Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

WHO: Covid-19 Varian Baru JN.1 Menyebar Pesat di Dunia, Begini Kasusnya di Indonesia

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut Covid-19 varian baru JN.1persebarannya meningkat secara pesat di dunia, termasuk di India, China, Inggris, dan Amerika Serikat.

Di Indonesia, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi kematian satu orang pasien Covid-19 yang terinfeksi varian ini.

WHO menyatakan bahwa subvarian baru dari strain Omicron, JN.1, adalah variant of interest (varian yang diperhatikan) akibat penyebarannya yang pesat di banyak negara di dunia.

WHO juga menambahkan bahwa risiko JN.1 bagi publik sekarang masih rendah dan vaksin-vaksin yang ada saat ini dapat memberikan perlindungan terhadap subvarian ini.

Kendati demikian, WHO memperingatkan publik untuk berhati-hati karena Covid dan infeksi-infeksi lainnya dapat meningkat lainnya menjelang musim dingin di negara Eropa.

Berbagai virus yang menjangkiti saluran penasaran seperti flu, virus pernapasan syncytial (RSV), dan pneumonia anak juga dikabarkan tengah meningkat di belahan bumi utara, sebagaimana dilaporkan wartawan BBC untuk rubrik kesehatan Philippa Roxby.

Bagaimana penyebaran JN.1 saat ini?

Virus penyebab Covid secara konstan terus berubah seiring waktu dan terkadang memunculkan varian-varian baru.

Omicron telah menjadi varian dominan secara global untuk beberapa saat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah melacak sejumlah variant of interest yang berkaitan dengan Omicron -termasuk JN.1- kendati belum ada satupun yang dianggap mengkhawatirkan.

Namun, JN.1 menyebar secara cepat di penjuru dunia.

Saat ini, subvarian JN.1 adalah yang paling cepat pertumbuhannya di Amerika Serikat dengan infeksi sebanyak 15-29 persen, menurut data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Otoritas kesehatan Inggris menyatakan JN.1 mencakup sekitar 7 persen dari kasus tes positif Covid berdasarkan analisa laboratorium. Mereka menambahkan akan terus mengawasi semua data terkait JN.1 dan varian lainnya.

Adapun di Indonesia, terdapat 112 kasus Covid varian JN.1 per 29 Desember 2023.

Kasus diprediksi meningkat

JN.1 dikabarkan menyebar secara cepat di seluruh wilayah dunia, barangkali karena sub varian ini punya mutasi tambahan dari segi peningkatan protein dibandingkan varian BA.2.86 (JN.1 adalah turunan dari varian ini).

“Diduga bahwa varian ini dapat menimbulkan peningkatan kasus-kasus Sars-Cov-2 (coronavirus) di tengah melonjaknya infeksi virus dan bakteri lainnya, terutama di negara-negara yang memasuki musim dingin,” tutur WHO dalam penilaian risiko mereka.

Pada umumnya, gejala Covid-19 varian ini sama seperti gejala yang dialami jika terinfeksi varian lain.

Berat ringannya gejala yang dialami pasien, bergantung pada kekebalan tubuh dan kondisi kesehatan, alih-alih pada varian virus yang mengunfeksi.

WHO menambahkan hingga kini bukti masih terbatas tentang bagaimana JN.1 mampu mengalahkan imunitas dari vaksin-vaksin yang ada.

Belum ada laporan orang lebih menderita sakit karena varian ini dibandingkan yang sebelum-sebelumnya.

WHO mengatakan butuh lebih banyak lagi penelitian guna menganalisa dampak kesehatan yang ditimbulkan subvarian ini mengingat jumlah negara yang melaporkan data pasien Covid-19 yang masuk rumah sakit menurun secara dramatis.

Berikut saran dari WHO untuk mencegah infeksi dan penyakit parah:

  • kenakan masker di tempat-tempat ramai dan tertutup
  • menutup wajah ketika batuk atau bersin
  • membersihkan tangan secara rutin
  • terus perbarui vaksin Covid dan flu, terutama jika rentan
  • tetap di rumah kalau sakit
  • tes apabila memiliki gejala-gejala

Bagaimana penyebaran JN.1 di Indonesia?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, mengatakan ada dua kasus kematian terkait Covid-19 di Batam, Kepulauan Riau pada Desember 2023 -salah satunya positif terinfeksi subvarian JN.1.

“Salah satunya diperiksa subvariannya JN.1 tapi penyebab (meninggalnya) bukan Covid (melainkan) karena penyakit komorbid,” ujar Siti Nadia kepada BBC Indonesia.

Pasien yang dimaksud Siti Nadia adalah pasien laki-laki berinisial FV, 48 tahun, yang meninggal pada tanggal 18 Desember di RS Embung Fatimah, Batam.

“Positif BA.2.86.1 atau JN.1,” tutur Siti Nadia.

Dia kemudian menambahkan bahwa pasien atas nama FV meninggal karena penyakit jantung- dan saat dites Covid-19 hasilnya positif dengan subvarian JN.1.

Adapun pasien yang kedua adalah atas nama GNS, laki-laki berusia 77 tahun, yang meninggal pada 21 Desember di RS Elizabeth Lubuk Baja.

Siti Nadia mengkonfirmasi GNS meninggal akibat sakit infeksi radang paru dan setelah dites Covid-19, positif dengan subvarian GE.1.

Hingga Selasa (29/12) tercatat 112 kasus Covid-19 varian JN.1 di Indonesia, dengan sebagian besar kasus terjadi di Jakarta.

Adapun di Pekanbaru tercatat ada 4 kasus, Batam 3 kasus, Tarakan 2 kasus dan Bandung 2 kasus.

Per 30 Desember 2023, tercatat ada 2.606 kasus aktif di Indonesia secara keseluruhan, dengan kasus terkonfirmasi 318 kasus, kasus sembuh 128 dan dua kasus meninggal dunia.

Laporan terbaru WHO COVID-19 Epidemiological Update menunjukkan bahwa di Indonesia ada kenaikan 255 persen perawatan COVID-19 di rumah sakit, jumlah itu dihitung berdasarkan pertambahan kasus dari 41 kasus menjadi 149 kasus pada periode 20 November sampai 17 Desember 2023, dibandingkan dengan 28 hari sebelumnya, 16 Oktober sampai 12 November 2023.

Siti Nadia kemudian mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, termasuk menggunakan masker jika berada di tempat yang padat dan berisiko.

"Segera melengkapi vaksinasi dan tes bila ada gejala sakit dan lakukan isolasi kalau positif Covid,” terangnya.

https://www.kompas.com/global/read/2023/12/31/164400270/who--covid-19-varian-baru-jn.1-menyebar-pesat-di-dunia-begini-kasusnya-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke