"Kami sudah mendiskusikan satu sama lain secara pribadi dan kami memahami dukungan Australia dan menghargai dukungan Australia."
Beberapa bulan lalu, diplomat paling senior AS yang ditempatkan di Canberra juga mengukuhkan AS dan Australia pernah mendiskusikan rencana darurat seandainya terjadi konflik militer berkenaan dengan Taiwan.
Tahun lalu, Frances Adamson salah seorang pejabat senior di Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia (DFAT) mengatakan dia sekarang mengkhawatirkan adanya krisis di Taiwan dibandingkan di masa-masa sebelumnya.
Baca juga: Setelah Terbangkan 25 Pesawat, China Kerahkan 39 Lagi ke Taiwan
Taiwan juga menyambut baik pembentukan kemitraan strategis AUKUS (Australia-Inggris-Amerika Serikat) yang baru dan kegiatan antara mitra Quad yaitu Amerika Serikat, India, Australia dan Jepang.
"Kami senang melihat mitra Taiwan seperti Australia, Inggris dan Amerika Serikat, bekerja sama lebih dekat satu sama lain guna meningkatkan persenjataan yang lebih canggih, sehingga kita bisa mempertahankan Indo-Pasifik," ujarnya.
"Australia adalah negara hebat dan saya senang Australia akan memikul tanggung jawab lebih besar untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas di Indo-Pasifik," kata Menlu Wu.
Namun, menurutnya berbeda dengan Australia, negaranya tidak akan mencoba untuk mendapatkan armada kapal selam bertenaga nuklir karena "memiliki strategi perang yang berbeda".
"Kami harus menganut paham asimetris dan kami memiliki filosofi yang berbeda dalam mengalahkan China bila memang ada perang, jadi kapal selam bertenaga nuklir bukan sesuatu yang ingin kami dapatkan".
Baca juga: Rayakan HUT RRC, China Terbangkan 25 Pesawat Militer ke Taiwan
Pakar pertahanan Professor Clinton Fernandes dari University of New South Wales di Sydney memperingatkan akan sulit bagi AS dan sekutunya untuk mencegah usaha invasi yang dilakukan China.
"Pusat kekuatan militer China adalah sistem pertahanan udara di selatan, yang memiliki kemampuan untuk mencegah AS menguasai udara. Bila AS tidak bisa menguasai udara, mereka tidak bisa menang di darat atau di laut."
Professor Fernandes memperkirakan China tidak akan melancarkan serangan militer ke Taiwan sebelum Olimpiade Musim Dingin yang akan dilangsungkan di Beijing pada Januari.
Namun besar kemungkinan akan melakukan tindakan agresif menjelang pemilihan presiden di Taiwan pada 2024.
"Pertahanan Taiwan akan didasarkan pada invasi China, namun bila tindakan utama China bukan invasi tapi blokade, kemudian apa yang terjadi? Taiwan tidak memiliki rencana lain, itulah masalah utamanya."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.