Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[VIDEO] Viral, 2 Anak Menangis di Sisi Tubuh Ibu Mereka Usai Ledakan di Kabul

Video itu beredar di media sosial dan dengan cepat menarik perhatian netizen serta memicu kemarahan baru di Afghanistan yang sudah kelelahan dengan perang.

Juru bicara polisi Ferdaws Faramarz mengatakan bahwa tiga ledakan "bom tempel" telah terjadi di lokasi berbeda antara pukul 08:00 dan 10:00 waktu setempat.

Pembunuhan bertarget dengan bom yang diledakkan dari jarak jauh yang ditempelkan pada kendaraan telah lama menjadi taktik yang disukai para militan di Afghanistan.

Terutama selama perjalanan pagi hari di kota-kota, di mana warga sipil menjadi korban nahas atas kekerasan tersebut.

Tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Sabtu itu, meskipun para pejabat Afghanistan dan Amerika Serikat (AS) menyalahkan Taliban atas insiden serupa sebelumnya, tuduhan yang dibantah kelompok militan itu.

Faramarz mengatakan ledakan pertama telah melukai dua warga sipil, sedangkan ledakan kedua menewaskan dua tentara, serta seorang wanita. Adapun bom ketiga menewaskan dua petugas polisi.

Detail itu dikonfirmasi oleh Kementerian Dalam Negeri Afghanistan.

Kembali pada video yang viral itu, video tersebut diambil segera setelah kejadian, menunjukkan seorang wanita dengan tubuh berlumuran darah dan menghitam tergeletak di aspal, sementara dua anak kecil di sisinya terlihat menangis.

Kedua anak itu, salah satunya berlumuran darah terdengar menjerit. Anak yang satunya berkata, "Ibu, bangunlah!"

Pria yang merekam video tersebut terdengar mengatakan kepada anak-anak itu untuk "tenang" saat wanita itu dibawa pergi.

Reaksi netizen cepat terhadap video tersebut, khususnya para pengguna media sosial di Afghanistan yang mengungkapkan kengerian mereka akan apa yang mereka lihat.

Tagar "Ibu bangunlah!" dalam bahasa lokal Dari dengan cepat menjadi trending di media sosial Twitter Afghanistan.

"Tidak tahan melihat ibu dan anak-anak mereka seperti ini," tulis seorang netizen bernama Ejaz Malikzada.

"Bagaimana bisa para pelakunya berbuat sedemikian rupa sementara anak-anak menangis karena ibunya terluka? Ini harus dihentikan," ungkap Fawzia Koofi, salah satu anggota tim negosiasi pemerintah Afghanistan untuk negosiasi damai dengan Taliban.

Juru bicara kepolisian Kabul kemudian mengonfirmasi bahwa kedua anak tersebut telah dirawat karena luka ringan sementara wanita dalam video tersebut dikabarkan terluka parah.

Pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan yang dimulai pada September tahun lalu tetap menemui jalan buntu.

Meningkatnya kekerasan terbaru telah membuat pemerintahan Presiden AS Joe Biden meluncurkan peninjauan kembali terhadap kesepakatan yang ditandatangani antara Washington dan Taliban tahun lalu.

Kesepakatan itu membuka jalan bagi penarikan semua pasukan AS dalam beberapa bulan mendatang.

Biden sedang meninjau apakah akan tetap pada tenggat waktu 1 Mei untuk menarik 2.500 tentara AS yang tersisa atau mengambil risiko serangan berdarah dari pemberontak dengan tentara AS tetap tinggal di sana.

Jenderal Kenneth McKenzie, kepala Komando Pusat Angkatan Darat AS, pada Kamis mengindikasikan bahwa kondisi belum kondusif untuk melakukan penarikan.

Sementara Taliban telah berjanji untuk mengurangi kekerasan berdasarkan kesepakatan mereka dengan AS, mereka masih belum melakukannya, ujar McKenzie dalam pesawat ke Pakistan.

"Tentu saja ISIS telah melancarkan beberapa serangan. Itu tidak ada apa-apanya dari apa yang dilakukan Taliban," kata McKenzie yang mengutuk kekerasan terhadap pasukan Afghanistan, dan "pembunuhan yang ditargetkan di beberapa daerah perkotaan."

"Ini jelas Taliban," kata McKenzie. "Tidak mungkin pihak lain. Itu sangat jelas."

Taliban menyangkal berada di balik meningkatnya kekerasan, dengan mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan itu adalah kelompok militan lainnya.

https://www.kompas.com/global/read/2021/02/22/080747170/video-viral-2-anak-menangis-di-sisi-tubuh-ibu-mereka-usai-ledakan-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke