Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konflik Perbatasan Tewaskan Puluhan Tentara, China dan India Saling Tuding

Kompas.com - 17/06/2020, 16:18 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber BBC

KOMPAS.com - China dan India saling tuduh satu sama lain sebagai biang kerok atas tewasnya 20 tentara India di perbatasan Himalaya yang disengketakan.

Tentara-tentara dari kedua belah pihak dikabarkan berkelahi menggunakan tongkat pukul, tongkat bambu berpaku pada konfrontasi tengah malam di wilayah Ladakh pada Senin (15/6/2020).

Meski begitu, tidak ada senjata api dalam baku hantam itu sebagaimana dilansir BBC.

Tentara India mengatakan kedua sisi memiliki korban  yang sama. China mengonfirmasi insiden itu namun tidak memberi pernyataan detil.

Sementara dari pernyataan India menunjukkan bahwa tentara yang terluka terkena suhu di bawah nol di dataran tinggi yang dingin.

Ini merupakan bentrokan pertama antara dua pihak di perbatasan yang disengketakan di wilayah Kashmir dalam setidaknya 45 tahun terakhir.

India mengatakan bahwa China telah berusaha mengubah status quo secara sepihak. Sementara Beijing menuduh pasukan India telah menyerang personil China.

Kedua pasukan kemudian mengadakan pembicaraan untuk meredakan ketegangan.

Baca juga: Adu Jotos dengan China di Perbatasan, 3 Tentara India Tewas

Apa yang terjadi?

Baku pukul terjadi di medan terjal berbatu-batu dari Lembah Galwan yang secara strategis penting, yang terletak di antara Tibet di China dan Ladakh di India. 

Media India mengatakan tentara terlibat dalam pertempuran langsung, dengan beberapa dari mereka "dipukuli hingga mati".

Selama perkelahian, satu surat kabar melaporkan, tentara lain jatuh atau didorong ke sungai.

Tentara India pada awalnya mengatakan bahwa seorang kolonel dan dua tentara telah tewas dalam bentrokan itu.

Tak lama kemudian mengatakan, "17 tentara India mengalami luka serius dalam bertugas" dan tewas akibat luka yang mereka dialami. Total kematian tentara India sebanyak 20 orang.

Kedua belah pihak bersikeras tidak ada pertempuran senjata dalam empat dekade dan tentara India pada Selasa (16/6/2020) mengatakan tidak ada baku tembak selama bentrokan yang baru-baru ini terjadi.

Juru bicara Kementerian Luar negeri India, Anurag Srivastava mengatakan bahwa bentrokan dipicu oleh pihak China yang ingin mengubah status quo di perbatasan.

Meski begitu, China yang tidak mengonfirmasi jumlah korban menuduh India telah menyeberangi perbatasan ke pihak China.

Ada pun Perdana Menteri India Narendra Modi belum secara terbuka membahas masalah ini, sesuatu yang disindir oleh Rahul Gandhi, mantan pemimpin partai oposisi Kongres Nasional India.

Menteri Pertahanan India Rajnath Singh dalam kicauannya di Twitter pada Rabu (17/6/2020) menulis,

"Hilangnya tentara di Galwan sangat mengganggu dan menyakitkan. Tentara kami menunjukkan keberanian yang patut dicontoh dalam menjalankan tugas dan mengorbankan hidup mereka dalam tradisi tertinggi Angkatan Darat India."

Baca juga: Soal Tentara Adu Jotos di Perbatasan sampai Tewas, China Salahkan India

Mengapa bentrokan itu sangat mematikan?

Pertempuran di perbatasan di Ladakh baru-baru ini adalah yang terburuk dalam hampir separuh abad.

Ini bukan pertama kalinya kedua negara nuklir yang bertetangga itu bertempur tanpa senjata api konvensional di perbatasan.

India dan China memiliki sejarah sengketa dan klaim teritorial yang tumpang tindih sepanjang lebih dari 3.440 kilometer, Line of Actual Control (LAC) yang ditarik dengan buruk memisahkan kedua negara itu.

Patroli perbatasan sering bertabrakan satu sama lain, menghasilkan perkelahian antar kedua belah pihak sesekali.

Tapi tidak ada peluru yang ditembakkan dalam empat dekade ini.

Akar dari gencatan senjata itu ada pada perjanjian bilateral 1996 yang mengatakan "tidak ada pihak yang akan menembak, melakukan operasi ledakan atau berburu dengan senjata atau bahan peledak dalam jarak dua kilometer dari LAC".

Meski begitu, kedua negara mengirimkan patroli yang sering terlibat dalam pertikaian fisik.

Bulan lalu puluhan tentara India dan China saling baku hantam dalam bentrokan di perbatasan bersama di negara bagian Sikkim.

Dari insiden itu, 7 tentara China dan 4 tentara India terluka.

Ketika keadaan menjadi lebih buruk, kedua belah pihak akhirnya berkelahi dengan senjata darurat.

Vipin Narang, profesor studi keamanan di Massachusetts Institute of Technology mengatakan cara pembunuhan menggunakan senjata darurat itu merupakan cara lama abad pertengahan dan menyebabkan luka parah.

Baca juga: Bentrok dengan Militer China, 20 Tentara India Tewas

 

Seberapa menegangkan area ini?

LAC dibatasi dengan buruk. Adanya sungai, danau dan kepingan salju mengindikasikan garis batas dapat bergeser.

Kedua belah pihak tentara yang mewakili negara mereka saling bertatap muka di banyak titik.

Pada 1975, penembakan terakhir terjadi di perbatasan ketika 4 tentara India terbunuh di sebuah jalan terpencil di negara bagian Arunachal Pradesh di Timur Laut.

Tetapi ada konfrontasi yang tegang di sepanjang perbatasan dalam beberapa pekan terakhir. India menuduh China mengirim ribuan tentara ke Lembah Galwan di Ladakh dan mengatakan China telah menempati 38.000 kilometer persegi wilayahnya.

Beberapa upaya pembicaraan dalam tiga dekade terakhir telah gagal menyelesaikan perselisihan perbatasan itu.

Kedua negara telah berperang hanya satu kali sejauh ini pada 1962, ketika India menderita kekalahan memalukan.

Ada alasan mengapa ketegangan meningkat lagi sekarang, dengan tujuan strategis persaingan mendasarinya dan kedua belah pihak saling menyalahkan.

Baca juga: Lebih dari 40 Tentara China Jadi Korban dalam Konflik Perbatasan dengan India

India telah membangun sebuah jalan baru di tempat yang mana para ahli katakan sebagai daerah paling terpencil dan rentan di sepanjang LAC di Ladakh.

Dan keputusan India untuk meningkatkan infrastruktur tampaknya membuat Beijing marah.

India juga memperdebatkan bagian dari Kashmir, wilayah Himalaya memiliki keragaman etnis dan mencakup sekitar 140.000 kilometer persegi dengan Pakistan.

Terkait bentrokan antara China dan India baru-baru ini, PBB mendesak kedua pihak "untuk menahan diri secara maksimal".

"Kami mencatat laporan positif bahwa kedua negara telah sepakat untuk tidak memperparah situasi," kata Juru bicara PBB, Eri Kaneko.

Seorang Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, sementara itu, mengatakan pihaknya "memantau dengan seksama" akan situasi dan bahwa AS mendukung resolusi damai atas permasalahan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

PRT di Thailand Ini Ternyata Belum Pasti Akan Terima Warisan Rp 43,5 Miliar dari Majikan yang Bunuh Diri, Kok Bisa?

Global
Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Rangkuman Hari Ke-806 Serangan Rusia ke Ukraina: Presiden Pecat Pengawalnya | Serangan Drone Terjauh Ukraina

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com