Berabad-abad yang lalu orang Perancis menggunakan “amber gris” dan “amber jaune” (amber abu-abu dan kuning kuning) untuk membedakan antara ambergris hewani dan apa yang saat ini menjadi makna standarnya sekarang.
Ambergris juga memiliki aroma tersendiri sebagai komponen parfum hewani. Zat ini berasal dari komponen kimia ambrein, yang diberikan dalam parfum populer seperti seri Chanel No 5.
Zat ini juga memperkaya aroma penciuman lain dari parfum. Jadi efeknya seperti garam yang meningkatkan rasa tambahan rempah-rempah. Yang terpenting zat ini memperpanjang aroma parfum lainnya.
Baca juga: Perdagangan Muntahan Paus Ilegal di Sejumlah Negara, Hati-hati Tersandung Hukum
Potongan Ambergris yang lapuk ini memancarkan aroma manis dan bersahaja seperti tembakau, pinus, atau mulsa.
“Kualitas dan nilai dari setiap potongan bergantung pada berapa banyak waktu yang dihabiskannya untuk mengapung atau menua, kata ahli perantara ambergris Bernard Perrin.
Menurutnya, Ambergris seperti anggur “semakin lama umurnya semakin baik."
Perusahaan parfum Amerika Serikat tidak lagi mencampurkan ambergris ke dalam wewangian mereka. Ini karena masalah legalitas yang membingungkan seputar penjualannya di "Negara Paman Sam."
Perrin yang merupakan kolektor Ambergris mengaku tidak kesulitan menemukan perusahaan parfum Perancis untuk membeli ambergris yang dikumpulkannya.
"Kami juga menjualnya ke keluarga kerajaan di Timur Tengah dan mereka menggunakannya sebagai afrodisiak (obat perangsang kegiatan seksual). Rupanya mereka mengambil susu, sedikit madu, dan menggiling ambar dalam jumlah kecil dan menelannya,” terang Perrin kepada Scientific American.
Baca juga: Ini Keistimewaan Muntahan Paus yang Membuatnya Dihargai Miliaran Rupiah
Beberapa, tapi tidak semua, kualitas aroma ambergris telah disintesis, jadi aslinya tetap berharga.
Dampak
Menurut Scientific American pada 2007, jumlah paus sperma turun dari sebelumnya diperkirakan ada 1,1 juta menjadi sekitar 350.000 karena perburuan paus. Dampaknya lebih sedikit ambergris yang mengapung di laut.
Namun, ahli paus sperma mengatakan populasi mamalia ini perlahan-lahan pulih. Meskipun sebagian besar temuan berubah menjadi batu atau lilin atau sisa laut lainnya, penjelajah pantai dan nelayan terus menjelajahi pasir dan ombak dengan harapan bisa menemukan “bongkahan emas” laut yang sudah lapuk tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.