WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Amerika Serikat secara resmi keluar dari Perjanjian Paris pada Rabu (4/11/2020), sesuai janji lama Presiden Donald Trump di tengah ketidakpastian hasil pemilu.
Namun, hasil dari kontestasi pemilu Amerika yang ketat saat ini akan menentukan lamanya negara ini menarik diri dari Perjanjian Paris.
Sebab, seperti yang dilansir dari Reuters pada Rabu (4/11/2020), saingan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, telah berjanji untuk bergabung dalam perjanjian tersebut jika terpilih.
"Penarikan AS akan memberikan celah dalam rezim kami, dan upaya global untuk mencapai tujuan dan ambisi Perjanjian Paris," kata Patricia Espinosa, Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC).
Amerika Serikat masih tetap menjadi anggota UNFCCC dan Espinosa mengatakan badan tersebut akan "siap membantu AS dalam upaya apa pun untuk bergabung kembali dengan Perjanjian Paris."
Trump pertama kali mengumumkan niatnya untuk menarik Amerika Serikat dari pakta tersebut pada Juni 2017, dengan alasan hal itu akan merusak ekonomi AS.
Pemerintah secara resmi menyampaikan pemberitahuan penarikan ke PBB setahun yang lalu, pada 4 November 2019.
Pengunduran diri tersebut menjadikan Amerika Serikat satu-satunya negara dengan 197 penandatangan yang telah menarik diri dari perjanjian yang dibuat pada 2015.
UNFCCC, Inggris, Perancis, Chili dan Italia mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa mereka "mencatat dengan menyesal" penarikan AS.
“Kami tetap berkomitmen untuk bekerja dengan semua pemangku kepentingan AS dan mitra di seluruh dunia untuk mempercepat aksi iklim,” kata pernyataan itu.
“Jika penyangkal iklim tetap mengontrol Gedung Putih dan Kongres, mewujudkan planet yang aman iklim akan lebih menantang,” kata Laurence Tubiana, mantan diplomat Perancis yang berperan dalam perantara kesepakatan Paris, yang kini mengepalai Yayasan Iklim Eropa nirlaba.
Penarikan itu sebagai "peluang yang hilang", menurut Tanguy Gahouma-Bekale, ketua Kelompok Negosiator Afrika dalam pembicaraan iklim global.
Ia mengatakan penarikan diri AS juga akan menyebabkan kekurangan dalam keuangan iklim.
Ia merujuk pada janji era Barack Obama untuk menyumbang 3 miliar dollar AS (Rp 43,7 triliun) sebagai dana untuk membantu negara-negara yang rentan mengatasi perubahan iklim.
Bantuan dana dari AS saat ini baru terkirim 1 miliar dollar AS (Rp 14,5 triliun).
https://www.kompas.com/global/read/2020/11/05/064018870/as-resmi-keluar-dari-perjanjian-paris-di-tengah-ketidakpastian-pemilu