Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Australia Percaya Pemerintahnya Tapi Curiga Antar Sesamanya

Kompas.com - 17/04/2020, 20:14 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Editor

KOMPAS.com - Pemerintah Australia telah memberlakukan berbagai aturan untuk menekan penyebaran virus corona. Australia merupakan salah satu negara yang sejauh ini dianggap berhasil membatasi penyebaran virus corona, dimana lebih dari 70 persen warga percaya dengan apa yang sudah dilakukan pemerintah.

Meskipun 70 persen warga Australia telah percaya dengan Pemerintah, mereka justru tidak terlalu percaya dengan sesama warga dalam mematuhi anjuran diam di rumah untuk membatasi penyebaran.

Hal ini terungkap dari hasil penelitian sebuah lembaga riset sosial bernama 'Insightfully'. Lembaga ini telah menyebar survei kepada 1.060 responden warga Australia tentang apa saja yang terjadi selama sebulan terakhir ketika pandemi virus corona ini merebak.

Survey tersebut memberikan kesimpulan bahwa, 75 persen warga Australia puas dengan apa yang dilakukan negara bagian masing-masing untuk menanggulangi penyebaran virus corona.

Terhadap pemerintah Federal pun 74 persen responden merasa puas atas kinerja mereka dalam menanggulangi pandemi ini.

Bahkan pada angka yang sama dengan pemerintah Federal, 74 persen masyarakat Australia puas terhadap perusahaan mereka dengan imbauan bekerja dari rumah, setelah adanya aturan tidak boleh berkumpul lebih dari dua orang.

Baca juga: Covid-19 Belum Reda, Mufti Arab Saudi Imbau Shalat Tarawih dan Shalat Id di Rumah

"Data menunjukan tingginya dukungan terhadap kebijakan ketat yang dilakukan pemerintah Federal guna melandaikan kurva untuk mengurangi dampak Covid-19," kata Direktur Eksekutif Leanne White.

Ini menandakan bahwa masyarakat Australia merasa puas dan memiliki rasa percaya tinggi terhadap pemerintah Federal maupun negara bagian masing-masing.

Berbalik dengan kepuasan terhadap negara, justru hanya 12 persen yang benar-benar merasa puas dengan apa yang dilakukan sesama warga dalam mengantisipasi meluasnya pandemi ini, termasuk didalamnya mematuhi aturan yang telah diberlakukan terhadap mereka.

"Tampaknya warga Australia marah dengan sekelompok kecil warga yang tidak mematuhi aturan social distancing dan juga kegiatan lain seperti membeli barang berlebihan untuk disimpan di rumah," jelas Leanne.

Fokus prioritas, menurut survei, yang harus dilakukan pemerintah Australia selama pandemi ini adalah tetap mempertahankan atau meningkatkan sosial distancing, bantuan keuangan dan stimulus ekonomi, serta memastikan kesehatan warga.

Baca juga: Angka Penularan Terus Menurun, Australia Tetap Perluas Tes Virus Corona

Aturan ketika Pandemi

Aturan pemerintah Australia yang diberlakukan selama menekan wabah virus corona adalah warga hanya boleh keluar rumah untuk empat hal, yakni belanja kebutuhan pokok, mendapat layanan kesehatan, bekerja atau sekolah kalau hal tersebut tidak bisa dilakukan dari rumah, dan berolahraga di luar rumah.

Aturan ini diawasi secara ketat tidak hanya oleh negara tapi dengan seluruh warga Australia, mereka memiliki hak untuk melaporkan apabila ada pelanggaran aturan, misalkan tetangganya mengadakan pesta, maka bisa dilaporkan, dan apabila terbukti maka hukuman bisa dijatuhkan.

Ini yang setidaknya membuat warga saling curiga antar warga negara, dan menyebabkan ketidakpercayaan bahwa mereka sudah benar-benar mematuhi aturan atau tidak.

Mella Mariana, seorang warga asal Indonesia yang tinggal di Melbourne merasakan bagaimana rasanya diawasi oleh tetangganya.

Dia bekerja untuk Metro, layanan transportasi kereta Selama setahun terakhir. Dimana dia bekerja sebagai bagian dari kegiatan di stasiun kereta.

Jadwal kerjanya adalah sembilan hari kerja dan lima hari libur, serta mengharuskan dia untuk keluar dari rumah.

Baca juga: Ziarah ke Bus Into the Wild, Turis Brasil Kehabisan Makanan dan Dievakuasi

Sayangnya dalam dua minggu terakhir, ia merasa tetangganya tidak suka dengan kegiatannya untuk ke luar rumah meskipun itu untuk bekerja.

Dalam wawancara dengan wartawan ABC Indonesia, pada Jumat (17/04), Mella mengaku semakin merasakan bagaimana tetangganya memperhatikan gerak-geriknya saat hendak pergi dan pulang kerja.

"Beberapa rumah nampak mengintip keluar jendela, malah ada yang buka pintu dan memantau dari halaman rumah mereka," kata Mella.

"Misalnya saya kerja shift tengah hari dan berangkat jam 11 pagi," tambahnya, "pas saya pulang bekerja juga begitu (diamati tetangga)."

Sebelum pandemi virus corona semua tetangga dekat rumahnya bersikap ramah dan saling bertegur sapa, namun sekarang tidak lagi, menurut pengakuannya.

"Saya merasa seperti maling yang dicurigai," kata Mella.

Bahkan ketika melakukan lari-lari sebagai olahraganya di taman dekat tempat tinggalnya, banyak yang memberikan pandangan tidak menyenangkan kepadanya.

Ini yang akhirnya membuat Mella untuk terus mengenakan rompi kuning berlogo 'Metro' di mobilnya, yang menunjukkan dia merupakan pekerja yang setiap hari harus keluar rumah untuk melakukan tugasnya.

Baca juga: Virus Corona dan Novel-novel Fiksi Tentang Wabah Penyakit yang Ramalkan Situasi Sekarang

Polisi diharuskan lebih sensitif

Aturan yang diberlakukan kepada warga Australia sejauh ini dapat dibilang cukup bagus. Mereka mematuhi aturan yang ada, namun ada kerancuan terhadap "kegiatan penting" yang masih diperbolehkan dilakukan di luar rumah.

Sebagai contoh, ada seorang kakek yang tetap mengunjungi makan istrinya, seminggu sekali setiap hari Senin.

Dia akan melakukan itu, meskipun denda menghantuinya. Menurutnya, berkunjung ke makam istrinya merupakan bagian dari kesehatan mentalnya, dan baginya itu penting.

Untuk hal-hal semacam ini, polisi di Australia sudah diminta bertindak lebih sensitif lagi untuk tidak menjatuhkan denda 'membabi buta' atas nama semua kegiatan di luar rumah tanpa pandang bulu.

Kasus lain, Warga beberapa menulis di akun Facebook Woolworths, salah satu jaringan supermarket terbesar di Australia, meminta agar ada larangan membawa semua anggota keluarga pergi untuk belanja.

Aturan 'sosial distancing' membuat beberapa warga meminta agar mereka yang berbelanja di supermarket tidak membawa anak-anak, karena susahnya mengatur anak-anak di tempat umum.

"Saya melihat ada tiga orang dewasa datang bersama seorang anak-anak. Apakah ini perlu? Mungkin Woolies perlu mengeluarkan aturan membatasi hanya boleh satu orang saja datang belanja," tulis salah satu komentar.

Pihak Woolworths mengatakan tidak akan melakukan larangan apapun terkait hal tersebut.

"Kami tidak berencana melarang anak-anak untuk memasuki toko kami saat ini," kata seorang juru bicara Woolworths.

Baca juga: Saat Lockdown, Pakar Konservasi Terkemuka Jane Goodall Berseru: Stop Perdagangan Hewan Liar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Serangan Roket dan Drone Rusia, 2 Warga Ukraina Tewas

Global
Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Gencatan Senjata di Gaza Masih Bergantung Israel

Global
Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Balita Ini Sebut Ada Monster di Dinding Kamar, Ternyata Sarang 50.000 Lebah

Global
Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Serang Wilayah Ukraina, Pesawat Tempur Rusia Ditembak Jatuh

Global
Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Remaja 16 Tahun di Australia Ditembak di Tempat setelah Lakukan Serangan Pisau

Global
Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com