Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Penobatan Raja Charles III Picu Perdebatan di Australia

Penulis: VOA Indonesia/Phil Mercer

SYDNEY, KOMPAS.com - Penobatan Raja Inggris Charles III akan dilakukan pada Sabtu (6/5/2023) di London.

Sang raja naik takhta setelah kepergian ibunya, Ratu Elizabeth II, pada September lalu.

Charles tidak hanya menjadi kepala negara Inggris, tetapi juga di lebih dari selusin negara lain.

Di Australia, kematian Ratu Elizabeth memicu kembali perdebatan tentang masa depan konstitusional negara itu.

Seiring semakin dekatnya penobatan, sentimen republik di Australia kembali bergejolak.

Para pegiat berpendapat bahwa monarki konstitusional Australia sudah kuno, meskipun mereka belum menentukan jenis negara republik seperti apa yang mereka inginkan.

Konstiyusional monarki republik di Australia menempatkan Raja Charles III menjadi kepala negara dan diwakili di Australia oleh seorang gubernur jenderal yang perannya hampir seluruhnya bersifat seremonial.

Sebuah jajak pendapat pada Januari lalu menunjukkan bahwa dukungan terhadap bentuk negara republik meningkat dari 36 persen menjadi 39 persen di kalangan para pemilih sejak kematian Ratu Elizabeth II.

Survei itu dilakukan oleh harian The Sydney Morning Herald.

Charles pertama kali mengunjungi Australia saat masih remaja pada 1966.

Sejak saat itu, dia menjalin “hubungan yang istimewa” dengan negeri kangguru lewat serangkaian kunjungan pada tahun-tahun berikutnya.

Matt Thislethwaite adalah wakil menteri urusan negara republik di Australia –posisi yang diciptakan pemerintahan Partai Buruh untuk mengantisipasi referendum yang mungkin akan digelar dalam beberapa tahun mendatang.

Dia mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp pada bulan lalu bahwa perubahan itu sudah lama tertunda.

“Kami bangun tidur September lalu ketika ratu wafat dan tiba-tiba kami memiliki kepala negara baru. Rakyat Australia tidak diajak berkonsultasi mengenai hal itu. Rakyat Australia tidak punya pilihan untuk menentukan siapa yang seharusnya menjadi kepala negara, padahal kami memerintah negara ini secara demokratis,” kata Thislethwaite.

Charles adalah kepala negara di lebih dari selusin negara, termasuk Kanada, Papua Nugini dan Selandia Baru. Semuanya negara anggota Persemakmuran, kelompok yang berisi negara-negara mantan koloni Inggris.

Australia memilih untuk tidak memutus hubungannya dengan kerajaan Inggris dalam referendum tahun 1999.

Para pendukung monarki meyakini sistem tersebut membuat demokrasi Australia tetap aman dan terjamin.

Rachel Bailes, juru bicara resmi Australian Monarchist League, mengatakan kepada media setempat bahwa hal itu membuat negaranya stabil.

“Saya percaya monarki konstitusional adalah sistem yang berfungsi dengan baik. Sistem ini membuat pemerintah bisa menjalankan tugasnya untuk melayani rakyat Australia melalui masalah-masalah sulit seperti ekonomi, krisis energi dan keterjangkauan harga hunian,” ujar Bailes.

Pada akhirnya hal itu bergantung pada sekitar 18 juta pemilih Australia yang akan menentukan masa depan konstitusional negara mereka.

Meski merasa antusias dengan perubahan, pemerintah Australia yang dipimpin Partai Buruh mengatakan bahwa referendum tentang bentuk negara tidak akan diselenggarakan hingga masa jabatan yang berikutnya –apabila mereka terpilih kembali.

Referendum lain lebih diprioritaskan, yaitu referendum untuk menentukan apakah rakyat Australia akan mengakui masyarakat suku asli dalam konstitusi mereka.

Pemungutan suara itu akan dilakukan akhir tahun ini.

Sementara, perubahan konstitusional sendiri adalah hal yang langka di Australia. Hanya delapan dari 44 referendum yang lolos sejak tahun 1901.

https://www.kompas.com/global/read/2023/05/05/140613570/penobatan-raja-charles-iii-picu-perdebatan-di-australia

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-827 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Tengah Malam Kharkiv | Polemik Ratusan Warga Sri Lanka Ditipu Jadi Tentara Rusia

Rangkuman Hari Ke-827 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Tengah Malam Kharkiv | Polemik Ratusan Warga Sri Lanka Ditipu Jadi Tentara Rusia

Global
Hamas Tegaskan Tak Akan Lanjutkan Negosiasi jika Israel Terus Menyerang

Hamas Tegaskan Tak Akan Lanjutkan Negosiasi jika Israel Terus Menyerang

Global
Trump Dinyatakan Bersalah atas 34 Tuduhan Kejahatan

Trump Dinyatakan Bersalah atas 34 Tuduhan Kejahatan

Global
Pemerintah Slovenia Setujui Pengakuan Negara Palestina Merdeka

Pemerintah Slovenia Setujui Pengakuan Negara Palestina Merdeka

Global
Israel Rebut Koridor Utama Gaza-Mesir, Pertempuran Rafah Kian Sengit

Israel Rebut Koridor Utama Gaza-Mesir, Pertempuran Rafah Kian Sengit

Global
[POPULER GLOBAL] Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir | Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat

[POPULER GLOBAL] Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir | Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat

Global
Bantuan Lewat Rafah Terhambat, Israel Buka Kembali Penjualan Makanan di Gaza

Bantuan Lewat Rafah Terhambat, Israel Buka Kembali Penjualan Makanan di Gaza

Global
Diduga Jalankan Jaringan Malware Terbesar yang Pernah Ada, Pria China Ditangkap

Diduga Jalankan Jaringan Malware Terbesar yang Pernah Ada, Pria China Ditangkap

Global
Gambar AI 'All Eyes on Rafah' Dibagikan Lebih dari 40 Juta Kali di Instagram

Gambar AI "All Eyes on Rafah" Dibagikan Lebih dari 40 Juta Kali di Instagram

Global
Di India, Kotoran Sapi Bisa Diubah Menjadi Energi Alternatif

Di India, Kotoran Sapi Bisa Diubah Menjadi Energi Alternatif

Global
India Dilanda Gelombang Panas, Suhu Dekati 50 Derajat Celsius

India Dilanda Gelombang Panas, Suhu Dekati 50 Derajat Celsius

Global
Guru dan Murid Rohingya Dibunuh Orang-orang Bersenjata di Bangladesh

Guru dan Murid Rohingya Dibunuh Orang-orang Bersenjata di Bangladesh

Global
Kampanye Pemilu Meksiko 2024 Paling Berdarah Sepanjang Sejarah, Puluhan Calon Tewas Dibunuh

Kampanye Pemilu Meksiko 2024 Paling Berdarah Sepanjang Sejarah, Puluhan Calon Tewas Dibunuh

Global
Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Siapa Itu Hong Kong 47 dan Apa Tujuan Mereka?

Internasional
Iran Buka Pendaftaran Calon Presiden, Ini Syaratnya

Iran Buka Pendaftaran Calon Presiden, Ini Syaratnya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke