Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karut-marut Beirut: Usai Dihantam Ledakan, Kini Diserbu Ribuan Demonstran

Kompas.com - 09/08/2020, 08:28 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

BEIRUT, KOMPAS.com - Massa dalam demonstrasi yang pecah buntut dari insiden ledakan di Lebanon, meminta pemerintah dihukum mati.

Demo pada Sabtu (8/8/2020) itu menuding pemerintah negara sebagai biang keladi atas ledakan besar yang melanda ibu kota, Beirut.

"Ada kebencian dan darah antara kami dan pemerintah kami," kata Najib Farah demonstran berusia 35 tahun.

"Orang-orang ingin balas dendam," imbuhnya dikutip dari AFP.

Baca juga: Demo Ledakan Beirut, Massa Duduki Kantor Kemenlu Lebanon

Sementara itu di jalanan menuju gedung parlemen, para pemuda melemparkan batu ke arah pasukan keamanan yang menanggapinya dengan gas air mata.

Pemandangan seperti itu kerap terlihat di Lebanon sejak Oktober 2019.

Jurnalis AFP di lokasi menceritakan, ribuan pria dan wanita turun lagi ke jalan usai demonstrasi panjang selama berbulan-bulan.

Mereka membawa foto korban ledakan dan spanduk bertuliskan nama-nama korban.

Para pengunjuk rasa juga menuntut pemerintah mendapat hukuman yang sama, dengan nasib 158 korban tewas akibat ledakan di Beirut pada Selasa (4/8/2020).

"Pemerintahku membunuh rakyatku," begitu tulisan di salah satu spanduk.

Seorang demonstran mengibarkan bendera Lebanon di depan pasukan polisi, dalam aksi unjuk rasa di Beirut, Lebanon, pada Sabtu (8/8/2020).REUTERS/GORAN TOMASEVIC Seorang demonstran mengibarkan bendera Lebanon di depan pasukan polisi, dalam aksi unjuk rasa di Beirut, Lebanon, pada Sabtu (8/8/2020).
"Anda korup, sekarang Anda kriminal," tulis spanduk lainnya.

Baca juga: Istri Dubes Belanda Tewas dalam Ledakan Lebanon

Ledakan yang menghancurkan sebagian Beirut dan mengejutkan dunia ini dianggap sebagai konsekuensi atas kelalaian dan korupsi para penguasa Lebanon.

Usai prosesi pemakaman korban pada pagi hari, massa berjalan melewati reruntuhan akibat ledakan dahsyat tersebut.

Lebih dari 150 orang tewas, sedangkan 6.000 lainnya luka-luka dan sekitar 300.000 penduduk kehilangan tempat tinggal.

Massa berkumpul lagi di Martyrs Square seperti aksi unjuk rasa pada Oktober, yang kemudian mereda akibat pandemi virus corona dan krisis ekonomi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com