Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Tahu akan Ada Pandemi Covid-19, Ayah Ini Tidak Berniat Punya 19 Anak

Kompas.com - 09/10/2020, 09:27 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

ANKARA, KOMPAS.com - Seorang pria dengan 2 istri dan 19 anak khawatir keluarganya bisa kelaparan setelah dia menjadi pengangguran dalam masa pandemi virus corona.

Zeher Gezer, seorang ayah yang menamai anaknya ke-19 Yeter yang berarti "cukup". Dia berniat tidak menambah anak lagi.

Melansir Mirror pada Kamis (8/10/2020), dia telah kehilangan pekerjaannya karena pandemi virus corona, dan berkata, "Jika saya tahu ini akan terjadi, saya tidak akan punya banyak anak."

Baca juga: Singapura Tawarkan Bonus untuk Tingkatkan Jumlah Kelahiran Anak di Tengah Pandemi Covid-19

Zeher dan keluarga besarnya tinggal di kota Diyarbakir di provinsi Turki tenggara dengan nama yang sama, memiliki 19 anak dari 2 istrinya.

Dia dan 2 istrinya mencintai keluarga besar mereka, tapi dia mengatakan butuh perjuangan untuk memenuhi kebutuhan.

Dia mengatakan pandemi virus corona telah membuatnya tidak dapat menemukan pekerjaan, sampai sulit berjuang untuk memberi makan keluarganya.

Baca juga: Ayah Memilih Tidak Rusak Mobil, Bayi 1 Tahun Meninggal Kepanasan

Di Turki, poligami adalah ilegal, tetapi dimungkinkan untuk menyiasati hukum dengan hanya menikahi istri kedua secara hukum agama, tetapi tidak mendaftarkannya sebagai pernikahan yang sah di kantor catatan sipil.

Para ibu, Dilber dan Ikramiye Gezer, mengaku awalnya tidak akur. Namun, kata mereka kini sudah seperti saudara bahkan saling mendukung di rumah yang ramai.

Istri pertama Zeher, Dilber, ibu dari 10 anak itu berkata, “Awalnya saya cemburu dengan istrinya yang baru menikah dan bahkan sedikit sedih, tetapi sekarang kami seperti saudara perempuan."

Baca juga: Lakukan Perbuatan Cabul di Depan Anak Kecil, Wanita Ini Ditangkap

“Dia (istri kedua) punya anak dan aku juga. Anak-anaknya adalah milikku dan milikku adalah miliknya,” tambahnya.

Kesulitan keuangan yang berarti seringkali membuat tidak ada cukup makanan di atas meja, juga berarti 4 dari anak perempuan dan 1 anak laki-laki terbesarnya tidak dapat pergi ke sekolah, dan keluarga tersebut harus mengeluarkan salah satu dari anak perempuan kelas 7 mereka juga.

Zeher berkata dia berharap untuk menafkahi keluarganya sendiri. Namun, dia kehilangan pekerjaan karena pandemi Covid-19.

Baca juga: Jelaskan Soal Matematika ke Anak, Seorang Ayah Alami Serangan Jantung

"Jika saya tahu ini akan terjadi, saya tidak akan memiliki begitu banyak anak," ungkapnya lagi.

Kesembilanbelas anak tersebut, yang seringkali harus tidur tanpa makan, berharap pihak berwenang setempat akan mengulurkan tangan membantu.

Zeher berkata, “Saya memohon kepada negara, perdana menteri, dan presiden. Kami membutuhkan mereka untuk melindungi kami. Kami hidup sengsara, jika kami tidak segera mendapatkan bantuan, kami semua bisa mati kelaparan.”

Baca juga: Disiarkan Netflix, Pria Pembunuh Istri dan Anak-anaknya Mengaku Sangat Malu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Warga Thailand Pakai Boneka Doraemon dalam Ritual Panggil Hujan, Kok Bisa?

Global
Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com