Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkumpul untuk Pawai Hak Sipil Kulit Hitam, Massa Orasikan Kebrutalan Polisi Kulit Putih

Kompas.com - 30/08/2020, 13:50 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber Sky News

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Ribuan orang berkumpul untuk memperingati Pawai bersejarah menuntut hak-hak sipil orang-orang kulit hitam di Washington DC pada 1963, dengan menunjukkan protes terhadap kebrutalan polisi terhadap orang kulit hitam Amerika.

Melansir Sky News pada Sabtu (29/8/2020), dalam unjuk rasa pada Jumat (28/8/2020), puluhan orang berorasi dengan penuh semangat tentang kekerasan yang sedang berlangsung terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat (AS), oleh orang kulit putih di bidang penegakan hukum. 

Kasus terakhir yang paling di sorot adalah penembakan Jacob Blake di Wisconsin.

Ayah Blake, juga bernama Jacob Blake, termasuk di antara mereka yang berbicara kepada orang banyak pada Jumat itu, memberi tahu mereka yang hadir bahwa ayahnya sendiri berada di Pawai pertama di Washington.

"Saya benar-benar tidak ingin datang menemui Anda semua di sini hari ini karena alasan ini," katanya, menambahkan, "Tetapi saya memiliki kewajiban."

Baca juga: Selain Jacob Blake dan George Floyd, Berikut Kematian Warga Kulit Hitam yang Picu Demo di AS

Pendeta Al Sharpton, Martin Luther King III dan anggota keluarga korban lainnya yang meninggal atau terluka akibat kekerasan polisi juga berbicara di acara tersebut.

Pertemuan Jumat kemarin, 57 tahun sejak pidato "Saya punya mimpi" dari Martin Luther King Jr di lokasi yang sama, dan 5 hari setelah Blake (29 tahun), ditembak berulang kali oleh petugas polisi di kota Kenosha - di depan anak-anaknya.

Blake selamat dari serangan tembakan polisi, tetapi telah menjadi lumpuh dari pinggang ke bawah, menurut informasi keluarganya.

Penembakannya memicu protes massa, dengan orang-orang menuntut keadilan bagi kehidupan kulit hitam.

Dua orang tewas selama demonstrasi di Kenosha setelah seorang pemuda kulit putih, yang tertangkap video ponsel, melepaskan tembakan di tengah jalan dengan senapan semi-otomatis.

Baca juga: Polisi 7 Kali Tembak Punggung Jacob Blake Pria Kulit Hitam, Demo Besar Pecah Lagi di AS

Kyle Rittenhouse, 17 tahun, didakwa sebagai pelaku pembunuhan.

Pendeta Sharpton, dengan organisasi hak-hak sipilnya, National Action Network merencanakan acara tersebut, mengundang keluarga George Floyd, Breonna Taylor, Rayshard Brooks, Ahmaud Arbery, Trayvon Martin, Eric Garner, dan Jacob Blake untuk berbicara pada Jumat itu.

Floyd, Taylor, Brooks, dan Garner, semuanya dibunuh oleh petugas polisi AS, sementara Arbery dan Martin keduanya dibunuh oleh orang kulit putih yang mengejar mereka dengan senjata.

Para pengunjuk rasa yang ambil bagian dalam unjuk rasa berdiri dalam antrian yang berjarak di beberapa jalan, ketika pihak koordinator bersikeras untuk mengecek suhu tubuh para peserta acara sebagai bagian dari aturan pembatasan penyebaran virus corona.

Mereka terlihat mengenakan masker dan juga duduk di kursi yang telah ditata dengan jarak tertentu.

Baca juga: Kronologi Polisi AS 7 Kali Tembak Punggung Pria Kulit Hitam Jacob Blake

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Punggung Basah dan Kepala Pusing, Pelajar Filipina Menderita akibat Panas Ekstrem

Global
Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Anak Muda Korsel Mengaku Siap Perang jika Diserang Korut

Global
Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Demonstran Pro-Palestina di UCLA Bentrok dengan Pendukung Israel

Global
Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com