Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar dari Negara-negara yang Hidup Berdampingan dengan Covid-19, Ada yang Blunder, Ada yang Sukses

Kompas.com - 18/11/2021, 20:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

KOMPAS.com - Sejumlah negara sudah melonggarkan aktivitas warganya di tengah pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya bahkan sudah kembali "buka" dan menawarkan kebebasan sejak lebih dari enam bulan lalu.

Kami bertanya kepada pakar kesehatan dan epidemiolog di sejumlah negara soal bagaimana mereka hidup dengan Covid-19. Berikut ini penjelasan mereka.

Baca juga: Novalia Pishesha, WNI Peneliti di AS, Temukan Vaksin Covid-19 yang Mudah Diproduksi di Indonesia

Pelonggaran di Inggris terlalu cepat

Di negara ini kasus harian rata-rata sekitar 40.000 orang dengan rata-rata lebih dari 1.000 orang meninggal dalam sepekan.

Pemerintahan PM Boris Johnson mendapat kecaman dengan pendekatan yang disebut 'Freedom Day' atau hari kebebasan pada bulan Juli, yang menghapus kewajiban pakai masker dan mengakhiri hampir semua pembatasan aktivitas.

Baru 68 persen dari warga di Inggris sudah mendapat dua dosis vaksin, artinya Inggris berada di peringkat ke-18 dari 38 negara maju.

Pemerintah Inggris mendapat kecaman karena kebijakan 'Freedom Day' yang dianggap terlalu cepat.REUTERS/TOBY MELVILLE via ABC INDONESIA Pemerintah Inggris mendapat kecaman karena kebijakan 'Freedom Day' yang dianggap terlalu cepat.
Deepti Gurdasani, ahli epidemiologi dan peneliti kesehatan masyarakat di Queen Mary University of London, mengatakan empat bulan setelah 'Freedom Day', apa yang terjadi adalah yang tidak diharapkan sebelumnya.

"Adalah kesalahan besar bagi kami untuk keluar dari lockdown saat tingkat vaksin 66 persen," katanya kepada ABC.

Profesor Gurdasani merekomendasikan negara-negara lain, termasuk Australia untuk melakukan vaksinasi bagi anak-anak dan remaja sesegera mungkin.

"Banyak penularan terjadi di sekolah, dan kami melihat ini sekarang di Inggris."

Menurut ahli epidemiologi John Edmonds dari London School of Hygiene & Tropical Medicine, penghapusan kewajiban pakai masker dan tidak memvaksinasi anak-anak sebelum mereka kembali ke sekolah adalah "kesalahan" besar di Inggris.

"Kita seharusnya mengadopsi pendekatan tes Covid-19 yang lebih agresif dengan perangkat lateral bagi mereka yang kembali bekerja dan yang memiliki kontak dengan kasus," kata Profesor Edmonds.

Baca juga: Pil Covid Merck Molnupiravir, Inggris Jadi Negara Pertama yang Setujui Penggunaannya

Sejumlah wilayah di Amerika Serikat kesulitan

Amerika Serikat berada di belakang Australia dalam hal jumlah warga yang sudah divaksinasi dua dosis.REUTERS/ANDREW KELLY via ABC INDONESIA Amerika Serikat berada di belakang Australia dalam hal jumlah warga yang sudah divaksinasi dua dosis.
Beberapa negara bagian di Amerika Serikat telah melonggarkan pembatasan selama lebih dari enam bulan.

Rata-rata kasus Covid-19 dalam sepekan bisa mencapai 83.000 kasus daengan rata-rata 1.100 kematian dalam sehari.

Sekitar 69 persen dari populasi negara yang berusia di atas 12 tahun telah divaksinasi dua dosis dan program booster atau dosis penguat sudah dilakukan.

Menurut Bill Hanage dari Universitas Harvard mengatakan lokasi yang kebanyakan warganya tidak divaksinasi benar-benar mengalami kesulitan menangani pandemi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com