Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Sita Rambut, Diduga Hasil Korban Kerja Paksa Etnis Minoritas China

Kompas.com - 02/07/2020, 18:46 WIB
Danur Lambang Pristiandaru,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Otoritas Bea Cukai Amerika Serikat (AS) dilaporkan mengamankan kiriman produk yang terbuat dari rambut manusia. 

Kiriman tersebut diyakini diproduksi oleh korban kerja paksa etnis minoritas yang ditahan di kamp kerja paksa di Provinsi Xinjiang, China Barat.

"Produksi barang tersebut merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia yang sangat serius," ujar Asisten Komisaris Eksekutif untuk Perdagangan Patroli Bea Cukai dan Perbatasan (CBP) Brenda Smith, dilansir Radio Free Europe, Rabu (1/7/2020).

Produk-produk tersebut merupakan bagian dari paket senilai 800.000 dollar AS, atau senilai Rp 11,5 miliar dari Lop County Meixin Hair Product Company.

Baca juga: AS Beri Sanksi China atas Pelanggaran HAM terhadap Uighur dan Minoritas Lain 

CBP memerintahkan agar barang-barang dari perusahaan itu ditahan dengan alasan penggunaan penjara dan kerja paksa, termasuk anak-anak.

Smith menambahkan perintah penahanan, tertanggal 17 Juni, dimaksudkan untuk mengirim pesan ke semua entitas.

Pesan tersebut berupa "bahwa praktik ilegal dan tidak manusiawi tidak akan ditoleransi dalam rantai pasokan AS".

Lop County Meixin merupakan pengekspor rambut manusia dari Xinjiang yang ketiga yang masuk daftar hitam beberapa bulan terakhir karena terindikasi melaksanakan kerja paksa.

Beijing menghadapi kecaman karena menempatkan lebih dari 1 juta Uighur dan anggota kelompok etnis minoritas di Xinjiang ke kamp konsentrasi sejak awal 2017.

Baca juga: Seorang Profesor Uighur Dibebaskan, Tunjukkan China Memaksakan Loyalitas

China berdalih kamp-kamp tersebut merupakan pusat pendidikan dan pelatihan untuk memerangi terorisme dan ekstremisme.

CBP mengatakan penting bagi semua importer AS untuk mengonfirmasi rantai pasokan mereka terbebas dari aksi kerja paksa.

Pengumuman itu dikeluarkan saat Departemen Negara, Perdagangan, Perbendaharaan, dan Keamanan AS memeringatkan pelaku bisnis untuk berhati-hati dalam mengimpor barang.

Terutama impor barang dari rantai pasokan yang melibatkan kerja paksa atau penjara di Xinjiang dan tempat lain di China.

Departemen tersebut juga memeringatkan perusahaan agar tidak memasok alat-alat pengintai kepada pihak berwenang di Xinjiang.

Baca juga: Trump Tunda Beri Sanksi ke China atas Tudingan Penyiksaan Uighur

Atau membantu pembangunan fasilitas yang digunakan dalam penahanan massal bagi etnis Uighur dan kaum minoritas lain di Xinjiang.

Sebuah laporan yang diterbitkan oleh pakar China Adrian Zenz mengatakan China memaksa perempuan untuk disterilisasi atau menggunakan alat kontrasepsi sebagai cara membatasi populasi Uighur dan etnis minoritas lain.

Laporan itu juga mengatakan kebijakan China tersebut bisa dianggap sebagai "genisoda demografi gerak lambat". 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Anak-anak di Gaza Tak Tahan Lagi dengan Panas, Gigitan Nyamuk, dan Gangguan Lalat...

Global
AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

AS Menentang Penyelidikan ICC atas Tindakan Israel di Gaza, Apa Alasannya?

Global
Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Saat Mahasiswa Columbia University Tolak Bubarkan Diri dalam Protes Pro-Palestina dan Tak Takut Diskors... 

Global
ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

ICC Isyaratkan Keluarkan Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu, Israel Cemas

Global
[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

[POPULER GLOBAL] Bom Belum Meledak di Gaza | Sosok Penyelundup Artefak Indonesia

Global
Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Pria Ini Memeluk 1.123 Pohon dalam Satu Jam, Pecahkan Rekor Dunia

Global
Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Ukraina Gagalkan 55 Serangan Rusia di Donetsk

Global
Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Datangi Arab Saudi, Menlu AS Bujuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Global
Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Saat Bangladesh Liburkan Sekolah secara Nasional karena Gelombang Panas...

Global
Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Sepak Terjang Alexei Navalny, Pemimpin Oposisi Rusia yang Tewas di Penjara

Internasional
Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Bendungan Runtuh Akibat Hujan Lebat di Kenya Barat, 40 Orang Tewas

Global
3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur 'Facial Vampir' di New Mexico

3 Wanita Mengidap HIV Setelah Prosedur "Facial Vampir" di New Mexico

Global
Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Hamas Luncurkan Roket ke Israel dari Lebanon

Global
PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

PM Singapura Lee Hsien Loong Puji Jokowi: Kontribusinya Besar Bagi Kawasan

Global
Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Sejak Apartheid Dihapuskan dari Afrika Selatan, Apa Yang Berubah?

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com