Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Gempa Afghanistan: Wabah Kolera Mengancam Saat Korban Bertahan Tanpa Makanan dan Tempat Berteduh

KABUL, KOMPAS.com- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang membantu mendukung para korban gempa Afghanistan, memperingatkan risiko kemungkinan wabah kolera.

Badan-badan bantuan Afghanistan dan internasional sedang menilai kerusakan dan mengirimkan pasokan. Ini adalah krisis besar dan berkembang di atas situasi kemanusiaan yang sudah mengerikan di negara itu.

Orang-orang yang selamat dari gempa paling mematikan di Afghanistan dalam dua dekade mengatakan mereka tidak punya apa pun untuk dimakan, tak ada tempat berteduh, dan takut akan kemungkinan wabah kolera.

Agha Jan, salah satu penduduk dari provinsi Paktika, yang paling parah terkena bencana, mengais puing-puing dengan mata berkaca-kaca. Dia berusaha mencari apapun yang tersisa dari rumah keluarganya.

"Ini sepatu anak laki-laki saya," katanya, seraya membersihkan debu dari sepatu itu. Tiga anaknya yang masih kecil dan dua istrinya tewas dalam gempa saat mereka tidur.

Saat gempa melanda pada dini Rabu (22/6/2022), Agha Jan bergegas menuju kamar tempat keluarganya menginap.

"Tapi semuanya berada di bawah puing-puing," katanya kepada BBC.

"Bahkan dengan sekop saya. Tidak ada yang bisa saya lakukan. Saya memanggil sepupu saya untuk membantu, tetapi ketika kami mengeluarkan keluarga saya, mereka semua sudah mati."

Daerah di sekitar desa Agha Jan di distrik Barmal, provinsi Paktika, adalah salah satu yang paling parah terkena dampak gempa. Sekitar 1.000 orang diyakini tewas dan 3.000 lainnya terluka di sana.

Lokasi itu memerlukan tiga jam perjalanan ke kota besar terdekat, dengan sebagian besar jalan bertanah harus dilalui.

Lokasinya yang terpencil membuat upaya pengangkutan korban luka semakin sulit. Beberapa harus diterbangkan ke rumah sakit dengan helikopter militer Taliban.

Hampir setiap rumah di desa umumnya dibangun dari lumpur dan batu. Pasca gempa, semua bangunan itu tampak rusak parah, dengan hampir setiap keluarga tampaknya berduka karena kehilangan kerabatnya.

Habib Gul berada di seberang perbatasan di kota Karachi, Pakistan. Dia bekerja sebagai buruh di sana ketika mendengar berita itu. Dia sudah bergegas kembali ke desanya di Barmal tapi menemukan 20 kerabatnya sudah tewas, 18 di antaranya dalam satu rumah.

"Begitu banyak kerabat saya yang mati syahid, tiga saudara perempuan, keponakan saya, putri saya, anak-anak kecil."

Setiap penduduk desa yang BBC temui ingin menunjukkan kehancuran rumah mereka. Sebagian karena mereka ingin dunia melihat kehancuran nyata ini.

Tetapi juga yang lebih praktis, mereka sejatinya berharap namanya dapat ditambahkan ke daftar distribusi bantuan.

"Jika dunia memandang kami seperti saudara dan membantu kami, kami akan tinggal di sini di tanah kami," kata Habib Gul kepada BBC.

"Jika tidak, kita akan meninggalkan tempat ini di mana kita telah menghabiskan hidup begitu lama dengan air mata."

Helikopter militer berputar di langit wilayah itu. Mereka tidak lagi mengangkut korban yang terluka tetapi mengirimkan persediaan.

Kepada BBC, pejabat Taliban memberi tahu bahwa operasi penyelamatan telah selesai dan sekarang berakhir.

Kebutuhan yang paling mendesak adalah tempat tinggal bagi ratusan keluarga yang kehilangan tempat tinggal.

Agha Jan dan salah satu putranya yang masih hidup sedang melempar selembar terpal besar di antara tongkat kayu di sebidang tanah kosong, saat ditemui tim BBC.

Keluarga-keluarga lain berada di tenda-tenda, diapit oleh reruntuhan rumah yang mereka bangun dengan susah payah.

Khalid Jan sekarang bertanggung jawab atas lima cucunya yang masih kecil yang berkeliaran di dekat kakinya. Ayah mereka, putranya, tewas dalam gempa, bersama dengan dua anak Khalid Jan lainnya.

"Hanya saya yang tersisa dari mereka," katanya kepada BBC, bertengger di atas charpoy logam - tempat tidur tradisional - di bawah tenda.

"Tapi rumah dan semua yang ada di sini telah hancur dan saya tidak akan pernah bisa membangunnya kembali."

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/26/200000070/gempa-afghanistan--wabah-kolera-mengancam-saat-korban-bertahan-tanpa

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Rangkuman Hari Ke-805 Serangan Rusia ke Ukraina: Jika Perancis Kirim Pasukan | Mengenal Chloropicrin

Global
Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Serangan Israel Tewaskan Komandan Angkatan Laut Hamas

Global
Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Hamas Tolak Berkompromi Lebih Banyak dengan Israel Terkait Gencatan Senjata

Global
Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Israel Serang Rafah: Jalanan Sepi, Warga Ketakutan

Global
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam Dibubarkan Polisi

Global
Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Biden Menyesal AS Kirim Senjata ke Israel yang Menewaskan Warga Palestina

Global
AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke