Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Biosekuriti: Pengamanan Laboratorium Virus yang Longgar Peluang bagi Teroris

Kompas.com - 01/06/2021, 14:12 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber BBC

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 memperlihatkan bahaya serangan virus yang tidak terkendali pada planet yang kini semakin padat penduduk dan saling terhubung satu sama lain.

Dalam 18 bulan Covid-19 telah menjangkit sekitar 166 juta penduduk seluruh dunia.

Baca juga: Intelijen Inggris dan Studi Baru Dukung Penyelidikan AS Soal Teori Covid-19 Bocor dari Laboratorium

Secara resmi jumlah kematian akibat Covid-19 adalah 3,4 juta, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekarang mengatakan angka sebenarnya mungkin 8 juta atau bahkan lebih tinggi.

AS baru saja mengumumkan sedang meninjau kembali asal-usul virus Covid-19, termasuk kemungkinan lolos dari laboratorium Wuhan.

Penyelidikan itu dilakukan meskipun WHO mengatakan awal tahun ini teori tersebut "sangat tidak mungkin".

Tapi di satu sisi organisasi dunia itu juga tidak memungkiri selalu tahu ada kemungkinan risiko patogen mematikan bisa muncul karena hal itu.

Sekarang seorang ahli perang biologi terkemuka meminta para pemimpin kelompok G7 dari negara industri terkemuka untuk mempertimbangkan pembatasan yang lebih ketat di tiap laboratorium.

Dia memperingatkan bahwa laboratorium yang diatur secara longgar adalah pintu gerbang bagi teroris.

Baca juga: Peneliti di Lab Wuhan Diduga Abaikan Perlindungan

Risiko bahaya

Kolonel Hamish de Bretton-Gordon adalah seorang tentara yang menjadi akademisi yang sebelumnya memimpin Resimen Gabungan Kimia, Biologi, Radiologi, dan Nuklir Inggris.

Dia telah meneliti efek perang kimia dan biologi secara langsung, terutama di Irak dan Suriah.

"Sayangnya saya telah menghabiskan banyak hidup saya di tempat-tempat di mana ada pemerintah jahat yang ingin menyakiti orang lain.”

“Saya pikir laboratorium ini menjadi target terbuka bagi teroris dan lainnya, dan sudah kewajiban kita untuk membuatnya sesulit mungkin (ditembus) oleh mereka," katanya melansir BBC pada Senin (31/5/2021).

Dilaporkan bahwa kontrol internasional di pusat-pusat tempat virus berbahaya dibuat dan dipelajari, terbukti sangat lemah.

Mereka yang bekerja dengan patogen dari berbagai jenis dikelompokkan menurut tingkat risiko potensi bahaya biohazardnya, dari 1 hingga 4, tingkat tertinggi.

Lima puluh atau lebih laboratorium di seluruh dunia masuk dalam Kategori 4. Di antaranya Porton Down, dekat Salisbury, pusat penelitian biologi dan kimia paling rahasia di Inggris.

Porton Down sering digambarkan sebagai “standar emas” untuk keamanan hayati, dan laboratorium Kategori 4 diatur dengan sangat ketat.

Tetapi laboratorium Kategori 3 dengan kontrol yang lebih longgar pengamanannya, jumlahnya jauh lebih umum.

Kolonel de Bretton-Gordon mengatakan ada lebih dari 3.000 laboratorium Kategori 3 di seluruh dunia.

Mayoritas terlibat dalam penelitian medis, tetapi itu sering melibatkan penahanan dan pengujian virus seperti Covid-19.

Dan beberapa kategori itu berada di negara-negara seperti Iran, Suriah, dan Korea Utara, di mana motif kekuasaan yang berkuasa dianggap mengkhawatirkan oleh sebagian besar dunia luar.

Baca juga: Biden Minta Hasil Penyelidikan Asal-usul Covid-19 Badan Intelijen Diserahkan dalam 90 Hari Lagi

Regulasi senjata biologis

Dibandingkan dengan ancaman biologis, penelitian senjata kimia memang diatur jauh lebih baik.

Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) didirikan berdasarkan Konvensi Senjata Kimia pada 1997 dan mencakup 193 negara anggota.

Badan tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan inspeksi lapangan, untuk memastikan bahwa tidak ada penelitian dan pengembangan ilegal yang sedang berlangsung.

Seperti yang diperlihatkan oleh peristiwa di Suriah. OPCW belum mampu menghentikan pembuatan dan penggunaan senjata kimia, tetapi OPCW disebut aktif dan efektif.

Pengendalian penelitian biologi dan persenjataan kurang ketat. Konvensi Senjata Biologis (BWC), yang secara efektif melarang senjata biologis dan racun, mulai berlaku pada 1975.

Tetapi lebih sedikit negara yang menjadi anggota BWC. Ada pun itu belum pernah menyepakati rezim verifikasi yang tepat, untuk memastikan anggota mematuhi aturan sepenuhnya.

Kolonel de Bretton-Gordon berharap risiko yang ditimbulkan oleh pusat-pusat biologis di seluruh dunia akan menjadi agenda pada pertemuan puncak para pemimpin G7 pada Juni.

Dia telah melobi para menteri pemerintah Inggris untuk mendorong kontrol yang lebih ketat. Para pendukungnya termasuk mantan kepala CIA, Jenderal David Petraeus.

"Saya pikir hampir semua presiden AS ingin mendukung saran ini. Para pemimpin dunia harus mengambil langkah ini ke depan. Beberapa mungkin menentang gagasan itu karena alasan mereka sendiri - Korea Utara, misalnya. Tapi saya pikir mayoritas besar akan menginginkannya," kata Jenderal Petraeus.

Baca juga: China Tuding AS Main Politik dengan Luncurkan Penyelidikan Baru Asal-usul Covid-19

Dari 2007-2008 Jenderal Petraeus adalah komandan pasukan multinasional pimpinan AS di Irak.

Di bawah Saddam Hussein, negara itu dituding mengembangkan senjata kimia dan biologi, meskipun tidak ada yang ditemukan setelah pimpinan AS melakukan invasi pada 2003.

Ketika bertanggung jawab atas CIA, Petraeus memperkuat ketakutannya bahwa senjata biologis di bawah kendali pemerintah yang “nakal” dapat menimbulkan ancaman yang sangat serius.

Selama beberapa dekade negara-negara telah menekan untuk kontrol yang lebih besar atas senjata nuklir dan terakhir senjata kimia, dan penelitian yang menghasilkan senjata jenis itu.

Ada banyak kematian karena hal-hal tersebut. Senjata kimia menewaskan ribuan orang Kurdi di Irak pada 1988. Termasuk sejumlah orang Suriah yang tidak diketahui selama perang saudara saat ini.

Tetapi mengingat bahwa 8 juta orang mungkin telah meninggal karena Covid-19, kemungkinan virus dapat lolos dari salah satu dari 3.000 atau lebih laboratorium yang tidak dikontrol secara menyeluruh membuat ancaman biologis semakin berbahaya.

Baca juga: 14 Negara Menyatakan Kekhawatiran atas Studi WHO tentang Asal-usul Covid-19 di Wuhan

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com