Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Media Asing Soroti Mahalnya Harga Beras di Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Salah satu kantor berita terbesar di dunia, Reuters, menyoroti mahalnya harga beras di Indonesia saat ini.

Pada Rabu (28/2/2024), media yang berkantor pusat di London, Inggris itu menerbitkan artikel berjudul "Sprawling queues for subsidised rice highlight plight of Indonesia's poor" di situs web mereka.

Dalam artikel tersebut, Reuters menekankan bahwa kenaikan harga beras telah menambah penderitaan bagi rakyak miskin di Indonesia.

Reuters memulai laporan dengan menceritakan situasi yang terjadi di Pasar Murah yang diadakan oleh Perum Bulog di Kota Bekasi, berjarak 25 km dari ibu kota Jakarta.

"Di bawah sinar matahari sore, puluhan orang Indonesia, kebanyakan perempuan, berkumpul dalam antrean yang mengular untuk membeli sekarung beras bersubsid. Tangan mereka menjulur melewati gerbang besi untuk mengambil kupon yang menjamin mereka mendapat tempat untuk melakukan pembelian," tulis Reuters.

Disebutkan, bahwa Pasar Murah tersebut menggambarkan perjuangan masyarakat kurang mampu di Indonesia untuk mendapatkan beras yang menjadi bahan pokok dalam setiap makanan di negara dengan penduduk terpadat di Asia Tenggara ini.

Reuters menulis, sebagai makanan pokok bagi sebagian besar dari 270 juta penduduk Indonesia, harga beras telah naik lebih dari 16 persen sejak tahun lalu.

Penyebabnya, menurut Reuters, fenomena cuaca El Nino telah mengurangi curah hujan di sebagian besar wilayah Asia pada 2023, sehingga mengurangi produksi gabah dan memicu tekanan inflasi pangan bagi beberapa konsumen yang paling sensitif terhadap harga.

Masih, seorang penjual kelapa berusia 55 tahun, termasuk di antara mereka yang berdesak-desakan untuk membeli sekarung beras seberat 5 kg.

"Lebih baik mengantre dan menyimpan beras di rumah. Di pasar harganya mahal, jadi lebih baik beli yang murah di sini," katanya kepada Reuters.

Harga beras di Pasar Murah dibatasi pada Rp 10.600 per kg atau lebih murah dibandingkan harga di pasar terbuka yang mencapai Rp 14.300 per kg.

Namun, Bulog membatasi penjualan hingga 10 kg per pelanggan untuk mencegah penimbunan.

Reuters menuturkan, Pemerintah Indonesia biasanya turun tangan untuk menjual produk makanan dengan harga subsidi ketika harga-harga naik.

Bulog dikatakan telah mendistribusikan lebih dari 300.000 metrik ton beras dari cadangan pemerintah sejak Januari melalui ratusan pasar murah di seluruh negeri, menyusul laporan kelangkaan di gerai-gerai ritel lainnya.

Badan Pangan Nasional, yang mengawasi Bulog, mengatakan bahwa mereka telah menyelenggarakan 429 pasar murah di bulan Januari dan merencanakan 315 pasar murah lagi di akhir bulan Februari.

Reuters mengungkapkan, pada tahun ini di Indonesia, penundaan penanaman dan kurangnya hujan telah menunda panen raya selama sebulan, dengan data Kementerian Pertanian menunjukkan defisit suplai beras sebanyak 1,63 juta metrik ton di bulan Januari dan 1,15 juta di bulan Februari.

Ditambahkan, Indonesia telah mengalokasikan kuota impor tambahan sebesar 1,6 juta metrik ton, di atas 2 juta ton yang sebelumnya telah disetujui untuk tahun 2024, sehingga berpotensi memicu kenaikan lebih lanjut pada harga global, yang mendekati level tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

Indonesia sendiri telah mengimpor beras dengan volume rekor pada 2023.

Media yang berbasis di Singapura, ChannelNews Asia (CNA) juga memberikan sorotan terhadap ketersediaan beras di Indonesia.

Dalam artikel berjudul "Vietnam imports husked brown rice from India for re-exports, sources say", disebutkan bahwa Indonesia masih menjadi salah satu importir beras rerbesar di dunia, bersama Filipina, Nigeria, Senegal, Pantai Gading, dan Malaysia.

Dikatakan, negara-negara itu bergantung pada ekspor dari India, Thailand, Vietnam, Pakistan, dan Myanmar.

https://www.kompas.com/global/read/2024/02/28/103537370/media-asing-soroti-mahalnya-harga-beras-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke