KOMPAS.com - Konferensi Postdam Juli 1945 dianggap menjadi awal mula dari peristiwa Perang Dingin antara Rusia dan AS.
Saat konferensi, presiden AS saat itu, Harry S Truman, mendorong sistem demokrasi, dalam artian seluruh negara-negara Eropa Timur diminta menggelar pemilu bebas.
Tapi penguasa Uni Soviet (Rusia) saat itu, Joseph Stallin, dengan membawa konsep keamanan, menolak mentah-mentah usulan Truman.
AS pun menganggap Stallin berlebihan dan langsung memutuskan menghentikan seluruh bantuan pada Uni Soviet pada Mei 1945.
Baca juga: Perang Saudara yang Berkaitan dengan Perang Dingin
Sesudah Perang Dunia II, kisaran periode 1947. Uni Soviet dan AS mulai adu kekuatan, berusaha jadi yang paling menonjol, berseteru jadi negara paling kuat di dunia.
Dimulailah era Perang Dingin atau "Perang Urat Syaraf", di mana yang beradu bukan pasukan di lapangan, tapi ketegangan akibat konflik kepentingan, supremasi, sampai perbedaan ideologi.
Blok Barat dipimpin AS, sementara Blok Timur dikendalikan Soviet.
Istilah "Perang Dingin" yang pertama kali diperkenalkan Bernard Baruch dan Walter Lippman dari AS ini, terus terjadi hingga 1991, saat Soviet resmi runtuh.
Baca juga: [Cerita Dunia] Mikhail Gorbachev Mundur, Uni Soviet Runtuh
Perebutan pengaruh kedua negara adidaya ini memang terbagi atas blok, di mana AS membantu sekutunya seperti Perancis dan Inggris, juga negara Eropa Barat lain yang kondisinya terpuruk pasca-Perang Dunia II.
Sementara Soviet, membantu membebaskan Eropa bagian Timur dari kungkungan Jerman, lantas membangun kembali perekonomian mereka.
Tak hanya itu, Soviet juga terus mencoba meluaskan pengaruhnya dengan mendukung berbagai perebutan kekuasaan di banyak negara, seperti Bulgaria, Hongaria, Albania, Polandia, Rumania, sampai Cekoslowakia (Republik Ceko).
Inilah yang menyebabkan banyak negara Eropa Timur akhirnya masuk dalam pemerintahan Uni Soviet yang berhaluan kiri atau komunis.
Baca juga: Uni Soviet: Sejarah, Ekonomi, dan Pembubaran
Fokus AS selalu pada kemakmuran--condong ke arah liberalisme yang yakin bahwa industri jadi kuncinya. Rakyat yang sejahtera dinilai bisa terhindar dari pengaruh sosialis-komunis Soviet.
Sementara komunis ala Soviet, selain memberi paket bantuan ekonomi, juga langsung menyasar rakyat yang sedang berjuang dengan mengirimkan tenaga ahli dan peralatan militer.
Pengaruh keduanya makin melebar menyusul banyaknya negara baru di luar Benua Eropa yang merdeka.
Baca juga: Berakhirnya Perang Dingin
Memasuki dekade 1970-an, perang dingin dianggap semakin "mendingin". Kedua negara mulai bisa berkompromi.
Mulai dari masalah di Berlin Barat tahun 1971 yang bisa diselesaikan dalam perundingan, hingga kesepakatan AS dan Soviet dalam Persetujuan SALT atau pembatasan persenjataan strategis.
Kehadiran presiden AS Ronald Reagan juga dinilai penting. Dirinya bisa memengaruhi sikap Presiden Soviet Mikail Gorbachev, yang akhirnya mencapai kesepakatan dalam pembatasan nuklir balistik, tahun 1987.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.