Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Novalia Pishesha, WNI Peneliti di AS, Temukan Vaksin Covid-19 yang Mudah Diproduksi di Indonesia

Kompas.com - 16/11/2021, 18:00 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Penulis: Rivan Dwiastono/VOA Indonesia

 

CAMBRIDGE, KOMPAS.com - Peneliti Indonesia di Amerika menemukan kandidat baru vaksin Covid-19 yang kompatibel dengan teknologi yang ada di Indonesia.

Kandidat vaksin ini lebih murah dan mudah untuk diproduksi, serta lebih gampang untuk didistribusikan, karena tidak perlu lemari ekstra dingin untuk penyimpanannya.

Seiring upaya dunia untuk memastikan pemerataan akses vaksin Covid-19, para ilmuwan juga berpacu dengan waktu untuk mengembangkan vaksin-vaksin yang lebih ampuh demi meredam pandemi virus corona.

Salah satunya dilakukan oleh Novalia Pishesha, junior fellow atau peneliti junior di Society of Fellows, Universitas Harvard.

Baca juga: Indra Rudiansyah, Pemuda Indonesia di Balik Terciptanya Vaksin AstraZeneca

Nova, nama panggilannya, pada awal November 2021, menerbitkan jurnal ilmiah tentang kandidat vaksin Covid-19 berbasis protein yang ia kembangkan, yang menyasar langsung sel-sel penyaji antigen (antigen-presenting cells/APCs), pada jurnal PNAS (Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America).

Ia beserta timnya mengujicobakan vaksin itu terhadap tikus muda dan tua. Hasilnya, metode itu memicu kekebalan tubuh tikus terhadap SARS-CoV-2 – virus penyebab Covid-19 – dan variannya.

“Kandidat vaksin ini 100 persen efektif, karena semua tikus – jika Anda lihat datanya – terlindungi,” ujar Nova di kantornya, di Boston Children’s Hospital, Massachusetts, saat diwawancarai VOA melalui Skype (20/10/2021).

Ampuh tangkal berbagai varian corona

Nova mulai memimpin penelitian itu bersama koleganya, Hidde Ploegh dan Thibault J Harmand, pada April 2020, sebulan setelah pengumuman status pandemi Covid-19 oleh WHO. Kala itu, ia terpantik gagasan untuk menggunakan teknologi nanobodi, yang sebelumnya ia kembangkan untuk pengobatan penyakit autoimun.

Penelitian vaksin Covid-19 dengan menggunakan nanobodi itu dipimpin Nova bersama dua rekannya, Dr Hidde Ploegh dan Dr Thibault Harmand.DOK NOVALIA PISHESHA via VOA INDONESIA Penelitian vaksin Covid-19 dengan menggunakan nanobodi itu dipimpin Nova bersama dua rekannya, Dr Hidde Ploegh dan Dr Thibault Harmand.
Vaksin buatannya mengandung dua komponen dasar, yaitu nanobodi – antibodi dari hewan alpaka – dan bagian dari paku protein virus SASR-CoV-2 yang berfungsi mengikat reseptor pada sel manusia. Dalam penelitian itu, Nova menggunakan sekuens asli dari paku protein SARS-CoV-2 Wuhan.

Sejauh ini, kandidat vaksin itu ampuh menghadapi berbagai varian virus corona, termasuk varian Afrika Selatan (C.1.2) yang sempat merebak ke berbagai negara.

Ia mengaku belum mengujinya dengan varian Delta, meski tertarik untuk melakukannya. Terlepas dari itu, Nova optimistis vaksinnya ampuh menghadapi varian tersebut.

“Sebenarnya, modifikasi dalam hal merekayasa ulang komponen vaksin tidak terlalu sulit, jadi saya rasa kami bisa merakayasa ulang sebagian vaksin dengan varian terbaru,” ungkapnya.

“Dan bahwasanya vaksin kami memicu respons imun yang sangat, sangat kuat – ditambah dengan respons T-cell di area (domain pengikat reseptor/RBD) yang terkonservasi – saya rasa kami cukup yakin vaksin ini bahkan memberikan perlindungan terhadap Delta.”

Baca juga: Carina Joe, Ilmuwan Indonesia Salah Satu Pemilik Hak Paten Vaksin AstraZeneca

Menurutnya, vaksin berbasis protein yang ia kembangkan memiliki sejumlah kelebihan dibanding vaksin-vaksin Covid-19 lain yang sudah beredar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com