Tiga tahun lalu sekitar 740.000 orang Rohingya keluar dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke negara tetangga, buntut dari operasi militer yang menurut PBB bisa menjadi genosida.
Suu Kyi adalah pemimpin de facto Myanmar saat itu, dan membela militernya dalam sidang Pengadilan Kriminal Internasional tahun 2019, atas kekejaman terhadap Rohingya termasuk pemerkosaan dan pembunuhan.
Baca selengkapnya di sini.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Ledakan Guncang Ibu Kota Arab Saudi | China Terapkan Swab Anal
4. Kudeta Myanmar, Militer Patroli di Jalan dan Terapkan Jam Malam
Militer Myanmar melakukan patroli dan menerapkan jam malam setelah kudeta mereka terhadap pemerintahan sipil.
Angkatan bersenjata menguasai negara setelah menangkap sejumlah pemimpin seperti Aung San Suu Kyi, dan Presiden Win Myint.
Tidak ada kekerasan mematikan yang dilaporkan dalam insiden itu, dengan tentara memblokade jalanan Naypyidaw maupun Yangon.
Selengkapnya baca di sini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.