jalan menuju gedung parlemen pada Selasa, (2/2/2021).AP Militer Myanmar berjaga di sebuah pos pemeriksaan dengan kendaraan lapis baja yang memblokir jalan menuju gedung parlemen pada Selasa, (2/2/2021).

Sejak kudeta militer terjadi setahun lalu, demonstrasi bersakal besar terjadi di seluruh negeri. Kini, setahun setelah kudeta, sekitar 1.500 warga sipil tewas di tangan pasukan keamanan.

Selain itu, 11.787 orang ditahan secara tidak sah menurut kantor hak asasi manusia PBB pada Selasa.

Pakar hak asasi manusia PBB di Myanmar Tom Andrews mengatakan, junta bergerak seperti perusahaan kriminal, merugikan rakyatnya, dan mencuri sumber daya.

Baca juga: Cerita Nakes Myanmar Melawan Junta, Boikot RS Pemerintah dan Rawat Pasien dari “Bawah Tanah”

“Masyarakat internasional harus mengambil langkah yang kuat dan berarti untuk memotong akses junta ke senjata, dana, dan legitimasi,” kata Andrews.

Di sisi lain, junta militer menuduh PBB bias dan melakukan campur tangan. Junta menolak untuk tunduk pada tekanan internasional, meski banyak perusahaan asing yang juga telah mundur dari Myanmar.

Setelah kudeta, ASEAN menuntut junta militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan terhadap rakyatnya dan mengeluarkan lima poin konsensus.

Namun, belum ada satu pun konsensus tersebut yang direalisasikan oleh junta militer Myanmar hingga saat ini.

Baca juga: Jokowi Telepon Hun Sen, Ingatkan Tak Undang Junta Myanmar jika Perdamaian Gagal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com