Pada 1854, Senator Stephen Douglas dari Illinois mengusulkan Undang-Undang (UU) Kansas-Nebraska. UU kontroversial ini meningkatkan kemungkinan perluasan perbudakan ke wilayah-wilayah yang pernah melarangnya.
Hal itu membuka perdebatan panas dan pahit tentang perbudakan di AS, yang kemudian akan meledak menjadi Perang Saudara AS.
Pada 16 Oktober 1854, Lincoln muncul di depan kerumunan besar di Peoria. Dia memperdebatkan fungsi UU Kansas-Nebraska dengan Douglas.
Lincoln dengan keras mencela perbudakan dan perluasannya, dan menyebut itu sebagai pelanggaran prinsip paling dasar dari Deklarasi Kemerdekaan AS.
Pada 1856, karena Partai Whig di ambang keruntuhan, Lincoln bergabung dengan Partai Republik, dan menentang perluasan perbudakan wilayah.
Pada Juni, Lincoln menyampaikan pidato “house divided” yang sekarang terkenal. Dia mengutip ayat Injil untuk menggambarkan keyakinannya bahwa "pemerintah ini tidak dapat bertahan, secara permanen, (jika) setengah budak dan setengah bebas."
Lincoln kemudian berhadapan dengan Douglas dalam serangkaian debat. Meskipun dia kalah dalam pemilihan Senat, perjuangan Lincoln membentuk reputasinya secara nasional.
Profil Lincoln naik lebih tinggi lagi di awal 1860, setelah dia menyampaikan pidato lainnya di Cooper Union di New York City.
Partai Republik saat itu memilih Lincoln, pengacara Illinois kurus dengan hanya satu masa jabatan kongres, sebagai calon presiden mereka. Lincoln mengalahkan Senator William H. Seward dari New York dan tokoh-tokoh kuat lainnya.
Lincoln memenangkan sebagian besar Utara, sehingga mencapai kemenangan Electoral College dan menguasai Gedung Putih.
Dia pun membangun kabinet yang sangat kuat yang juga merangkul banyak saingan politiknya, termasuk Seward, Salmon P Chase, Edward Bates dan Edwin M Stanton.
Setelah bertahun-tahun mengalami ketegangan, terpilihnya “orang utara” yang anti-perbudakan sebagai Presiden AS membuat banyak wilayah selatan bergejolak.
Pada Maret 1861 saat Lincoln dilantik sebagai presiden AS ke-16, tujuh negara bagian selatan memisahkan diri dari Union (pemerintah federal AS) dan membentuk Negara Konfederasi Amerika.
Lincoln memerintahkan armada kapal Union untuk memasok Fort Sumter federal di Carolina Selatan pada April. Konfederasi menembaki benteng dan armada Union, Perang Saudara pun dimulai.
Harapan untuk kemenangan cepat Union, pupus oleh kekalahan dalam Battle of Bull Run (Manassas). Lincoln meminta 500.000 pasukan lagi karena kedua belah pihak bersiap untuk konflik yang panjang.
Pemimpin Konfederasi Jefferson Davis adalah lulusan West Point, pahlawan Perang Meksiko dan mantan sekretaris perang. Sementara Lincoln, hanya memiliki masa kerja yang singkat di parlemen dan perannya tidak istimewa dalam Perang Black Hawk (1832).
Meski begitu, dia mengejutkan banyak orang dalam perannya sebagai pemimpin masa perang. Dia belajar dengan cepat tentang strategi dan taktik di tahun-tahun awal Perang Saudara, dan memilih komandan yang paling cakap.
Jenderal George McClellan, meskipun dicintai oleh pasukannya, terus-menerus membuat Lincoln frustrasi dengan keengganannya untuk meningkatkan serangan.
Ketika McClellan gagal mengejar pemimpin Tentara Konfederasi, Robert E Lee, yang mundur setelah kemenangan Union di Antietam pada September 1862, Lincoln memindahkannya dari komando.
Selama perang, Lincoln menuai kritik karena menangguhkan beberapa kebebasan sipil, termasuk hak “habeas corpus.” Tetapi, ia berdalih tindakan seperti itu perlu untuk memenangkan perang.
Baca juga: Presiden Haiti Jovenel Moise Tewas Dibunuh, AS Kirim Tim
Tak lama setelah Pertempuran Antietam (Sharpsburg), Lincoln mengeluarkan Proklamasi Emansipasi awal, yang mulai berlaku pada 1 Januari 1863.