Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pinjol Menjamur di Kenya: Tak Bisa Bayar Utang, Warga Akan Dibuat Malu

KENYA, KOMPAS.com – Ketergantungan warga Kenya pada kredit mudah telah membawa mereka pada rasa malu di depan publik.

Seorang penjaga keamanan di Kenya, Ambrose Kilonzo hanya perlu waktu beberapa detik dan tanpa harus menyediakan jaminan untuk bisa mendapatkan pinjaman uang melalui aplikasi seluler.

Tapi ketika dia gagal bayar, pemberi pinjaman menelepon bosnya, menempatkan pekerjaannya dalam bahaya.

Ini adalah cobaan yang tengah jamak dialami warga Kenya. Di mana, maraknya pinjaman digital telah membuat ribuan orang terjerat utang dengan pinjaman berbunga tinggi seperti yang diambil Kilonzo.

Meskipun pinjaman online (pinjol) menjanjikan uang tunai cepat dan “ramah” kepada yang tidak memiliki rekening bank, kegagalan untuk membayar utang biasanya mengakibatkan penghinaan publik.

Di mana, penagih utang bisa jadi akan menelepon teman, keluarga, dan bahkan atasan peminjam dalam upaya untuk mempermalukan mereka agar membayar.

Dilansir dari Kantor Berita AFP, Minggu (12/12/2021), Kilonzo yang berpenghasilan 23.000 shilling Kenya atau 206 dollar AS per bulan, tidak pernah berharap akan membuat nasib pekerjaannya dalam bahaya setelah berhutang ke pinjol sebesar kurang dari 3.400 shilling Kenya atau 30 dollar AS.

"Ini seperti top-up. Sangat mudah untuk bisa mendapatkan uang dengan cara seperti ini (lewat pinjol),” kata pria berusia 38 tahun itu kepada AFP.

Setelah itu, Kilonzo pun memutuskan untuk melepaskan diri dari pinjol.

"Saya telah kembali ke bank saya dan saya mencoba untuk hidup sesuai kemampuan saya," katanya.

Hanya 41 persen penduduk Kenya yang memiliki akses ke rekening bang

Menurut data tahun 2019 dari Bang Sentral Kenya dan lembaga keuangan nirlaba FSD Kenya, hanya 41 persen dari penduduk Kenya yang memiliki akses ke rekening bank.

Kini pinjaman digital atau pinjol telah berkembang pesat di negara Afrika Timur.

Pertumbuhannya yang cepat telah didorong oleh sektor teknologi yang dinamis yang mencakup kisah sukses seperti Mpesa.

Mpesa adalah layanan keuangan seluler yang dibuat oleh raksasa telekomunikasi Safaricom dan digunakan oleh lebih dari setengah populasi Kenya yang berjumlah 53 juta.

Kenya dilaporkan hanya memiliki lima pemberi pinjaman digital pada 2015.

Sementara, saat ini, negara ini adalah rumah bagi lebih dari 100 aplikasi termasuk Tala yang didukung Silicon Valley, Okash dan Opesa milik China yang memberikan pinjaman hingga 60 juta dollar AS per bulan.

Namun, perusahaan pinjol di Kenya ini sekarang semakin diawasi untuk kegiatan yang tidak bermoral seperti membebankan suku bunga hingga 400 persen.

Mereka juga terkenal karena mengumpulkan data dari ponsel peminjam dan menggunakannya untuk mempermalukan orang-orang yang gagal membayar.

Kelaparan dan penghinaan

Salah seorang pengguna pinjol, Patricia Kamene, bercerita ketika pernah telat membatar bunga pinjaman di pinjol. Di mana, teman-temannya dibombardir dengan rentetan panggilan oleh penagih utang.

Seperti Kamene, sebagian besar pengguna seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah memberikan izin kepada pengembang aplikasi pinjol untuk mengakses basis data kontak, log panggilan dan SMS, daftar teman Facebook, lokasi, dan informasi lainnya.

Setelah kehilangan pekerjaan sebagai petugas supermarket akibat pandemi Covid-19, ibu tunggal berusia 24 tahun itu terdesak membutuhkan uang tunai.

Alhasil, Patricia Kamene terlewat mengabaikan ketentuan dari pinjol tersebut.

"Ketika Anda menghadapi kelaparan dan belum memiliki apa-apa, aplikasi akan memberi Anda uang, Anda pun akan mengambilnya tanpa membaca persyaratannya," kata Kamene kepada AFP.

Jadi memang, akses mudah untuk bisa mendapatkan utang lewat pinjol ada “harganya” juga.

Seorang pria paruh baya di Kenya dilaporkan melakukan bunuh diri pada November 2019 setelah gagal membayar utangnya. Kondisi ini mendorong pemberi pinjaman untuk menghubungi ibu, nenek, dan bibinya.

Istrinya mengatakan kepada pejabat di bank sentral bahwa dia tidak bisa mengatasi penghinaan itu.

Hanya berlaku untuk "Pemberi pinjaman nakal"

Ketika kemarahan publik tumbuh terkait keberadaan pinjol di Kenya, ketua Asosiasi Pemberi Pinjaman Digital Kenya atau Digital Lenders Association of Keny (DLAK), Kevin Mutiso, menegaskan bahwa praktik semacam itu terbatas pada "pemberi pinjaman nakal".

"Sektor kami telah matang dengan sangat cepat," katanya kepada AFP.

"DLAK menandatangani kode etik yang mengatakan bahwa tidak ada anggota kami yang harus mempermalukan klien kami," tambah Mutiso.

Dia menyebut pihaknya telah menjalankan kampanye melawan pemberi pinjaman nakal dan menawarkan kompensasi kepada korban pelecehan.

Pemerintah Kenya sendiri telah mengeluarkan undang-undang baru pada Selasa lalu yang memungkinkan bank sentral untuk mengawasi semua pemberi pinjaman, membuka kemungkinan pembatasan suku bunga yang ditawarkan oleh aplikasi.

https://www.kompas.com/global/read/2021/12/12/133000570/pinjol-menjamur-di-kenya-tak-bisa-bayar-utang-warga-akan-dibuat-malu

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke