PORT LOUIS, KOMPAS.com – Ribuan pengunjuk rasa berdemonstrasi di ibu kota Mauritius, Port Louis, pada Sabtu (29/8/2020) untuk menuntut penyelidikan atas tumpahan minyak.
Tumpahan minyak dari kapal kargo curah MV Wakashio tersebut membuat pemerintah Mauritius mengumumkan darurat lingkungan.
Selain itu, setidaknya terdapat 40 lumba-lumba yang ditemukan mati di dekat lokasi tumpahan minyak sebagaimana dilansir dari Reuters.
Para pencinta lingkungan meminta penyelidikan apakah lumba-lumba itu mati akibat tumpahan dari MV Wakashio yang menghantam terumbu karang bulan lalu.
Baca juga: 25 Ekor Lumba-lumba Mati Terdampar Pasca Tumpahan 1.000 Ton Minyak di Pantai Mauritius
Seorang demonstran memegang spanduk bergambar lumba-lumba berlumuran minyak dan bertuliskan "kehidupan kami penting".
Pengunjuk rasa lain bahkan menyerukan agar pemerintah mundur. Bendera Mauritius lalu dikibarkan di seluruh penjuru alun-alun Katedral St Louis.
Seorang ilmuwan lingkungan, Fabiola Monty, mengatakan mereka tidak mempercayai pemerintah dan informasi mengenai pengelolaan dan tanggapan terhadap bencana minyak tumpah tersebut.
Pemerintah mengatakan akan melakukan autopsi terhadap semua lumba-lumba yang mati dan telah membentuk komisi untuk menyelidiki tumpahan minyak.
Baca juga: Bencana Minyak Tumpah Mauritius, Hewan Laut Mulai Mati
Dua investigasi sedang dilakukan. Satu investigasi dilakukan oleh kepolisian terhadap tanggung jawab awak kapal.
Sedangkan investigasi lainnya dilakukan oleh pejabat senior Kementerian Perkapalan untuk menyelidiki apa yang terjadi dengan MV Wakashio.
Sejauh ini, dokter hewan telah memeriksa dua bangkai mamalia yang menunjukkan tanda-tanda cedera tetapi tidak ada jejak minyak di tubuh mereka, menurut hasil otopsi awal.
Autopsi pada dua mamalia tersebut pertama dilakukan oleh Albion Fisheries Research Center yang dikelola pemerintah.
Baca juga: MV Wakashio Retak, Bencana Minyak Tumpah di Mauritius Bisa Makin Parah
Hasil otopsi pada 25 lumba-lumba yang terdampar di pantai pada Rabu (26/8/2020) dan Kamis (27/8/2020) diharapkan akan keluar dalam beberapa hari mendatang, menurut Jasvin Sok Appadu dari Kementerian Perikanan.
Kelompok pencinta lingkungan lokal, Eco-Sud, juga ikut serta dalam aksi demonstrasi pada Sabtu.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (28/8/2020), mereka mengatakan bahwa perwakilan dari masyarakat sipil harus hadir selama autopsi dan meminta pendapat kedua dari spesialis independen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.