Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pinjol Menjamur di Kenya: Tak Bisa Bayar Utang, Warga Akan Dibuat Malu

Kompas.com - 12/12/2021, 13:30 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Sumber AFP

Sementara, saat ini, negara ini adalah rumah bagi lebih dari 100 aplikasi termasuk Tala yang didukung Silicon Valley, Okash dan Opesa milik China yang memberikan pinjaman hingga 60 juta dollar AS per bulan.

Baca juga: Seorang Pembunuh Dijuluki Vampir Haus Darah Kabur dari Penjara Kenya

Namun, perusahaan pinjol di Kenya ini sekarang semakin diawasi untuk kegiatan yang tidak bermoral seperti membebankan suku bunga hingga 400 persen.

Mereka juga terkenal karena mengumpulkan data dari ponsel peminjam dan menggunakannya untuk mempermalukan orang-orang yang gagal membayar.

Kelaparan dan penghinaan

Salah seorang pengguna pinjol, Patricia Kamene, bercerita ketika pernah telat membatar bunga pinjaman di pinjol. Di mana, teman-temannya dibombardir dengan rentetan panggilan oleh penagih utang.

Seperti Kamene, sebagian besar pengguna seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah memberikan izin kepada pengembang aplikasi pinjol untuk mengakses basis data kontak, log panggilan dan SMS, daftar teman Facebook, lokasi, dan informasi lainnya.

Setelah kehilangan pekerjaan sebagai petugas supermarket akibat pandemi Covid-19, ibu tunggal berusia 24 tahun itu terdesak membutuhkan uang tunai.

Baca juga: Seorang Pembunuh Dijuluki Vampir Haus Darah Kabur dari Penjara Kenya

Alhasil, Patricia Kamene terlewat mengabaikan ketentuan dari pinjol tersebut.

"Ketika Anda menghadapi kelaparan dan belum memiliki apa-apa, aplikasi akan memberi Anda uang, Anda pun akan mengambilnya tanpa membaca persyaratannya," kata Kamene kepada AFP.

Jadi memang, akses mudah untuk bisa mendapatkan utang lewat pinjol ada “harganya” juga.

Seorang pria paruh baya di Kenya dilaporkan melakukan bunuh diri pada November 2019 setelah gagal membayar utangnya. Kondisi ini mendorong pemberi pinjaman untuk menghubungi ibu, nenek, dan bibinya.

Istrinya mengatakan kepada pejabat di bank sentral bahwa dia tidak bisa mengatasi penghinaan itu.

Hanya berlaku untuk "Pemberi pinjaman nakal"

Ketika kemarahan publik tumbuh terkait keberadaan pinjol di Kenya, ketua Asosiasi Pemberi Pinjaman Digital Kenya atau Digital Lenders Association of Keny (DLAK), Kevin Mutiso, menegaskan bahwa praktik semacam itu terbatas pada "pemberi pinjaman nakal".

"Sektor kami telah matang dengan sangat cepat," katanya kepada AFP.

Baca juga: Agnes Tirop, Atlet Olimpiade Kenya Pemegang Rekor Dunia Tewas dengan Luka Tusuk

"DLAK menandatangani kode etik yang mengatakan bahwa tidak ada anggota kami yang harus mempermalukan klien kami," tambah Mutiso.

Dia menyebut pihaknya telah menjalankan kampanye melawan pemberi pinjaman nakal dan menawarkan kompensasi kepada korban pelecehan.

Pemerintah Kenya sendiri telah mengeluarkan undang-undang baru pada Selasa lalu yang memungkinkan bank sentral untuk mengawasi semua pemberi pinjaman, membuka kemungkinan pembatasan suku bunga yang ditawarkan oleh aplikasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com