Lebih dari setahun Ghosn menghabiskan waktu di tahanan dan kemudian berstatus tahanan rumah di Tokyo setelah membayar jaminan.
Tidak jelas saat itu kapan dia diadili - serta khawatir bakal menunggu bertahun-tahun - dan Ghosn menghadapi ancaman hukuman penjara 15 tahun bila terbukti bersalah, di negara yang tingkat pemindanaannya 99,4 persen.
Selama menjalani tahanan rumah, Ghosn diberitahu tidak boleh berkontak apapun dengan istrinya, Carole, sehingga dia berupaya mencari jalan keluar.
"Rencananya adalah saya tidak boleh ketahuan, jadi harus bersembunyi di sebuah tempat," kata dia.
"Satu-satunya cara untuk bisa bersembunyi adalah di dalam suatu peti atau koper sehingga tidak bisa dilihat dan rencananya bisa berjalan."
Menurutnya ide menggunakan peti besar yang biasanya untuk alat-alat musik "merupakan yang paling logis, terutama di saat sedang banyak konser musik di Jepang."
Lalu bagaimana orang yang dulu terkenal hebat dan langsung berubah jadi pesakitan di Jepang itu bisa pergi dari rumahnya di Tokyo, sampai ke bandara, lalu bisa meloloskan diri?
Kuncinya adalah, ungkap Ghosn, bersikap senormal mungkin pada hari itu.
"Diusahakan senormal mungkin, memakai baju yang biasa-biasa saja, begitu pula perilaku, pokoknya tiba-tiba semuanya harus berubah."
Ghosn idak lagi berpakaian dasi dan jas seperti yang rutin dia lakukan sebagai eksekutif perusahaan global, melainkan hanya berbaju kasual. Pakai jeans atau baju olahraga.
"Bisa Anda bayangkan saya harus ke tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, membeli baju-baju yang belum pernah saya beli," ujarnya.
"Ini semua adalah bagian dari bagaimana kita bisa sukses menjalankan rencana dan tanpa menarik perhatian."
Baca juga: Toyota Yaris hingga Nissan, Ini Daftar Mobil yang Dapat Diskon PPnBM
Dari Tokyo, Ghosn naik kereta peluru ke Osaka di mana sudah menunggu pesawat jet pribadi di bandara setempat. Namun dia harus masuk dalam peti yang sudah disiapkan di hotel yang dekat dengan bandara.
"Saat meringkuk di dalam peti, jangan lagi berpikir masa lalu, juga masa depan. Kita cuma pikirkan saat itu saja," ujarnya.
"Jangan takut dan jangan luapkan emosi selain berkonsentrasi penuh, 'Ini kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Bila gagal, maka akan menyesal seumur hidup, yaitu hidup sebagai tahanan di Jepang."