Macron juga menekankan bahwa Erdogan mengadopsi "perilaku bermusuhan" kepada negara yang menjadi anggota Pakta Kerja Sama Atlantik Utara (NATO).
"Turki itu mempunyai perilaku yang bermusuhan dengan sekutnya di NATO," kecam Macron dalam wawancaranya dengan Al Jazeera Sabtu (31/10/2020).
Dilansir AFP, Presiden Perancis berusia 42 tahun itu menuding Ankara melakukan intervensi di Mediterania, Suriah, dan Libya.
Macron menuturkan, yang Perancis inginkan saat ini adalah situasinya "tenang". Karena itu, dia pun mengajukan permintaan kepada Erdogan.
"Presiden Turki harus menghormati Perancis, menghormati Uni Eropa, menghormati nilainya, tak bohong, dan tidak melakukan penghinaan," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Macron juga menyampaikan dukacita atas gempa bumi di Izmir dan menawarkan mengirimkan bantuan ke lokasi bencana.
Dia menjabarkan intervensi Ankara di Suriah merupakan perilaku yang "mengejutkan sekaligus agresi" terhadap sekutunya di NATO.
Macron juga menuding Turki tak menghormati embargo senjata di Libya, sementara melakukan "agresi berlebihan" di timur Mediterania.
"Saya mencatat Turki mempunyai kecenderungan ingin berkuasa di kawasan, dan saya pikir itu tidak baik untuk stabilitas," kata dia.
Dua negara anggota NATO itu terlibat ketegangan dalam beberapa pekan terakhir, yang mencapai puncak ketika Erdogan meminta Macron untuk "periksa mental".
Paris pun gusar dan kemudian merepons dengan memanggil pulang duta besarnya di Ankara guna melakukan konsultasi atas hinaan Erdogan tersebut.
Meski begitu pada Sabtu, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian menyatakan mereka akan mengirim lagi duta besar setelah sepekan absen.
Kepada RTL, Le Drian berkata Turki sudah "membuat pilihan yang disengaja" untuk mempergunakan kasus pemenggalan guru bernama Samuel Paty.
Paty dipenggal oleh remaja 18 tahun asal Chechen bernama Abdoullakh Anzorov setelah menunjukkan kartun Nabi Muhammad sebagai bagian dari kebebasan berekspresi.
Le Drian kemudian menuding Ankara sudah "meluncurkan kampanye yang penuh kebencian dan fitnah terhadap Perancis" dan berujung pada pemanggilan duta besar.
Namun pada pekan ini, mereka kembali mengirimkan duta besarnya setelah Ankara mengirimkan kecaman atas penusukan di gereja Nice.
Melalui kecaman itu, Le Drian menjelaskan pesan Turki "berbeda, jelas, tak ambigu, namun tak menjabarkan klarifikasi".
"Kami meminta duta besar kembali ke Ankara untuk meminta klarifikasi dari pejabat Ankara," tutup Le Drian.
https://www.kompas.com/global/read/2020/11/01/204327070/presiden-perancis-sebut-erdogan-harus-tunjukkan-hormat-dan-tak-boleh