Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Udara di Irak Tewaskan Tiga Anggota Koalisi Pimpinan AS

Kompas.com - 14/03/2020, 16:59 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

Sumber AFP

BAGHDAD, KOMPAS.com - Pada Kamis (12/03/2020) para pejabat Irak dan PBB berjuang menahan dampak serangan roket yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menewaskan tiga anggota koalisi pimpinan AS dan mengancam meningkatnya ketegangan antara Iran-AS.

Hanya dalam waktu beberapa jam setelah serangan terhadap Pangkalan Udara Taji, Baghdad Utara yang paling mematikan dalam beberapa tahun pada pangkalan yang digunakan pasukan AS di Irak, serangan udara menewaskan lebih dari puluhan pejuang yang selaras dengan Iran di Suriah.

Serangan itu menandai peningkatan dramatik dalam kekerasan dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan setelah roket menewaskan seorang kontraktor AS di Irak Utara, melepaskan serangan putaran antara Washington dan Teheran di tanah Irak.

Khawatir akan terjadi lebih banyak pertumpahan darah, para pejabat Irak dan PBB segera mengutuk kematian pihak koalisi.

Menurut Komando Militer Irak, hal itu merupakan tantangan keamanan yang serius. Dia berjanji untuk selanjutnya melakukan penyelidikan.

Baca juga: Wabah Virus Corona, Iran Siapkan Kuburan Massal

Ada pun Presiden Irak, Barham Saleh dan Juru Bicara Parlemen, Mohammed al-Halbussi mengutuk serangan teroris yang menargetkan Irak dan keamanannya.

Padahal misi PBB di Irak adalah menyerukan 'pengekangan maksium di semua lini.'

"Serangan yang berlangsung ini merupakan ancaman nyata dan substantif bagi negara itu, dan risiko tindakan jahat oleh kelompok-kelompok bersenjata tetap menjadi keprihatinan konstan," ujar Barham Saleh, "Hal terakhir yang dibutuhkan Irak adalah menjadi arena balas dendam dan pertempuran eksternal."

Serangan Rabu kemarin adalah yang ke-22 kalinya yang dilakukan berdasarkan kepentingan AS di Irak sejak akhir Oktober.

Sebuah tembakan 18 roket menghantam pangkalan Taji, yang merupakan satu dari sekitar belasan fasilitas di seluruh Irak, tempat pasukan koalisi berada.

Pihak koalisi mengkonfirmasi tiga anggotanya tewas dan sekitar belasan orang lainnya terluka.

Salah satu yang tewas adalah anggota Korps Medis Angkatan Darat Kerajaan Inggris.

Kepada media Perancis AFP, seorang pejabat AS mengatakan bahwa dua orang lainnya adalah seorang tentara AS dan seorang kontraktor AS.

Baca juga: Trump Umumkan Darurat Nasional AS atas Wabah Virus Corona

Dari serangan itu tidak ada informasi mengenai korban warga Irak dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Meski begitu, Kataeb Hizbullah, sebuah faksi garis keras dalam aliansi paramiliter Hashy al-Shaabi Irak memuji serangan dan pelaku penyerangan namun tidak mengatakan kalau mereka dalang dari itu semua.

Kataeb Hizbullah juga mengkritik mereka yang dengan cepat mengecam dan mengekspresikan simpati mereka, ungkap pejabat tertinggi Irak yang mengutuk serangan roket.

Pada akhir Desember, AS menuduh Kataeb Hizbullah membunuh seorang kontraktor AS di sebuah pangkalan Irak Utara dan melakukan serangan udara ke Irak Barat dan menewaskan 25 anggotanya.

Beberapa hari setelahnya, serangan pesawat tanpa awak AS menewaskan komandan senior Iran, Qasem Soleimani dan wakil kepala Hash Abu Mahdi al-Muhandis di dekat bandara Baghdad.

Iran kemudian melancarkan serangannya sendiri di pangkalan Irak Barat, dan membuat puluhan tentara AS menderita kerusakan otak.

Sementara itu, dalam beberapa jam setelah serangan pada Rabu (11/03/2020), serangan udara di dekat kota Albu Kamal, perbatasan Suriah-Irak menewaskan 26 pejuang Irak. Hal ini berdasarkan laporan Observatorium Suriah untuk HAM.

Baca juga: Cegah Virus Corona, Ratu Elizabeth II Pakai Sarung Tangan Saat Upacara Penobatan

Koalisi yang dipimpin AS membantah melakukan serangan di Suriah mau pun di Irak.

Baik koalisi dan Israel telah menargetkan pejuang yang didukung Iran di Suriah. Karena mereka khawatir Iran akan mendapat kiriman rudal dari musuh regional mereka.

Pada Januari silam, anggota parlemen Irak memilih untuk mengusir semua pasukan asing dari Irak sebagai reaksi atas pembunuhan Soleimani dan Muhandis.

Sekitar 5.200 tentara AS ditempatkan di Irak sebagai bagian dari koalisi yang dibentuk pada 2014 untuk memerangi kelompok militan ISIS.

Saat ini ISIS telah kehilangan semua wilayah yang pernah dipegangnya di Irak dan Suriah.
Tapi mereka meski lemah masih dapat melakukan serangan di kedua sisi perbatasan.

Pada Minggu pekan lalu, dua tentara AS terbunuh di Baghdad Utara. Para pejabat AS sebelumnya mengatakan pada AFP bahwa mereka menganggap Hashy al-Shaabi, sebuah komite mobilisasi rakyat yang bersifat militan, sebagai ancaman besar daripada ISIS.

Mengingat frekuensi dan ketepatan serangan roket terhadap pasukan AS yang dapat ditelusuri kembali ke paramiliter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com