Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Twitter Sebut Pemblokiran Akun Donald Trump Jadi Preseden Berbahaya

Kompas.com - 14/01/2021, 22:11 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Jack Dorsey membela keputusan Twitter untuk memblokir akun Donald Trump atas perannya dalam menghasut kerusuhan di Capitol. Meski begitu, ia menyebut langkah tersebut memiliki "konsekuensi yang nyata dan signifikan."

CEO Twitter Jack Dorsey pada hari Rabu (13/1/2021) malam waktu setempat, mengatakan bahwa keputusan untuk memblokir akun Presiden AS Donald Trump setelah kerusuhan yang terjadi di Gedung Capitol adalah keputusan yang tepat.

Namun, ia mengatakan bahwa keputusan itu mencerminkan kegagalan Twitter dalam menerapkan percakapan yang sehat.

Baca juga: Selamat Jalan, Akun Twitter Donald Trump...

"Saya yakin ini adalah keputusan yang tepat untuk Twitter," kata Dorsey seperti yang dilansir dari DW Indonesia pada Kamis (14/1/2021). 

"Kami menghadapi keadaan yang luar biasa dan tidak dapat dipertahankan, memaksa kami untuk memfokuskan semua tindakan kami pada keselamatan publik," tambahnya. 

"Dengan diambilnya tindakan ini telah memecah percakapan publik. Mereka memecah belah kita. Mereka membatasi potensi klarifikasi, pembenaran, dan pembelajaran. Dan ini menjadi preseden yang saya rasa berbahaya, kekuatan yang dimiliki individu atau perusahaan atas bagian dari percakapan publik global," lanjutnya di Twitter.

Baca juga: Twit Pemimpin Tertinggi Iran, Ali Khamenei Diblokir Twitter, Apa Isinya?

"Pemeriksaan dan pertanggungjawaban atas kekuatan ini selalu menjadi fakta bahwa layanan seperti Twitter hanyalah salah satu bagian kecil dari percakapan publik yang lebih besar yang terjadi di internet," kata Dorsey.

"Jika orang-orang tidak setuju dengan aturan dan penegakan kami, mereka dapat dengan mudah langsung berpindah ke layanan internet lain," ujarnya. 

Twitter, bersama dengan Facebook dan YouTube, telah memblokir akun pribadi Trump karena khawatir Presiden AS ke-45 ini mungkin menggunakan platform tersebut untuk memicu lebih banyak kekerasan.

Dorsey mengatakan keputusan perusahaan media sosial tidak terkoordinasi, tetapi mereka diperkuat oleh tindakan satu sama lain.

Baca juga: Staf Trump Diblokir dari Twitter karena Tawarkan Akunnya ke Presiden

Kronologi pemblokiran

Trump telah berulang kali mempertanyakan keabsahan pemilihan presiden AS. Ia kerap membuat klaim tak berdasar atas kecurangan pilpres di media sosial, serta selama unjuk rasa.

Hal ini menyebabkan sebagian besar pendukungnya percaya bahwa ia benar-benar "dicurangi".

Massa pendukung Trump yang marah pun menyerbu gedung parlemen AS Capitol di Washington pada 6 Januari ketika anggota parlemen berkumpul untuk menyatakan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

Massa - yang dipicu oleh Trump dalam pidatonya di mana dia memohon kepada mereka "berjuang mati-matian" untuk menghentikan "kecurangan" pemilu - menyerbu Gedung Capitol, menyebabkan para anggota parlemen dievakuasi.

Lima orang tewas dalam peristiwa ini, termasuk salah seorang petugas kepolisian.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com