Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok: Mengapa Jadi Ancaman Keamanan di Sejumlah Negara?

Kompas.com - 09/08/2020, 15:47 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Editor

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Donald Trump memperingatkan bahwa ia akan melarang TikTok kecuali jika ada perusahaan Amerika yang membeli operasi TikTok di AS. Apa yang menyebabkan aplikasi yang berhasil menarik jutaan pengguna itu dianggap sebagai risiko keamanan nasional hanya dalam waktu dua tahun?

Beruang kenyal berwarna merah berdiri di atas panggung remang-remang sendirian ketika kemudian ada suara Adele bernyanyi.

Lalu, kerumunan yang tak terlihat bergabung dengan baris lagu berikutnya, kamera kemudian menunjukkan ratusan beruang kenyal yang seolah-olah tengah bernyanyi lagu Adele 'Someone Like You' bersama-sama.

Baca juga: Jaga-jaga Diblokir AS, TikTok Akan Dirikan Pusat Data Pertama di Eropa

Video itu konyol, imut, dan sangat menyenangkan ditonton. Dan untuk aplikasi video pemula TikTok, video itu melakukan lebih banyak untuk waktu 15 detik daripada anggaran pemasaran yang bernilai jutaan.

Setelah diunggah pada bulan Desember 2018, video itu sudah ditonton jutaan orang, tetapi - yang lebih penting - ditiru oleh ribuan orang di jejaring sosial lainnya.

Aplikasi itu mencuat secara global dan sejak saat itu TikTok telah menarik ratusan juta penonton yang bersemangat, kreatif dan muda.

Asal usul TikTok berbeda dengan kisah start-up yang sering kita dengar sebelumnya. Perusahaan itu bukan kerajaan yang dibangun oleh beberapa orang dengan ide bagus di garasi rumah mereka.

Aplikasi itu sebenarnya bermula dari tiga aplikasi berbeda.

Yang pertama adalah aplikasi AS bernama Musical.ly, yang diluncurkan pada 2014 dan memiliki sejumlah pengikut yang jumlahnya "sehat" di negara itu.

Baca juga: Sebut TikTok dan WeChat Ancaman AS, Trump Keluarkan Perintah Eksekutif

Pada 2016, raksasa teknologi China ByteDance meluncurkan layanan serupa di China yang disebut Douyin. Aplikasi itu menarik 100 juta pengguna di China dan Thailand dalam kurun waktu setahun.

ByteDance melihat prospek yang cerah dan ingin memperluas bisnis dengan merek yang berbeda - TikTok. Jadi, pada 2018 perusahaan itu membeli Musical.ly dan memulai ekspansi global TikTok.

Rahasia TikTok terletak pada penggunaan musik dan algoritme yang luar biasa kuat, yang mempelajari apa yang disukai pengguna jauh lebih cepat daripada banyak aplikasi lain.

Ilustrasi fitur latar belakang musik dalam video di SnapchatSnap Ilustrasi fitur latar belakang musik dalam video di Snapchat

Pengguna dapat memilih dari database lagu yang besar, filter dan klip film untuk melakukan lipsync.

Fitur itu mengilhami beberapa tren besar seperti Old Town Road rapper Lil Nas X atau Bored in the House yang dibuat Curtis Roach.

Bahkan theme tune BBC News menjadi viral ketika orang Inggris semakin santai melihat briefing virus corona setiap hari.

Banyak orang akan menghabiskan sebagian besar waktunya di laman "For You".

Baca juga: Sejumlah Negara Berencana Larang Aplikasi TikTok, Ini Kata Kemenlu

Di sinilah algoritma menawarkan konten bagi pengguna, mengantisipasi apa yang akan mereka nikmati berdasarkan konten yang telah mereka saksikan.

Fitur itu juga merupakan tempat konten yang potensial viral dipajang.

Idenya adalah bahwa jika kontennya bagus, konten itu akan viral, terlepas dari berapa banyak pengikut yang dimiliki si pembuat konten.

Banyak komunitas TikTok telah bermunculan. Mereka disatukan oleh jenis konten yang mereka nikmati.

Pengguna lain, termasuk kelompok LGBT dan pembuat konten yang bukan influencer, berada di platform itu untuk membuat konten informatif atau lucu untuk orang-orang yang berpikiran sama.

Pertumbuhan TikTok dan aplikasi saudaranya Douyin telah pesat.

Pada Juli tahun lalu aplikasi itu sudah memiliki satu miliar pengunduh di seluruh dunia, di mana 500 juta di antaranya adalah pengguna aktif. Setahun kemudian mereka memiliki dua miliar pengunduh dan sekitar 800 juta pengguna aktif.

Baca juga: Bersiap Blokir TikTok dan WeChat di AS, Trump Mulai Obok-obok Sektor Bisnis

TikTok dan politik

Pertumbuhan pesat aplikasi itu juga menarik perhatian para politisi. Apa makna dari aplikasi China yang begitu cepat menjadi bagian besar dari kehidupan modern?

Meskipun tuduhan itu tidak jelas, India dan AS khawatir TikTok mengumpulkan data sensitif dari pengguna yang dapat digunakan oleh pemerintah China untuk memata-matai.

Setiap perusahaan besar China dituding memiliki "sel" internal yang bertanggung jawab kepada Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa, dengan banyak agennya yang bertugas mengumpulkan rahasia.

India awalnya melarang TikTok pada April 2019, setelah pengadilan memerintahkan pencabutannya dari layanan pengunduh aplikasi, menyusul adanya klaim bahwa aplikasi itu digunakan untuk menyebarkan pornografi. Keputusan itu dibatalkan saat naik banding.

India kemudian melarang TikTok lagi, bersama dengan puluhan aplikasi milik China lainnya pada Juni 2020. Saat itu pemerintah India mengatakan telah menerima keluhan bahwa aplikasi itu "mencuri dan secara diam-diam mengirimkan data pengguna".

Baca juga: Apple, Facebook, dan TikTok Dikenai PPN 10 Persen Mulai 1 September

Pemerintah AS mulai meninjau platform itu secara nasional pada akhir 2019, setelah anggota parlemen dari Demokrat dan Republik mengatakan ada risiko dari aplikasi itu.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengklaim TikTok adalah satu dari sejumlah aplikasi China "yang menyerahkan langsung data ke Partai Komunis China".

Kantor Komisi Informasi Inggris dan badan intelijen Australia saat ini sedang menyelidiki aplikasi tersebut tetapi belum mengungkapkan apa yang mereka selidiki.

Tentu saja patut dicatat bahwa ada ketegangan dengan negara-negara ini.

AS berselisih dengan China terkait urusan perdagangan, pasukan India dan China terlibat dalam bentrokan perbatasan, dan Inggris menentang undang-undang keamanan baru di Hong Kong.

Apa yang TikTok lakukan dengan data masih diperdebatkan.

Baca juga: Pakai Hot Pants Saat Goyang TikTok, Polwan Ini Terancam Hukuman Berat

Kami tahu dari kebijakan privasinya bahwa TikTok mengumpulkan sejumlah besar data, termasuk:

  • Video apa yang ditonton dan dikomentari
  • Data lokasi
  • Model ponsel dan sistem operasinya
  • Ritme keystroke ketika orang mengetik

Terungkap juga bahwa TikTok membaca clipboard copydan paste pengguna, tetapi banyak aplikasi lain juga melakukan itu, termasuk Reddit, LinkedIn dan aplikasi BBC News, dan tidak ada kejahatan yang ditemukan.

Sebagian besar bukti menunjukkan pengumpulan data TikTok dapat dibandingkan dengan jejaring sosial lain yang haus data seperti Facebook.

Ilustrasi TikTok di tengah perseteruan Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump dengan China yang dikomandoi Xi Jinping.BBC INDONESIA Ilustrasi TikTok di tengah perseteruan Amerika Serikat yang dipimpin Donald Trump dengan China yang dikomandoi Xi Jinping.

Namun, tidak seperti saingannya yang berbasis di AS, TikTok mengatakan pihaknya bersedia untuk menawarkan transparansi, dalam tingkat yang disebutnya tak pernah dijangkau sebelumnya, untuk meredakan beberapa kekhawatiran tentang pengumpulan dan aliran data.

CEO baru TikTok, Kevin Mayer, seorang mantan eksekutif Disney di Amerika, mengatakan pihaknya akan mengizinkan para ahli untuk memeriksa kode di balik algoritmanya. Pernyataan itu sangat penting dalam industri di mana data dan kode dijaga ketat.

Baca juga: [POPULER GLOBAL] Arab Saudi Milik Umrah | Trump Ingin AS Dapat Bagian dari TikTok

"Kami tak akan serahkan data"

Namun, kekhawatiran tidak hanya tentang data apa yang dikumpulkan, tetapi juga lebih teoritis - dapatkah pemerintah China memaksa ByteDance untuk menyerahkan data?

Kekhawatiran yang sama telah dikemukakan tentang Huawei.

Undang-undang Keamanan Nasional 2017 di China memaksa setiap organisasi atau warga negara untuk "mendukung, membantu dan bekerja sama dengan pekerjaan intelijen negara".

Namun, seperti raksasa telekomunikasi China Huawei, bos TikTok telah berulang kali mengatakan bahwa jika itu terjadi, "kami pasti akan menolak setiap permintaan data".

Kekhawatiran lainnya adalah kemungkinan sensor, atau aplikasi yang digunakan untuk mempengaruhi debat publik.

Baca juga: Trump Desak TikTok Dijual ke AS, China: Ini Manipulasi Politik

TikTok adalah salah satu platform pertama yang dikunjungi banyak anak muda untuk berbagi konten berbau aktivisme sosial.

Pada bulan Mei, TikTok mempromosikan #BlackLivesMatter sebagai tren.

Namun, bahkan ketika tagar itu menarik miliaran pengunjung, ada yang mengkritik bahwa konten dari pembuat konten berkulit hitam dibatasi dan bahwa tagar yang terkait dengan protes disembunyikan.

Ini bukan pertama kalinya algoritma TikTok dikritik karena cara pemilihan konten.

Sebuah laporan oleh The Intercept mengatakan bahwa moderator didorong untuk mengacuhkan konten dari siapa pun yang dianggap terlalu "jelek", atau miskin.

Tahun lalu, Guardian melaporkan bahwa materi yang disensor TikTok dianggap sensitif secara politis, termasuk rekaman protes di Lapangan Tiananmen dan tuntutan kemerdekaan Tibet.

Pelaporan lebih lanjut dari Washington Post menunjukkan bahwa moderator di China memiliki keputusan akhir tentang apakah video disetujui.

Baca juga: Jika TikTok Tak Dijual ke AS dalam 6 Minggu, Begini Ancaman Trump

ByteDance mengatakan pedoman seperti itu telah dihapus dan semua moderasi independen dari pengaruh Beijing.

Namun diskusi yang berlangsung dengan Microsoft tentang kemungkinan perusahaan itu membeli operasi TikTok di AS menunjukkan TikTok adalah salah satu produk teknologi paling signifikan selama bertahun-tahun.

TikTok muncul sebagai tempat pertemuan untuk mereka yang berusia di bawah 25 tahun, sedangkan aplikasi seperti Twitter dan Instagram sering dianggap lebih sering digunakan oleh pengguna yang lebih tua.

Tetapi bagi mereka yang menggunakan TikTok untuk menyampaikan aspirasi, kemungkinan larangan aplikasi ini akan terasa seperti kerugian.

Unduhan sejumlah aplikasi pesaing TikTok, seperti Byte dan Triller telah melonjak di AS karena sejumlah pengguna bersiap berpindah aplikasi.

Namun, banyak pengguna yang tampaknya akan bertahan menggunakan TikTok sampai saat-saat terakhir - jika saat pelarangan itu tiba.

Baca juga: TikTok Hendak Diblokir AS, 20 Influencer Marah-marah ke Trump

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Perbandingan Kekuatan Militer Rusia dan Ukraina

Internasional
Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com