Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Twitter Tangguhkan 70.000 Akun Penyebar Teori Konspirasi

Kompas.com - 12/01/2021, 11:24 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber USA Today

WASHINGTON, KOMPAS.com - Twitter mengatakan telah menangguhkan lebih dari 70.000 akun yang berbagi konten QAnon, yang terkenal dengan teori konspirasinya, sejak Jumat (8/1/2021).

Tindakan ini dilakukan menyusul pengepungan mematikan di Gedung Capitol Amerika Serikat (AS) pada Rabu (6/1/2021).

Melansir USA Today pada Selasa (12/1/2021), dengan ini akun yang terlibat dengan kelompok itu juga dibatasi.

Twitter juga menerapkan teknologi untuk menyeleksi unggahan di platformnya. Terutama untuk konten yang punya potensi bahaya jika tanpa peninjauan lebih lanjut oleh pembaca.

Tindakan tersebut merupakan bagian dari tindakan keras dan mendesak yang terus dikembangakan perusahaan media sosial terkemuka AS. Dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kekerasan lebih lanjut.

Dorongan untuk mencegah terulangnya serangan minggu lalu, membuat Twitter memutuskan untuk menangguhkan akun Presiden AS Donald Trump secara permanen.

Baca juga: Twitter Juga Blokir Twit Trump dari Akun @POTUS

Kebijakan ini baru dilakukan setelah bertahun-tahun Trump menguji batas-batas apa yang dapat dia katakan dalam platform itu. Mulai dari melanggar aturan perusahaan terkait kesalahan informasi pemilu, membenarkan penggunaan kekerasan, dan kebohongan tentang Covid 19.

“Sejak Jumat, lebih dari 70.000 akun telah ditangguhkan sebagai hasil dari upaya kami, menyaring banyak akun yang dioperasikan satu individu,” kata Twitter dalam sebuah unggahan di blognya.

"Akun ini terlibat dalam berbagi konten berbahaya yang terkait QAnon dalam skala besar, dan terutama didedikasikan untuk penyebaran teori konspirasi ini di seluruh layanan platform."

Bagi politisi sayap kiri, gelombang penghapusan akun dan jumlah pengikut yang menyusut mendapatkan pujian.

Tetapi kaum konservatif dan sekutu presiden menuduh Twitter dan perusahaan media sosial lainnya melakukan sensor.

Baca juga: Pembekuan Akun Medsos Donald Trump: Sensor atau Tindakan Benar?

Penyebaran ekstremisme QAnon menjadi sangat populer di Facebook, Twitter, dan YouTube. Perkembangannya semakin cepat dalam beberapa bulan terakhir.

Para pengamat mengatakan pemilihan presiden 2016 mendorong munculnya teori konspirasi yang semula pernah dipinggirkan.

Tak terhitung orang Amerika mulai menyerah pada radikalisme dalam bentuk ideologi pinggiran itu atau ekstremis yang berakar pada teori konspirasi tak berdasar.

Sebab terseret dalam perang budaya atas imigrasi dan ras, diguncang oleh pergolakan ekonomi dan putus asa untuk memiliki relasi di masa isolasi sosial.

QAnon mempromosikan dan memanfaatkan kepresidenan Trump, dan mendapat perhatian dari Presiden AS itu.

Dengan dibantu tokoh-tokoh berpengaruh termasuk presiden menggunakan megafon media sosial mereka untuk memperkuat ideologi ekstremis, QAnon menjangkau jutaan orang.

Baca juga: Sebelum Diblokir dari Akun @POTUS, Ini Kicauan Terakhir Donald Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber USA Today
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com