Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Referendum Perjanjian Dagang Indonesia-Swiss, Begini Tanggapan Dubes RI

Kompas.com - 22/02/2021, 10:00 WIB
Krisna Diantha Akassa,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KBRI Bern mengajak seluruh LSM yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan hidup, termasuk juga PanEco, untuk secara positif memandang IE-CEPA sebagai babak baru untuk mencapai kerja sama yang sustainable. IE-CEPA ini spesial, ada bab khusus sustainability di dalamnya, jadi sebaiknya dilihat sebagai harapan baru untuk memperbaiki berbagai tantangan terkait sustainability.

Mengingat referendum adalah urusan internal Swiss, apakah hal ini membuat KBRI menjadi terbatas dalam menangkal tuduhan kelompok penentang IE-CEPA tersebut?

Benar, referendum adalah urusan internal Swiss, namun ini tidak membatasi gerak kami. KBRI Bern membuka berbagai jalur untuk meluruskan berbagai opini yang salah tentang Indonesia. Secara rutin kami menyampaikan berbagai kebijakan dan data-data yang terkini dan faktual kepada berbagai pihak di Swiss, baik dari pihak pendukung, maupun pihak penentang. Seluruh upaya ini dilakukan dengan hati-hati, dengan menjunjung prinsip untuk tidak mencampuri urusan domestik Swiss.

Apa saja yang dilakukan KBRI Bern untuk menangkal atau setidaknya menetralisir serangan kelompok penentang IE-CEPA?

KBRI Bern senantiasa memberikan informasi yang terkini dan faktual terkait minyak kelapa sawit, baik kepada pihak pendukung maupun pihak penentang. Secara khusus, kami menyusun blog www.indonesiainswiss.com yang hadir dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman. Untuk menjamin data yang kami punya sesuai dengan fakta lapangan, KBRI Bern juga mengadakan berbagai pertemuan dan konsultasi, baik formal dan informal, dengan berbagai pihak terkait seperti Kementerian, LSM, peneliti, sektor swasta, baik di Indonesia (GAPKI, Yayasan Kehati), maupun di Swiss (ETH Zurich).

Dialog konsultasi informal juga dilakukan dengan berbagai pihak di Swiss, termasuk dengan Kementerian Ekonomi (SECO), asosiasi pengusaha Swiss, Kamar Dagang di beberapa provinsi, serta lembaga lainnya. Upaya ini pun kami lakukan dengan dukungan dari rekan-rekan di PTRI Jenewa dan Atase Perdagangan RI di Jenewa. Tidak ketinggalan, asosiasi pengusaha Swiss juga menyusun laman khusus untuk mendukung IE-CEPA, yang dapat diakses melalui http://indonesien-ja.ch.

Jajak pendapat menjelang referendum menunjukkan persaingan ketat antara penentang dan penerima IE-CEPA. Bagaimana KBRI Bern melihat hal ini. Apakah KBRI Bern optimis bahwa rakyat Swiss akan menerima IE-CEPA tersebut?

Kami berharap bahwa sebagian besar rakyat Swiss akan mendukung IE CEPA, mengingat potensi IE-CEPA yang sangat besar dan dapat menguntungkan Indonesia dan Swiss. Terlebih lagi di situasi sekarang ini, IE-CEPA dapat membantu kedua negara untuk bangkit kembali dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Kelapa sawit adalah bagian kecil dari bagian perjanjian dagang ini. Mengapa Indonesia tidak mencoret produk kelapa sawit dari perjanjian tersebut demi komoditas lain yang berjumlah lebih besar?

Kelapa sawit adalah salah satu penggerak ekonomi daerah Indonesia. Lebih dari 16 juta penduduk Indonesia bergantung pada produksi kelapa sawit, dan sebagian besar dari mereka adalah petani kecil (small-holder farmers). Jadi, sawit secara langsung berkontribusi untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Mencoret kelapa sawit dari IE-CEPA berarti menyerang perekonomian Indonesia.

IE-CEPA tidak hanya mencantumkan ekspor produk Indonesia ke Swiss, tapi juga mencakup komoditas ekspor Swiss ke Indonesia, jadi sekali lagi, sifatnya dua arah dan dengan semangat saling menguntungkan. Kelapa sawit bagi Indonesia, tentu hampir sama marwahnya dengan keju, susu, dan jam tangan bagi Swiss, sehingga keberadaan kelapa sawit pada IE-CEPA itu penting. Untuk perbandingan saja, produksi keju dan susu Swiss menghidupi para peternak dan petani lokal, begitu pula dengan produksi minyak kelapa sawit di Indonesia yang memberikan penghidupan bagi petani kecil kita.

Tentu saja ini tidak serta merta melupakan fakta bahwa komoditas ekspor Indonesia ke Swiss yang tertinggi masih berupa emas, produk tekstil, kopi, mebel, dan minyak atsiri.

Baca juga: Sepanjang 2020, Produksi Kelapa Sawit Capai 51,58 Juta Ton

Ada 2000 warga Indonesia di Swiss, apakah ada upaya KBRI Bern untuk menjelaskan ke kalangan ini tentang IE-CEPA?

KBRI Bern telah mengadakan pertemuan dengan masyarakat dan diaspora Indonesia di Swiss untuk menjelaskan terkait IE-CEPA secara umum, dan isu kelapa sawit secara khusus. Kami telah menyampaikan pentingnya IE-CEPA bagi kedua negara, serta memberikan informasi terkini terkait pengelolaan kelapa sawit di Indonesia. Respon yang kami dapatkan sangat baik, diaspora Indonesia secara khusus bersedia membantu sebagai corong untuk menjelaskan situasi yang sebenarnya di tempat mereka bekerja dan bersosialisasi. Kami mendapat laporan yang positif, para diaspora tersebut telah membantu menyebarkan informasi yang benar, termasuk kami pantau juga di media sosial.

Ada tudingan bahwa jika IE-CEPA terlaksana, maka perusahaan Swiss akan lebih leluasa masuk Indonesia, dan selanjutnya cenderung mengabaikan dampak lingkungan hidup dan sosial karena pemerintah Indonesia tidak ketat mengontrolnya.

Seperti yang sudah disampaikan, IE-CEPA bersifat dua arah dan semangatnya untuk saling menguntungkan. Bab khusus sustainability telah disepakati dan ditandatangani oleh Indonesia dan seluruh negara EFTA, jadi pengawasan isu lingkungan hidup dan sosial merupakan komitmen bersama.

Dari pihak kita, Pemerintah Indonesia telah memiliki sejumlah aturan untuk memperkuat perlindungan terhadap lingkungan termasuk dalam kegiatan investor asing di Indonesia yang antara lain dituangkan dalam UU Cipta Kerja. Sebaliknya dari pihak Swiss, aturan terkait pengelolaan lingkungan dan habitat satwa liar juga telah diatur melalui kebijakan nasional mereka. Kondisi ini juga berlaku bagi perusahaan Indonesia yang akan masuk ke Swiss. Jadi semangat IE-CEPA ini adalah untuk saling berkontribusi dan saling membangun.

Baca juga: 3 Pembakar Kantor Perkebunan Kelapa Sawit di Kalbar Ditetapkan sebagai Tersangka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com