Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pernah Luapkan Amarah Soal Isu Rasial dan Islamophobia, Pelaku Penembakan Colorado Disebut Punya Gangguan Mental

Pria berusia 21 tahun itu sempat bertanya apakah dia dapat berbicara dengan ibunya setelah menyerahkan diri kepada polisi usai melakukan kejahatan yang merenggut 10 nyawa pada Senin (22/3/2021).

Saat akan dibekukan, pria kelahiran Suriah ini menanggalkan pakaiannya dan meletakkan senapan, pistol, dan rompi taktis Ruger AR-556 miliknya di lorong supermarket.

Alissa digambarkan oleh keluarganya sendiri memiliki “gangguan jiwa.” Pria ini lahir di Suriah dan pindah ke AS ketika berusia tiga tahun. Dia sempat menjadi seorang pegulat saat sekolah menengah.

Sekarang dia tinggal di Arvada, Colorado, sekitar 30 mil dari toko grosir yang menjadi targetnya.

Pada pukul 2.40 siang Senin (22/3/2021), Alissa menembaki pengunjung di King Soopers di Boulder, dan menewaskan sepuluh orang.

Polisi meringkusnya pada pukul 15.28 dan membawanya ke rumah sakit untuk dirawat karena luka di kaki. Setelah keluar dari rumah sakit, dia sekarang berada di Penjara Boulder County.

Polisi belum memastikan motifnya. Dia telah didakwa dengan sepuluh tuduhan pembunuhan.

Dalam unggahan di Facebook selama 18 bulan terakhir, dia mengeluh karena tidak memiliki pacar, mengoceh tentang Presiden Trump dan berbicara tentang keyakin agamanya.

The New York Times melaporkan pada Selasa (23/3/2021) bahwa dia diketahui oleh FBI karena terkait dengan orang lain yang telah diselidiki untuk hal lain. Mereka tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Saudaranya mengonfirmasi identitasnya sebagai pelaku penembakan dalam sebuah wawancara dengan The Daily Beast pada Selasa. Dia disebut “paranoid' dan “sangat antisosial.

Namun saudaranya bersikeras penembakan itu tidak bermotif politik dan berkata: “(Itu) sama sekali bukan pernyataan (politik), itu penyakit mental.

Menurut dia, saudaranya dulu sering diintimidasi di sekolah menengah. Awalnya dia seperti anak yang ramah, tetapi setelah dia masuk sekolah menengah dan sering diintimidasi, dia mulai menjadi anti-sosial.

Orang lain yang mengenalnya mengatakan kepada The Denver Post, bahwa Alissa “kejam.” Orang lain mengaku takut berada disekitarnya, terlebih dia pernah mengancam akan membunuh rekan satu tim.

“Agak menakutkan berada di sekitarnya. Pada tahun seniornya, selama gulat untuk seleksi universitas, dia benar-benar kalah dalam pertandingannya dan keluar dari tim dan berteriak di ruang gulat, seperti akan membunuh semua orang.”

“Tidak ada yang percaya padanya. Kami semua hanya ketakutan olehnya, tetapi tidak ada yang melakukan apa-apa,'' kata Dayton Marvel melansir Daily Mail.

Yang lain, Angel Hernandez, mengenang sebuah insiden di mana pegulat lain menggodanya karena kalah dan dia mulai meninju temannya itu.

Alissa pernah ditangkap setidaknya satu kali sebelumnya, termasuk pada 2017. Saat itu dia meninju seseorang yang mengolok-olok rasnya.

Dalam sebuah unggahan di Facebook Juli 2019, dia mengoceh: “Ya jika orang-orang Islamofobia rasialis ini berhenti meretas ponsel saya dan membiarkan saya, mungkin saya bisa memiliki kehidupan normal.”

“Itu adalah pernyataan yang gila. Aku hanya tahu dia adalah anak yang cukup keren sampai sesuatu membuatnya marah, dan kemudian apa pun yang membuatnya marah, akan memnuatnya bertindak lebih jauh.

“Dia selalu berbicara tentang (bagaimana) orang-orang memandangnya. Kami selalu mengira dia mempermainkan kami .”

Hernandez, sesama pegulat menambahkan: “Dia akan berbicara tentang agamanya dan mengancam jika ada yang melakukan sesuatu kepadanya, dia akan mengajukan tuntutan kejahatan rasial dan mengatakan mereka mengada-ada.

https://www.kompas.com/global/read/2021/03/24/071255570/pernah-luapkan-amarah-soal-isu-rasial-dan-islamophobia-pelaku-penembakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke