Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Kesaksian Baru atas Kematian Malcolm X, Pihak Keluarga Minta Penyelidikan Dibuka Kembali

Kompas.com - 22/02/2021, 09:26 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Putri dari aktivis muslim kulit hitam terkemuka Malcolm X, Ilyasah Shabazz menyerukan agar penyelidikan terhadap pembunuhan mendiang ayahnya kembali dibuka karea ada kesaksian baru.

Kesaksian baru itu mengungkap bahwa polisi New York dan FBI terlibat dalam pembunuhan Malcolm X alias El Hajj Malik El Shabazz pada 21 Februari 1965.

"Setiap bukti yang memberikan pengetahuan terbesar tentang kebenaran di balik tragedi mengerikan itu harus diselidiki secara menyeluruh," kata Ilyasah Shabazz, salah satu dari enam putri Malcolm X, selama jumpa pers pada Sabtu (20/2/2021).

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Terbunuhnya Malcolm X, Tokoh Nasionalis Afro-Amerika

Malcolm X disejajarkan dengan tokoh Martin Luther King Jr, sebagai salah satu orang Afro-Amerika yang paling berpengaruh dalam sejarah.

Malcolm X adalah aktivis pembela hak-hak kulit hitam Muslim yang terang-terangan meskipun para kritikus mengatakan bahwa dia juga menyampaikan rasialisme dan kekerasan.

Dia ditembak mati saat tampil sebagai pembicara publik di New York pada 21 Februari 1965.

Baca juga: Turki Ubah Nama Jalan di Depan Gedung Baru Kedubes AS Jadi Malcolm X

Ketika dihubungi pada Minggu oleh kantor berita AFP, Juru bicara jaksa wilayah Manhattan mengatakan "peninjauan" kantor terhadap kasus tersebut "sedang aktif dan sedang berlangsung."

Selama jumpa pers, sebuah surat yang ditulis oleh mantan perwira polisi New York Raymond Wood, yang sekarang sudah meninggal, dibacakan, di mana dia menuduh NYPD dan FBI terlibat dalam pembunuhan tersebut.

Menurut sepupunya, Wood, yang berkulit hitam dan bekerja sebagai agen rahasia, mengaku telah mendekati rombongan Malcolm X atas perintah atasannya.

Wood telah menahan 2 pengawal Malcolm X beberapa hari sebelum peristiwa pembunuhan.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Malcolm X

Pada 1965, 55 tahun yang lalu, El Hajj Malik El Shabazz, nama muslim dari Malcolm X, tanpa 2 pengawalnya, tewas ditembak mati oleh 3 pria bersenjata ketika hendak menyampaikan pidato publik di Aula Audubon, sebuah panggung teater di Harlem, bagian utara Manhattan, Amerika Serikat.

Wood yang tidak memberi kesaksian kepada publik sampai kematiannya menuduh NYPD atau polisi New York dan FBI merahasiakan aspek-aspek tertentu dari kasus kematian Malcolm X.

Pada Februari 2020, setelah Netflix merilis serial dokumenter "Who Killed Malcolm X?", Jaksa Wilayah Manhattan, Cyrus Vance, meminta timnya untuk meninjau kasus tersebut untuk menentukan apakah penyelidikan harus dibuka kembali atau tidak.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Elijah Muhammad, Pemimpin Pergerakan Muslim Kulit Hitam AS

Ketika dihubungi pada Minggu oleh AFP, polisi New York mengatakan telah merilis semua catatan yang tersedia yang relevan dengan kasus itu ke kantor Jaksa Wilayah.

NYPD mengaku tetap berkomitmen untuk membantu tinjauan itu dengan cara apa pun, terang seorang juru bicara.

Adapun Kantor FBI di New York tidak menanggapi permintaan komentar dari AFP.

Baca juga: Peringatan 50 Tahun Terbunuhnya Malcolm X Digelar di Harlem

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com