Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Perang Dingin AS-Rusia, Adu Gagasan Liberal dan Komunis

Kompas.com - 16/06/2021, 16:43 WIB
Tito Hilmawan Reditya,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Sumber wikipedia

KOMPAS.com - Konferensi Postdam Juli 1945 dianggap menjadi awal mula dari peristiwa Perang Dingin antara Rusia dan AS.

Saat konferensi, presiden AS saat itu, Harry S Truman, mendorong sistem demokrasi, dalam artian seluruh negara-negara Eropa Timur diminta menggelar pemilu bebas.

Tapi penguasa Uni Soviet (Rusia) saat itu, Joseph Stallin, dengan membawa konsep keamanan, menolak mentah-mentah usulan Truman.

AS pun menganggap Stallin berlebihan dan langsung memutuskan menghentikan seluruh bantuan pada Uni Soviet pada Mei 1945.

Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin

Sesudah Perang Dunia II, kisaran periode 1947. Uni Soviet dan AS mulai adu kekuatan, berusaha jadi yang paling menonjol, berseteru jadi negara paling kuat di dunia.

Dimulailah era Perang Dingin atau "Perang Urat Syaraf", di mana yang beradu bukan pasukan di lapangan, tapi ketegangan akibat konflik kepentingan, supremasi, sampai perbedaan ideologi.

Blok Barat dipimpin AS, sementara Blok Timur dikendalikan Soviet.

Istilah "Perang Dingin" yang pertama kali diperkenalkan Bernard Baruch dan Walter Lippman dari AS ini, terus terjadi hingga 1991, saat Soviet resmi runtuh.

Baca juga: [Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet Runtuh

Perebutan pengaruh kedua negara adidaya ini memang terbagi atas blok, di mana AS membantu sekutunya seperti Perancis dan Inggris, juga negara Eropa Barat lain yang kondisinya terpuruk pasca-Perang Dunia II.

Sementara Soviet, membantu membebaskan Eropa bagian Timur dari kungkungan Jerman, lantas membangun kembali perekonomian mereka.

Tak hanya itu, Soviet juga terus mencoba meluaskan pengaruhnya dengan mendukung berbagai perebutan kekuasaan di banyak negara, seperti Bulgaria, Hongaria, Albania, Polandia, Rumania, sampai Cekoslowakia (Republik Ceko).

Inilah yang menyebabkan banyak negara Eropa Timur akhirnya masuk dalam pemerintahan Uni Soviet yang berhaluan kiri atau komunis.

Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran

Fokus AS selalu pada kemakmuran--condong ke arah liberalisme yang yakin bahwa industri jadi kuncinya. Rakyat yang sejahtera dinilai bisa terhindar dari pengaruh sosialis-komunis Soviet.

Sementara komunis ala Soviet, selain memberi paket bantuan ekonomi, juga langsung menyasar rakyat yang sedang berjuang dengan mengirimkan tenaga ahli dan peralatan militer.

Pengaruh keduanya makin melebar menyusul banyaknya negara baru di luar Benua Eropa yang merdeka.

Baca juga: Berakhirnya Perang Dingin

Memasuki dekade 1970-an, perang dingin dianggap semakin "mendingin". Kedua negara mulai bisa berkompromi.

Mulai dari masalah di Berlin Barat tahun 1971 yang bisa diselesaikan dalam perundingan, hingga kesepakatan AS dan Soviet dalam Persetujuan SALT atau pembatasan persenjataan strategis.

Kehadiran presiden AS Ronald Reagan juga dinilai penting. Dirinya bisa memengaruhi sikap Presiden Soviet Mikail Gorbachev, yang akhirnya mencapai kesepakatan dalam pembatasan nuklir balistik, tahun 1987.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com