Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Coba Redakan Ketegangan Muslim, Ini yang Presiden Perancis Katakan

KOMPAS.com - Presiden Perancis Emmanuel Macron berusaha untuk meredakan ketegangannya dengan umat Islam di seluruh dunia.

Kepada saluran televisi berbasis di Qatar, Al Jazeera, bahwa dia memahami bahwa kartun Nabi Muhammad bisa memicu kehebohan.

Berbagai kekerasan telah terjadi di Perancis setelah majalah satire Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad pada awal September.

Penerbitan ulang itu memicu serangan di luar bekas kantor Charlie Hebdo sebagaimana dilansir dari TRT World, Minggu (1/11/2020).

Pada pertengahan November, seorang guru di Paris dipenggal karena menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada muridnya di kelas.

Terbaru, sebuah serangan terjadi di Nice pada Kamis (29/10/2020) yang menewaskan tiga orang dengan salah satu korban dilaporkan telah dipenggal.

Umat Muslim keberatan dengan penerbitan kartun tersebut karena dianggap memprovokasi dan menghina.

Perancis semakin terguncang setelah seorang pendeta Gereja Ortodoks ditembak di Kota Lyon pada Sabtu (31/10/2020).

Pendeta berkewarganegaraan Yunani tersebut ditembak di hati dari jarak dekat dan dibawa ke rumah sakit dalam kondisi kritis.

Jaksa penuntut umum Lyon mengatakan seorang tersangka ditangkap pada Sabtu malam dengan motif penyerangan yang masih belum jelas.

Bernada lembut

Macron memicu protes di seluruh dunia Muslim setelah mengeluarkan pernyataan bahwa dia tidak melarang penerbitan kartun Nabi Muhammad.

Pernyataan tersebut dikeluarkan setelah seorang guru bernama Samuel Paty dipenggal di Paris.

Dalam upayanya untuk menenangkan umat Islam, Macron mengemukakan pandangannya dalam sebuah wawancara panjang dengan Al Jazeera.

Dia berusaha mengungkapkan pandangannya dengan nada yang lebih lembut selama wawancara.

"Saya bisa mengerti bahwa orang bisa dikejutkan oleh kartu (Nabi Muhammad), tapi saya tidak akan pernah menerima bahwa kekerasan bisa dibenarkan," kata Macron.

Dia juga memahami perasaan dan menghargai umat Muslim ketika kartun Nabi Muhammad diterbitkan.

"Tetapi saya ingin Anda memahami peran yang saya miliki. Peran saya adalah menenangkan segalanya, seperti yang saya lakukan di sini, tetapi pada saat yang sama adalah melindungi hak-hak ini,” sambung Macron.

"Saya akan selalu membela di negara saya kebebasan untuk berbicara, menulis, berpikir, menggambar,” imbuh Macron.

Boikot

Macron juga mengecam "distorsi" dari para pemimpin politik dunia atas kartun Nabi Muhammad.

Dia mengatakan bahwa orang-orang dituntuk untuk percaya bahwa kartun tersebut buatan Pemerintah Perancis. Padahal kenyataannya, kartun itu dibuat oleh Charlie Hebdo.

"Kebingungan yang telah disulut oleh banyak media, dan kadang-kadang para pemimpin politik dan agama, yang mengatakan bahwa karikatur ini merupakan proyek atau ciptaan pemerintah atau Presiden Perancis,” kata Macron.

Dia juga mengecam seruan untuk memboikot produk-produk Perancis di negara mayoritas Muslim, dan didukung secara khusus oleh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Macron menambahkan seruan boikot terhadap produk Perancis adalah "tidak layak" dan "tidak dapat diterima".

Dia mengatakan kampanye boikot juga sengaja dibuat dan diembuskan oleh beberapa kelompok swasta dengan memanfaatkan momentum.

Bahkan sebelum serangan terhadap Paty, Macron telah menjanjikan kampanye baru yang tangguh melawan radikalisme di Perancis.

Aksi protes terbaru yang mengecam Perancis pecah pada Jumat (30/10/2020) di Afghanistan, Pakistan, Bangladesh, Mali, Mauritania, dan Lebanon.

https://www.kompas.com/global/read/2020/11/01/183127970/coba-redakan-ketegangan-muslim-ini-yang-presiden-perancis-katakan

Terkini Lainnya

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Sempat Jadi Korban AI, Warren Buffett Beri Pesan Serius

Global
Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Kompetisi Band Metal Kembali Digelar di Jeddah

Global
Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Di KTT OKI Gambia, Menlu Retno: Negara Anggota OKI Berutang Kemerdekaan kepada Rakyat Palestina

Global
Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Warga Palestina Berharap Perang Berakhir, Tapi Pesimis Gencatan Senjata Cepat Terwujud

Global
Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Politikus Muslim Sadiq Khan Menang Pemilihan Wali Kota London untuk Kali Ketiga

Global
Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Hamas Tuntut Gencatan Senjata Abadi, Israel: Itu Menghambat Proses Negosiasi

Global
Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Makna di Balik Lagu Pop Propaganda Korea Utara yang Ternyata banyak Disukai Pengguna TikTok

Global
Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Rangkuman Hari Ke-801 Serangan Rusia ke Ukraina: Rusia Resmi Buru Zelensky | Ukraina Tembak Sukhoi Su-25

Global
China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

China Luncurkan Chang'e-6 ke Sisi Jauh Bulan, Ini Misinya

Global
Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Rangkuman Terjadinya Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa di 8 Negara

Global
Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Rusia Masukkan Presiden Zelensky ke Dalam Daftar Orang yang Diburu

Global
[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

[UNIK GLOBAL] Viral Pria India Nikahi Ibu Mertua | Galon Air Jadi Simbol Baru Protes Pro-Palestina

Global
Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 4 Rudal Jarak Jauh ATACMS Buatan AS yang Ditembakkan Ukraina

Global
Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Kelompok Bersenjata di Gaza Rampok Bank Palestina Rp 1,12 Triliun

Global
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Dilanjutkan di Mesir

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke