Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Taliban Disebut Alami Keretakan, Terbagi 2 Kubu Berbeda Pandangan

Menurut para ahli, larangan yang telah memicu kemarahan internasional itu bahkan membuat banyak orang di gerakan Taliban bingung dengan keputusan tersebut.

"Perintah itu menghancurkan," kata seorang anggota senior Taliban kepada AFP. "Pemimpin tertinggi sendiri ikut campur."

Semua pejabat Taliban yang berbicara kepada AFP tentang masalah ini melakukannya dengan syarat anonim, karena sensitivitas topik.

Sekolah menengah untuk anak perempuan diperintahkan untuk ditutup bulan lalu, hanya beberapa jam setelah dibuka kembali untuk pertama kalinya sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021.

Hal yang mengejutkan terjadi setelah pertemuan rahasia para pemimpin kelompok itu di kota Kandahar, pusat kekuatan de facto Taliban.

Para pejabat tidak pernah membenarkan larangan tersebut, selain mengatakan bahwa pendidikan anak perempuan harus sesuai dengan "prinsip-prinsip Islam".

Tetapi seorang pejabat senior Taliban mengatakan kepada AFP bahwa Pemimpin Tertinggi Hibatullah Akhundzada dan beberapa tokoh senior lainnya "sangat konservatif dalam masalah ini" dan mendominasi diskusi.

Dua kelompok, perkotaan dan ultra-konservatif, telah muncul dalam gerakan tersebut.

"Para ultra-konservatif telah memenangkan putaran ini," tambahnya, merujuk pada sekelompok ulama, termasuk Ketua Hakim Abdul Hakim Sharai, Menteri Agama Noor Mohammad Saqeb dan Menteri Promosi Kebajikan dan Pencegahan Wakil Mohammad Khalid Hanafi.

"Para ulama merasa dikecualikan dari keputusan pemerintah dan menyuarakan penentangan mereka terhadap pendidikan anak perempuan adalah salah satu cara untuk memulihkan pengaruh mereka," kata Ashley Jackson, peneliti berbasis di London yang telah bekerja secara ekstensif di Afghanistan.

Dia mengatakan kepada AFP bahwa "pengaruh luar biasa dari minoritas yang tidak tersentuh ini" telah mencegah negara itu bergerak maju.

"Ini menunjukkan bahwa Kandahar tetap menjadi pusat gravitasi bagi politik Taliban," kata analis International Crisis Group Graeme Smith.

Seorang anggota senior Taliban mengatakan kelompok garis keras berusaha menenangkan ribuan pejuang yang berasal dari pedesaan yang sangat konservatif.

"Bagi mereka, bahkan jika seorang wanita keluar dari rumahnya, itu tidak bermoral. Jadi, bayangkan apa artinya mendidiknya," katanya.

Anggota Taliban itu mengatakan Akhundzada menentang "pendidikan modern dan sekuler" karena ia mengaitkannya dengan kehidupan di bawah mantan presiden Hamid Karzai dan Ashraf Ghani yang didukung Barat.

"Itu pandangan dunianya," katanya.

Taliban kembali berkuasa tahun lalu ketika pasukan pimpinan AS mengakhiri pendudukan sejak invasi menggulingkan kelompok garis keras pada 2001.

Dalam 20 tahun antara dua pemerintahan Taliban, anak perempuan diizinkan pergi ke sekolah dan perempuan dapat mencari pekerjaan di semua sektor, meskipun negara itu tetap konservatif secara sosial.

https://www.kompas.com/global/read/2022/04/15/150000970/taliban-disebut-alami-keretakan-terbagi-2-kubu-berbeda-pandangan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke