Tidak butuh waktu lama bagi Sloan, penulis buku laris, menyadari bahwa teknologi itu tidak banyak berguna baginya.
“Banyak AI canggih saat ini cukup mengesankan dan benar-benar meningkatkan ekspektasi Anda, membuat Anda berpikir bahwa itu angat mumpuni,'” kata Sloan, seperti dilansir dari Associated Press.
"Tapi kemudian dalam seribu hal kecil, sejuta hal kecil, AI akhirnya mengecewakan Anda," tambahnya.
Perusahaan lain mungkin telah merilis eksperimen tersebut ke publik, seperti yang dilakukan startup OpenAI dengan alat ChatGPT-nya akhir tahun lalu.
Tetapi Google lebih berhati-hati tentang siapa yang dapat bermain dengan kemajuan AI-nya, meskipun ada tekanan yang meningkat bagi raksasa internet itu untuk bersaing lebih agresif dengan saingannya, Microsoft.
Saingan berat Google itu baru-baru ini menggelontorkan miliaran dollar AS ke dalam OpenAI dan menggabungkan teknologinya ke dalam produk-produk Microsoft.
Tekanan itu mulai terasa, karena Google telah meminta salah satu tim AI-nya untuk memprioritaskan respons terhadap ChatGPT.
Google menolak untuk mengonfirmasi apakah ada chatbot publik yang sedang dikerjakan, tetapi juru bicara Lily Lin mengatakan pihaknya terus menguji teknologi AI secara internal.
"Untuk memastikannya membantu dan aman, dan kami berharap dapat segera berbagi lebih banyak pengalaman secara eksternal," ujarnya.
OpenAI memang merilis ChatGPT-nya secara gratis kepada siapa saja yang memiliki koneksi internet.
Jutaan orang di seluruh dunia kini telah mencobanya, memicu diskusi hangat di sekolah dan kantor perusahaan tentang masa depan pendidikan dan pekerjaan.
OpenAI menolak mengomentari perbandingan dengan Google.
Namun saat mengumumkan perpanjangan kemitraan mereka pada bulan Januari, Microsoft dan OpenAI mengatakan bahwa mereka berkomitmen untuk membangun sistem dan produk AI yang dapat dipercaya dan aman.
"Sebagai asisten sastra, baik ChatGPT maupun versi penulisan kreatif Google tidak mendekati apa yang dapat dilakukan manusia," kata Sloan, seperti berada di pihak yang bertentangan dengan OpenAI dan Microsoft.
Saat pertama kali mengumumkan model AI-nya, LaMDA pada tahun 2021, Google tak hanya menekankan kecanggihannya, tetapi juga meningkatkan risiko penyalahgunaan yang berbahaya.
AI dianggap punya kemungkinan meniru dan memperkuat informasi yang bias, penuh kebencian, atau menyesatkan.
"Saya percaya bahwa mereka bijaksana dan berhati-hati," kata Sloan tentang Google.
"AI bukan model teknologi sembrono yang harus buru-buru dikeluarkan ke dunia, apa pun yang terjadi," tambahnya.
https://www.kompas.com/global/read/2023/02/02/134500670/microsoft-rangkul-open-ai-begini-cara-google-menghadapi