Porton Down sering digambarkan sebagai “standar emas” untuk keamanan hayati, dan laboratorium Kategori 4 diatur dengan sangat ketat.
Tetapi laboratorium Kategori 3 dengan kontrol yang lebih longgar pengamanannya, jumlahnya jauh lebih umum.
Kolonel de Bretton-Gordon mengatakan ada lebih dari 3.000 laboratorium Kategori 3 di seluruh dunia.
Mayoritas terlibat dalam penelitian medis, tetapi itu sering melibatkan penahanan dan pengujian virus seperti Covid-19.
Dan beberapa kategori itu berada di negara-negara seperti Iran, Suriah, dan Korea Utara, di mana motif kekuasaan yang berkuasa dianggap mengkhawatirkan oleh sebagian besar dunia luar.
Baca juga: Biden Minta Hasil Penyelidikan Asal-usul Covid-19 Badan Intelijen Diserahkan dalam 90 Hari Lagi
Dibandingkan dengan ancaman biologis, penelitian senjata kimia memang diatur jauh lebih baik.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) didirikan berdasarkan Konvensi Senjata Kimia pada 1997 dan mencakup 193 negara anggota.
Badan tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan inspeksi lapangan, untuk memastikan bahwa tidak ada penelitian dan pengembangan ilegal yang sedang berlangsung.
Seperti yang diperlihatkan oleh peristiwa di Suriah. OPCW belum mampu menghentikan pembuatan dan penggunaan senjata kimia, tetapi OPCW disebut aktif dan efektif.
Pengendalian penelitian biologi dan persenjataan kurang ketat. Konvensi Senjata Biologis (BWC), yang secara efektif melarang senjata biologis dan racun, mulai berlaku pada 1975.
Tetapi lebih sedikit negara yang menjadi anggota BWC. Ada pun itu belum pernah menyepakati rezim verifikasi yang tepat, untuk memastikan anggota mematuhi aturan sepenuhnya.
Kolonel de Bretton-Gordon berharap risiko yang ditimbulkan oleh pusat-pusat biologis di seluruh dunia akan menjadi agenda pada pertemuan puncak para pemimpin G7 pada Juni.
Dia telah melobi para menteri pemerintah Inggris untuk mendorong kontrol yang lebih ketat. Para pendukungnya termasuk mantan kepala CIA, Jenderal David Petraeus.
"Saya pikir hampir semua presiden AS ingin mendukung saran ini. Para pemimpin dunia harus mengambil langkah ini ke depan. Beberapa mungkin menentang gagasan itu karena alasan mereka sendiri - Korea Utara, misalnya. Tapi saya pikir mayoritas besar akan menginginkannya," kata Jenderal Petraeus.
Baca juga: China Tuding AS Main Politik dengan Luncurkan Penyelidikan Baru Asal-usul Covid-19
Dari 2007-2008 Jenderal Petraeus adalah komandan pasukan multinasional pimpinan AS di Irak.