Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Media Asing Kisahkan Penggali Makam Covid-19 di Jakarta: Kerja 15 Jam Sehari, 1 Makam Harus Selesai 10 Menit

Kompas.com - 25/05/2020, 22:17 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

"Sudah puluhan tahun (bekerja), dan saya merasa lelah kerja, baru tahun ini, kali ini, pas pandemi ini," terang Minar (54).

"Apakah ujian dari Tuhan buat saya, saya enggak tahu," imbuhnya.

SCMP lalu menambahkan, tantangan lain bagi penggali makam adalah puasa Ramadhan, yang mewajibkan pemeluk agama Islam tidak makan dan minum selama matahari terbit.

Seorang penggali kubur lainnya bernama Naman Suherman mengatakan, ia mampu mengatasi haus dan lapar karena yakin yang dilakukannya adalah tugas "mulia".

Pria 55 tahun itu mengungkapkan, pekerjaannya memperkuat imannya karena membantu mengantar almarhum ke tempat peristirahatan terakhir mereka.

Kemudian penggali makam lainnya menuturkan, ia tak pernah berhenti menggali kuburan sejak pandemi ini dimulai di Indonesia.

Sebelum ada wabah virus corona, ia menceritakan hanya menggali makam seminggu dalam sebulan. 

Baca juga: Viral Video Mayat Melambaikan Tangan, Media Asing Sebut Kejadian di Manado

Selain mengangkat kisah penggali kubur, AFP dan SCMP juga memberitakan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia sebenarnya belum jelas.

Jumlah 1.191 korban meninggal pada Senin (18/5/2020) se-Indonesia diyakini lebih sedikit dari angka sebenarnya, karena jumlah tes virus corona yang rendah.

"Pemerintah mengakui data tidak lengkap."

"Setidaknya 2.107 orang telah dimakamkan di bawah protokol keamanan Covid-19 di Jakarta saja, hampir dua kali lipat dari jumlah korban nasional yang dilaporkan."

"Kota-kota lain juga telah memperlihatkan angka pemakaman yang luar biasa tinggi dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan lebih banyak korban," tulis pemberitaan SCMP.

Tidak tahu apa-apa

Menutup pemberitaan, AFP dan SCMP membeberkan kisah para penggali kubur di Pondok Ranggon yang awalnya tidak tahu apa-apa soal Covid-19.

Akibatnya, pemakaman korban Covid-19 awalnya tidak dilengkapi dengan alat perlindungan.

"Awalnya tidak ada yang tahu soal virus corona," ucap Minar.

Halaman:
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com