Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatkan Kasus Covid-19 Terbanyak di Dunia, New York Gali Kuburan Massal

Kompas.com - 10/04/2020, 18:39 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber BBC

NEW YORK CITY, KOMPAS.com - Negara bagian New York di Amerika Serikat (AS) kini mencatatkan jumlah kasus virus corona terbanyak. Tidak hanya di AS tapi juga apabila dibandingkan dengan negara lain di seluruh dunia.

Jumlah kasus Covid-19 yang dilaporkan New York sebanyak 159.937, usai tambahan 10.000 kasus pada Kamis (9/4/2020).

Angka tersebut lebih tinggi dari dua negara dengan kasus terbanyak Eropa, yakni Spanyol (153.222 kasus) dan Italia (143.626).

New York bahkan jumlah kasusnya lebih banyak dibandingkan China (81.907), tempat virus corona pertama kali muncul.

Baca juga: Peneliti Sebut Virus Corona yang Menyebar di Kota New York Berasal dari Eropa

Sementara itu AS sendiri secara keseluruhan telah mencatatkan 468.895 kasus dengan hampir 16.700 korban meninggal dunia.

Namun untuk jumlah korban meninggal, Italia masih menjadi negara terbanyak dengan 18.279 jiwa, diikuti AS (16.697), dan Spanyol (15.447).

New York mencatatkan sekitar 7.000 korban meninggal, lebih rendah dari Italia dan Spanyol, tapi dua kali jumlah korban di China (3.336).

Baca juga: Korban Meninggal Virus Corona di New York Lampaui Tragedi 9/11

Kuburan massal

Banyaknya korban berjatuhan di New York membuat pemerintah setempat langsung menggali kuburan massal.

Lokasi yang dipilih adalah di Pulau Hart di luar Bronx, yang telah digunakan selama lebih dari 150 tahun oleh pejabat kota, sebagai situs pemakaman massal bagi orang-orang yang tidak memiliki kerabat dekat atau yang keluarganya tidak mampu membayar biaya pemakaman.

Dilansir dari BBC, foto-foto telah bermunculan menunjukkan para pekerja dengan baju hazmat mengubur peti mati di kuburan massal New York City.

Baca juga: Kamar Mayat Hampir Penuh, New York Akan Makamkan Jenazah Korban Covid-19 di Taman

Rekaman dari drone juga menunjukkan para pekerja menggunakan tangga untuk turun ke lubang besar tempat peti mati ditumpuk.

Gambar yang diambil dari drone menunjukkan pekerja sedang menggali kuburan massal di Hart Island, New York, untuk memakamkan para korban meninggal akibat virus corona. Foto diambil pada 9 April 2020.LUCAS JACKSON/REUTERS Gambar yang diambil dari drone menunjukkan pekerja sedang menggali kuburan massal di Hart Island, New York, untuk memakamkan para korban meninggal akibat virus corona. Foto diambil pada 9 April 2020.
Kegiatan pemakaman di situs tersebut telah meningkat di tengah pandemi virus corona. Dari yang biasanya seminggu sehari kini menjadi seminggu lima hari, menurut Departemen Pemasyarakatan.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Dokter di New York Bersiap Kondisi Terburuk

Tahanan dari Pulau Rikers biasanya yang melakukan pekerjaan itu, tetapi dengan meningkatnya beban kerja baru-baru ini diambil alih oleh kontraktor.

Wali Kota New York City Bill de Blasio awal pekan ini mengindikasikan, bahwa pemakaman umum kota itu mungkin digunakan untuk pemulasaraan selama pandemi terjadi.

Baca juga: Wabah Covid-19, Trump Batalkan Lockdown Kota New York

"Jelas tempat yang kita gunakan secara historis adalah Pulau Hart," katanya, dikutip dari BBC.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Dokter Palestina Meninggal Usai Ditahan 4 Bulan di Penjara Israel

Global
88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

88 Anggota Kongres AS dari Partai Demokrat Desak Biden Pertimbangkan Setop Jual Senjata ke Israel

Global
Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Banjir Brasil, 39 Tewas dan 74 Orang Hilang

Global
Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Turkiye Setop Perdagangan dengan Israel sampai Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Global
Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Dirjen WHO: Rafah Diserang, Pertumpahan Darah Terjadi Lagi

Global
Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Cerita Dokter AS yang Tak Bisa Lupakan Kengerian di Gaza

Global
Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Asal-usul Yakuza dan Bagaimana Nasibnya Kini?

Global
Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Hujan Lebat di Brasil Selatan Berakibat 39 Orang Tewas dan 68 Orang Masih Hilang

Global
Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: '150.000 Tentara Rusia Tewas' | Kremlin Kecam Komentar Macron

Rangkuman Hari Ke-800 Serangan Rusia ke Ukraina: "150.000 Tentara Rusia Tewas" | Kremlin Kecam Komentar Macron

Global
Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Hamas Sebut Delegasinya Akan ke Kairo Sabtu Ini untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

[POPULER GLOBAL] Pelapor Kasus Boeing Tewas | Pria India Nikahi Ibu Mertua 

Global
Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Saat Warga Swiss Kian Antusias Belajar Bahasa Indonesia...

Global
Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Lulus Sarjana Keuangan dan Dapat Penghargaan, Zuraini Tak Malu Jadi Pencuci Piring di Tempat Makan

Global
Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun 'Menampakkan Diri'

Bendungan di Filipina Mengering, Reruntuhan Kota Berusia 300 Tahun "Menampakkan Diri"

Global
Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Pria India Ini Jatuh Cinta kepada Ibu Mertuanya, Tak Disangka Ayah Mertuanya Beri Restu Menikah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com