Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Warga Lebanon 'Menangis, Menjerit Histeris, dan Marah Atas Kelalaian Pemerintah'

KOMPAS.com - Bentrokan pengunjuk rasa anti-pemerintah dengan pasukan keamanan Lebanon meletus di Beirut, Kamis (6/8/2020), menyusul kemarahan warga Beirut atas 'kelalaian pemerintah' yang menyebabkan ledakan dahsyat.

Petugas menyemprotkan gas air mata ke puluhan orang di dekat parlemen.

Para pengunjuk rasa marah dengan ledakan dahsyat hari Selasa, yang menurut para pejabat disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman sejak 2013.

Banyak orang di Lebanon mengatakan kelalaian pemerintah menyebabkan ledakan, yang menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai sekitar 5.000 lainnya.

Ledakan itu menghancurkan seluruh distrik di ibu kota, dengan rumah dan bisnis hancur menjadi puing-puing. Puluhan orang masih belum ditemukan.

Sejak bencana tersebut, dua pejabat mengundurkan diri. Anggota parlemen Marwan Hamadeh mengundurkan diri pada Rabu, sementara duta besar Lebanon untuk Yordania Tracy Chamoun mengundurkan diri pada Kamis, mengatakan bencana itu menunjukkan perlunya pergantian kepemimpinan.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan "perubahan besar" dari kepemimpinan Lebanon menyusul ledakan dahsyat tersebut.

Dalam kunjungannya ke kota yang hancur itu, dia menyerukan penyelidikan internasional.

Banyak warga Lebanon mengatakan korupsi, pengabaian, dan salah urus pemerintah menyebabkan ledakan itu.

Ledakan dahsyat Selasa lalu menewaskan sedikitnya 137 orang dan melukai sekitar 5.000 lainnya, sementara puluhan lainnya masih hilang. Keadaan darurat dua minggu telah diberlakukan.

Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan itu disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di gudang.

Kantor berita negara mengatakan 16 orang telah ditahan sebagai bagian dari penyelidikan.

Hakim Fadi Akiki, perwakilan pemerintah di pengadilan militer, mengatakan lebih dari 18 petugas pelabuhan dan bea cukai serta pekerja pemeliharaan di gudang telah diperiksa.

Sejumlah orang masih hilang tetapi laporan media mengatakan satu orang berhasil diselamatkan di laut sekitar 30 jam setelah ledakan terjadi.

Ayah dua anak, Amin Zahid berada di dekat pelabuhan dan diyakini telah terlempar ke laut karena kekuatan ledakan. Dia dilaporkan ditemukan oleh angkatan laut pada Kamis (06/08) pagi.

Pada Kamis (6/8/2020), Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menjadi kepada negara asing pertama yang berkunjung ke Lebanon, yang merupakan bekas koloni Prancis, sejak ledakan dahsyat hari Selasa.

Macron menggambarkan ledakan itu sebagai "metafora untuk krisis Lebanon saat ini" dan mengatakan "tatanan politik baru" diperlukan. Bantuan dana tersedia untuk negara tetapi para pemimpinnya harus menerapkan reformasi terlebih dahulu, katanya.

Dia juga menyerukan penyelidikan internasional terhadap ledakan itu "untuk mencegah hal-hal yang tersembunyi dan keraguan merayap masuk".

Audit bank sentral Lebanon juga diperlukan - "Jika tidak ada audit bank sentral, dalam beberapa bulan tidak akan ada lagi impor dan kemudian akan ada kekurangan bahan bakar dan makanan," kata Macron.

Sebelumnya, Macron disambut warga saat menyusuri jalan-jalan di Beirut. Kepada kerumunan warga, Macron mengatakan ia "tidak akan membiarkan bantuan diterima oleh tangan-tangan yang korup".

"Kami mendengar kemarahan di jalan-jalan pagi ini. Saat ini terjadi krisis politik, moral, ekonomi dan finansial, yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Bahan bertahun-tahun.

"Desakan ini memerlukan aksi politik yang tegas. Kami telah memulai pembicaraan, saya sudah membahasnya dengan Presiden Michel Aoun, dan saya akan berbicara secara jujur, terbuka kepada perdana menteri dan ketua parlemen," kata Macron.

Ia juga menyerukan agar dicapai "pakta politik baru" di kalangan para pemimpin Lebanon.

Presiden Lebanon, Michel Aoun mengatakan peristiwa yang menewaskan sedikitnya 135 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya itu akibat dari meledaknya 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di sebuah gudang selama enam tahun.

Banyak dari masyarakat Lebanon menuduh kejadian itu akibat dari pihak berwenang melakukan korupsi, penelantaran dan salah urus. Pemerintah pun telah memberlakukan keadaan darurat selama dua minggu ke depan.

"Beirut menangis, Beirut menjerit, orang-orang histeris dan orang-orang lelah," kata pembuat film Jude Chehab kepada BBC, dan memintah pihak yang bertanggung jawab untuk diadili.

Chadia Elmeouchi Noun, seorang warga Beirut yang saat ini dirawat di rumah sakit, mengatakan, "Saya tahu bahwa selama ini kita dipimpin oleh orang-orang yang tidak kompeten, pemerintah yang tidak kompeten [...] Tetapi biar saya kasih tahu Anda - apa yang telah mereka lakukan sekarang benar-benar tindakan kriminal."

Sementara, pemerintah Lebanon menetapkan keadaan darurat di Beirut selama dua minggu di tengah meningkatnya korban dalam bencana yang disebut Presiden Michel Aoun sebagai "malapetaka yang sulit digambarkan dengan kata-kata".

Pertemuan darurat kabinet memutuskan langkah itu Rabu (5/8/2020) dan tahanan rumah akan diawasi oleh tentara Lebanon.

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon dengan keras menyatakan bahwa mereka bertanggung jawab atas ledakan itu akan menghadapi "hukuman maksimum".

Kepala bea cukai Badri Daher mengatakan kepada LBCI TV bahwa pihaknya telah meminta agar amonium nitrat dipindahkan dari pelabuhan, namun hal itu "tidak pernah terlaksana dan kami tinggalkan masalah ini kepada para pakar untuk menyelidiki penyebabnya".

Para ahli di Universitas Sheffield di Inggris memperkirakan bahwa ledakan tersebut memiliki sekitar sepersepuluh dari kekuatan ledakan bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima Jepang selama Perang Dunia Kedua dan "tidak diragukan lagi merupakan salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah".

Menteri kesehatan Lebanon mengatakan jumlah korban meninggal meningkat menjadi 135 dengan korban luka sekitar 5.000 orang.

Ia menambahkan seperti dikutip Al Manar TV, sejumlah orang masih hilang.

Menteri Perekonomian Raoul Nehme menggambarkan situasinya seperti "kiamat".

"Sebelum kejadian ini, kami dalam situasi yang sangat buruk. Anda tahu, kami meminta bantuan Dana Moneter Internasional, dan jika sekarang Anda melihat foto-foto yang beredar, pelabuhan telah hancur.

"Dan tak satu pun rumah, saya katakan lagi, tak satu pun rumah, tak satu pun toko, tak satu pun apartemen, yang tidak rusak. Ini seperti kiamat dan di sekitar pelabuhan, tak ada yang tersisa," kata Nehme.

Ia mengatakan di lokasi ledakan, semuanya hancur dan terlempar ke laut.

"Kami punya sebidang tanah dan sekarang tanah itu lenyap. Kerugiannya mungkin miliaran dolar, tapi kami belum menghitungnya secara pasti."

Petugas penyelamat mengais puing-puing di seputar daerah pelabuhan dan mencari puluhan orang yang masih hilang akibat ledakan Selasa (4/8/2020).

Kabinet telah meminta pasukan keamanan untuk menjamin tidak ada yang masuk ke lokasi ledakan.

Para petugas juga merencanakan untuk membangun kamar-kamar jenazah di Beirut karena rumah sakit yang kewalahan menyusul ledakan itu.

Upaya-upaya penyelamatan dan bantuan

Pasukan keamanan telah menyegel daerah di sekitar lokasi ledakan, dan tim penyelamat terus melakukan pencarian korban meninggal dan yang masih selamat di bawah puing-puing, sementara itu kapal melakukan pencarian di air lepas pantai. Puluhan orang dikabarkan masih hilang.

Menteri Kesehatan Masyarakat Hamad Hassan mengatakan fasilitas kesehatan Lebanon kekurangan tempat tidur dan tidak memiliki peralatan yang cukup untuk merawat korban terluka dan kritis.

Sebanyak 300.000 orang kehilangan tempat tinggal akibat ledakan itu, kata Gubernur Beirut Marwan Aboud.

Marwan Aboud mengatakan kepada BBC: "Beirut membutuhkan makanan, Beirut membutuhkan pakaian, rumah, bahan untuk membangun kembali rumah. Beirut membutuhkan tempat bagi para pengungsi, untuk rakyatnya."

Sejumlah negara telah menawarkan bantuan kemanusiaan. Tiga pesawat Prancis akan tiba membawa 55 tim penyelamat, peralatan medis, dan klinik keliling untuk merawat 500 orang, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan berkunjung pada hari ini, Kamis (6/8/2020).

Uni Eropa, Rusia, Tunisia, Turki, Iran dan Qatar mengirim pasokan bantuan. Inggris juga siap mengirim ahli medis dan bantuan kemanusiaan, kata Menteri Luar Negeri Dominic Raab.

Amonium nitrat seberat hampir 3.000 ton itu dilaporkan telah berada di gudang di pelabuhan Beirut selama enam tahun setelah diturunkan dari kapal yang disita pada 2013.

Kepala pelabuhan Beirut dan kepala otoritas bea cukai mengatakan kepada media setempat bahwa mereka telah menulis surat kepada pengadilan beberapa kali meminta agar bahan kimia itu diekspor atau dijual untuk memastikan keamanan pelabuhan.

Manajer Umum Pelabuhan Hassan Koraytem mengatakan kepada OTV bahwa mereka telah mengetahui bahwa bahan itu berbahaya ketika pengadilan pertama kali memerintahkannya disimpan di gudang, "tetapi tidak sampai tingkat ini".

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon telah berjanji bahwa mereka yang dianggap bertanggung jawab akan menghadapi "hukuman maksimum".

Menteri Ekonomi Raoul Nehme mengatakan kepada BBC: "Saya pikir itu adalah ketidakmampuan dan manajemen yang sangat buruk dan ada banyak tanggung jawab dari manajemen dan mungkin pemerintah sebelumnya."

"Kami tidak bermaksud setelah ledakan seperti itu untuk tetap diam pada siapa yang bertanggung jawab," ujarnya kemudian

Tahanan rumah akan berlaku untuk semua pejabat pelabuhan "yang telah menangani urusan penyimpanan amonium nitrat, menjaganya dan menangani dokumennya" sejak Juni 2014, kata Menteri Informasi Manal Abdel Samad.

'Malapetaka dan kiamat yang sulit digambarkan'

Seluruh kota terguncang akibat ledakan dan kepulan asap menyerupai jamur dapat terlihat menyebar di kawasan pelabuhan.

"Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkan malapetaka yang menghantam Beirut tadi malam dan menjadikan ibu kota sebagai kota bencana," kata Presiden Aoun dalam pertemuan menteri seperti dikutip kantor berita Lebanon.

"Kami bertekad untuk melakukan investigasi dan mengungkap apa yang terjadi secepat mungkin dan menyeret yang bertanggung jawab serta menjatuhkan hukuman paling berat," tambahnya.

Presiden juga menyatakan terima kasih kepada para petugas penyelamat serta warga sipil yang langsung ikut membantu.

Media menyebut sebagai Beirutshima

Sementara itu, mantan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri menyerukan investigasi dan mengutip media lokal yang menyamakan ledakan seperti bom atom di Hiroshima, Jepang pada Perang Dunia II dan menyebutnya sebagai "Beirutshima".

Saat mengunjungi lokasi ledakan, Hariri mengatakan, "Harus ada investigasi, kami akan meminta bantuan, kami punya banyak negara sahabat yang siap membantu, sehingga kita bisa mengetahui apa yang terjadi, bagaiamana ledakan ini terjadi, yang oleh media digambarkan sebagai Beirutshima. Lihatklah apa yang terjadi sekarang ini."

Presiden Michel Aoun mengatakan ledakan disebabkan oleh 2.750 ton amonium nitrat yang disimpan tanpa pengamanan di gudang.

Bencana ini terjadi di tengah kondisi perekonomian negara yang telah mengalami krisis dan juga pandemi Covid-19.

Amonium nitrat digunakan sebagai pupuk dalam pertanian dan juga sebagai bahan peledak.

Aoun mengadakan pertemuan kabinet Rabu dan mengatakan keadaan darurat selama dua minggu akan ditetapkan.

Lebanon menetapkan masa berkabung tiga hari mulai Rabu ini.

Ledakan dasyat menyebabkan sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal, kata Gubernur Beirut Marwan Aboud, kepada kantor berita AFP.

Aboud menambahkan kerugian akibat ledakan diperkirakan antara US$3 miliar dan US$5 miliar atau sekitar Rp43 triliun sampai Rp73 triliun dengan kerusakan setengah dari kota Beirut.

Foto-foto dari kota menunjukkan jalan-jalan yang hancur dan warga membagi foto-foto kondisi rumah mereka yang hancur.

Wawancara saat ledakan terjadi

Wartawan BBC Arab Maryem Toumi melakukan wawancara video di Beirut dengan pejabat energi terbarukan Moroko pada saat ledakan terjadi.

Video di atas menunjukkan Toumi - yang selamat - terjungkal akibat dasyatnya ledakan.

Semua staf BBC di Beirut dilaporkan selamat.

Antisipasi kesulitan pasok makanan, seorang WNI luka-luka

Sebelumnya Duta Besar Indonesia untuk Lebanon, Hajriyanto Thohari, mengatakan pihaknya mengantisipasi kesulitan pasokan makanan dalam beberapa hari mendatang setelah ledakan dahsyat itu.

Ia mengatakan sekitar 70 persen barang-barang impor Lebanon, termasuk makanan dan kebutuhan pokok lainnya, datang melalui lokasi terjadinya ledakan.

"Yang paling utama adalah dampak ekonomi karena untuk beberapa hari ke depan [pasokan] pasti terganggu," kata Hajriyanto BBC Indonesia, melalui telepon pada Rabu (5/8/2020).

Untuk itu, ia mengatakan pihaknya mengimbau para WNI, terutama mereka yang tinggal di Beirut, untuk memperhatikan stok makanan.

Ia menambahkan pihak KBRI akan memberikan bantuan bagi mereka yang kesulitan mengakses pasokan makanan.

"Kita selama pandemi Covid-19 memang sudah memberi bantuan secara periodik. Kami akan segera, dengan memperhatikan jadwal dan waktu, memberi bantuan yang disesuaikan dengan perkembangan baru ini," ujarnya.

Selain fokus pada dampak ekonomi, Hajriyanto mengatakan pemerintah Lebanon tengah mengantisipasi kemungkinan dampak kimiawi dari ledakan amonium nitrat itu.

Menurut keterangannya, gudang yang meledak itu adalah tempat penyimpanan bahan-bahan amonium nitrat yang digunakan untuk keperluan industri.

"Bahan itu harus dijaga ketat. Tidak tahu bagaimana ada info, terkena api. Sampai hari ini belum ada informasi bahwa itu adalah tindakan terorisme, tapi kecelakaan," kata Hajriyanto.

Saat kejadian ledakan, Hajriyanto menceritakan, ia dan staf di KBRI- yang jaraknya sekitar delapan kilometer dari lokasi kejadian- merasa seperti sedang terjadi gempa bumi dan ledakan yang sangat dekat.

"Gorden-gorden itu jatuh," ujarnya.

Berbagai laporan menyebutkan ledakan itu terdengar sampai ke Nicosia sejauh 240 kilometer di Siprus. Guncangannya, menurut catatan sejumlah pakar seismologi, setara dengan gempa magnitudo 3,3.

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, mengatakan ada satu orang warga negara Indonesia yang luka namun kondisi sudah stabil.

"Ada satu WNI yang mengalami luka-luka (inisial NNE). Staf KBRI sudah berkomunikasi melalui video call dengan yang bersangkutan. Kondisinya stabil, bisa bicara dan berjalan. Yang bersangkutan sudah diobati oleh dokter rumah sakit dan sudah kembali ke apartmennya di Beirut," kata Faizasyah.

Korban luka dari Indonesia adalah pekerja migran, tambahnya.

Hajriyanto Thohari, mengatakan WNI yang mengalami luka tersebut adalah seorang perempuan yang berada di kawasan Jal El Dib, sekitar delapan kilometer dari Pelabuhan Beirut.

"Luka sudah dijahit oleh dokter. Saat ini sudah pulang dan berada di apartemen bersama empat WNI lainnya di Jal El Dib," sebut Hajriyanto dalam pesan tertulis kepada BBC Indonesia, Rabu (05/08).

Di Lebanon, terdapat total 1.447 WNI, 213 di antaranya masyarakat dan keluarga besar KBRI dan 1.234 TNI anggota kontingen Garuda.

Menurut Hajriyanto, KRI Sulthan Hasanuddin 366—yang bertugas sebagai Kontingen Garuda Satgas MTF dalam UNIFIL—terkonfirmasi aman karena sedang berlayar di Mersin, Turki.

Sementara itu, Hamzah Assuudy Lubis, presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, mengatakan kepada BBC Indonesia bahwa "ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik".

Dia dan beberapa teman sesama mahasiswa tinggal di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.

Secara terpisah, mahasiswa Indonesia lain bernama Fitrah Alif melalui akun Twitternya menulis, "65 mahasiswa terpantau aman lagi pada rebahan di kasur asrama masing-masing."

"Saya lagi di asrama di kota Tripoli, sekitar 80 kilometer dari Beirut dan tidak terasa guncangan, namun teman yang tinggalnya 8 km dari titik ledak, dia merasa seperti gempa, terasa getarannya," kata Fitrah kepada BBC Indonesia.

WNI di Beirut diminta tidak keluar kota selama status darurat

Beberapa jam setelah ledakan Hamzah mengatakan keadaan kini sudah tampak normal. Namun, penyebab ledakan masih simpang-siur dan hal itu membuat sejumlah mahasiswa khawatir, katanya.

"Kami dapat kabar masih belum jelas kenapa penyebabnya. Kalau ledakan itu disengaja itu kan mungkin bisa menyebabkan perang, dan sebagainya di Lebanon. Itu yang kami takutkan, kalau terjadi sesuatu yang tidak disenangi, kami bisa direpatriasi," ujarnya kepada BBC Indonesia, Rabu (05/08).

Saat ini para WNI, terutama yang di Beirut, diminta untuk tidak mendekati lokasi ledakan.

Mereka yang di Beirut juga diminta tidak keluar kota selama status darurat.

Saat ini, Hamzah mengatakan para mahasiswa Indonesia di Lebanon tengah menggalang bantuan bagi mereka yang terdampak ledakan di negara itu.

"Kita tidak turun ke lapangan, tapi akan kami sampaikan ke Palang Merah Lebanon," paparnya.

Tersimpan di gudang 2.750 ton amonium nitrat

Para pejabat menuding adanya bahan peledak yang disimpan di gudang selama enam tahun.

Kepala Keamanan Umum, Abbas Ibrahim, mengatakan "bahan berdaya ledak tinggi" hasil sitaan beberapa tahun sebelumnya disimpan dalam gudang tersebut.

Perdana Menteri Hassan Diab mengatakan adanya 2.750 ton amonium nitrat - bahan untuk pupuk dan peledak - disimpan di gudang "tidak dapat diterima."

"Saya tidak akan diam sampai kita menemukan orang yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi, sehingga kita dapat meminta pertanggung jawaban dan menerapkan hukuman paling berat," kata perdana menteri dalam akun Twitter resminya.

"Tidak dapat diterima ada 2.750 amonium nitrat disimpan di gudang selama enam tahun, tanpa adanya langkah pengamanan sehingga membahayakan keselamatan warga."

Apa itu amonium nitrat?

Amonium nitrat punya banyak kegunaan, namun dua manfaat yang paling umum adalah sebagai pupuk pertanian dan peledak.

Zat tersebut sangat mudah meledak ketika bersentuhan dengan api—dan ketika meledak, amonium nitrat bisa melepaskan sejumlah gas beracun, termasuk nitrogen oksida dan gas amonia.

Karena mudah meledak, ada sejumlah aturan ketat dalam menyimpan amonium nitrat secara aman. Ragam aturan tersebut meliputi tempat penyimpanan yang tahan api, tidak boleh ada lubang drainase, pipa-pipa, atau saluran lain yang dapat menumpuk amonium nitrat sehingga menciptakan bahaya ledakan tambahan.

Rumah sakit kewalahan

Rumah sakit rumah sakit dilaporkan kewalahan dan banyak gedung yang hancur.

Seorang petugas medis mengatakan sebanyak 200 hingga 300 orang telah dilarikan ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit.

"Saya tidak pernah yang seperti ini. Mengerikan," kata petugas bernama Rouba, kepada kantor berita Reuters.

Wartawan BBC di Beirut, Sunniva Rose mengatakan seluruh kota tampak menghitam.

"Mengendarai menyusuri Beirut menjelang malam, benar-benar berantakan. Jalan-jalan penuh dengan kaca, sulit untuk ambulans lewat, banyak batu-batu, bongkahan semen, rumah-rumah ambruk," kata Rose.

"Flat saya juga rusak. Kaca berserak. Kerusakan begitu dasyat. Bahkan satu mal yang berjarak dua kilometer dari tempat ledakan, seluruh bagian depan hancur. Kerusakan bukan hanya di pelabuhan, seluruh Beirut terhantam," katanya lagi.

Staf kedutaan Jerman di Beirut termasuk korban luka dalam ledakan, kata kementerian luar negeri Jerman.

"Kami terkejut melihat foto dari Beirut. Kolega di kedutaan kami termasuk korban luka," kata kedutaan dalam pesan di Twitter.

Video dari lokasi kejadian memperlihatkan asap tebal membumbung ke angkasa setelah ledakan pertama.

Kemudian terjadi ledakan kedua yang jauh lebih besar yang tampaknya menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya.

Media setempat mengatakan orang-orang terjebak di bawah reruntuhan.

Diperlihatkan pula mobil-mobil dan bangunan di sekitarnya yang rusak parah.

Salah seorang saksi mata kepada BBC mengatakan ledakannya begitu besar hingga mengira ia akan tewas. Ledakannya sangat memekakkan telinga, katanya.

'Seperti gempa'

Hamzah Assuudy Lubis, Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia di Lebanon, menuturkan kepada BBC Indonesia

Saat ledakan terjadi, saya dan teman teman sedang berada di rumah mahasiswa yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian, yaitu Pelabuhan Beirut.

Suasana di sini sangat mencekam, ambulans mondar mandir, masyarakat panik mencari perlindungan, dan takut akan adanya ledakan susulan.

Ledakan awalnya kami rasakan seperti gempa kurang lebih 10 detik. Kami tinggal di salah satu apartemen di daerah Barbir, Beirut, yang berjarak kurang lebih empat kilometer dari lokasi kejadian.

Setelah merasakan goncangan, kami turun lewat tangga agar tidak terkena reruntuhan.

Sesampainya di bawah, kami melihat keadaan sudah mencekam. Salah satu orang lokal bilang kepada kami agar naik kembali ke apartemen agar tidak terkena ledakan susulan.

Kondisi apartemen sendiri beberapa kaca pecah dan dinding retak.

Hadi Nasrallah, penduduk Beirut

Saya melihat api, tapi saya belum tahu akan ada ledakan. Kami masuk ke dalam. Tiba-tiba saya kehilangan pendengaran karena sepertinya saya terlalu dekat. Saya kehilangan pendengaran selama beberapa detik, saya tahu ada sesuatu yang salah.

Dan tiba-tiba kaca mobil pecah begitu saja, kaca mobil-mobil di sekeliling kami, toko-toko, gedung-gedung. Kaca-kaca berjatuhan dari semua gedung.

Di seluruh Beirut, semua orang menghubungi satu sama lain dari wilayah yang terpaut beberapa kilometer dan mereka merasakan hal yang sama, kaca pecah, bangunan bergetar, dan ledakan keras.

Sebenarnya kami terkejut karena biasanya ketika ledakan terjadi, hanya satu area yang mengalami kejadian seperti itu. Namun kali ini semua Beirut, bahkan wilayah-wilayah di luar Beirut.

Sunniva Rose, wartawan

"Mengemudi ke Beirut pada awal malam, ketika masih ada cahaya, benar-benar kacau. Jalan-jalan tertutup oleh kaca. Sulit bagi ambulans-ambulans untuk melaju - ada batu bata, onggokan semen. Rumah-rumah ambruk.

"Ketika saya sampai di pelabuhan, tempat itu ditutup oleh tentara. Tentara meminta kami menjauh kalau-kalau ada ledakan kedua.

"Masih ada kepulan asap di langit sampai larut malam. Seluruh kota hitam kelam. Sangat sulit berjalan, orang-orang bersimbah darah. Saya melihat seorang perempuan berusia 86 tahun ditangani dokter yang baru keluar rumah membawa peralatan P3K. Mobil-mobil ringsek akibat batu-batu. Rumah-rumah bergaya kuno dengan potongan batu-batu besar ambruk ke jalan.

"Di flat saya keadaannya kacau sekali, semua kaca pecah. Skala dari kerusakan ini esktrem. Bahkan mal yang berjarak dua kilometer, seluruh bagian depan gedung hancur."

Hari berkabung nasional, dan kondisi darurat dua minggu
Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengumumkan Rabu (05/08) dan dua hari berikut sebagai hari berkabung nasional.

Para pejabat mengatakan korban luka-luka "akan sangat tinggi jumlahnya."

Pertemuan Dewan Pertahanan Nasional yang dipimpin Presiden Michael Aoun merekomendasikan pemerintah menetapkan "kondisi darurat dua minggu" di ibu kota Beirut dalam pertemuan kabinet Rabu (05/08).

Presiden Aoun juga mengatakan pemerintah akan menggelontorkan dana darurat sebesar 100 miliar lira (Rp972,1 miliar).

Gerakan Hezbollah Lebanon menyerukan kesatuan nasional menyusul ledakan yang disebut "tragedi besar nasional."

"Tragedi dan kerusakan yang belum pernah kita saksikan sebelumnya...memerlukan solidaritas dan kesatuan dari seluruh rakyat Lebanon, berbagai pelaku politik," kata Hezbollah dalam satu pernyataan.

Kepala rumah sakit Universitas di Beirut, Dr Firass Abiad, mengatakan kepada BBC, sebagian besar korban luka karena pecahan kaca.

"Ruang gawat darurat sedikit kacau. Kami banyak menerima korban luka, sebagian besar korban luka akibat pecahan kaca yang terjadi akibat ledakan," kata Dr Abiad.

Media lokal menerbitkan seruan donasi darah yang diminta berbagai rumah sakit yang kewalahan merawat korban.

Bagaimana reaksi negara-negara lain?

Sesaat setelah kejadian ini, Perdana Menteri Lebanon menyeru kepada dunia internasional untuk membantu negaranya.

"Saya menyampaikan permohonan yang mendesak kepada negara-negara sahabat dan bersaudara...untuk mendampingi Lebanon dan membantu kami memulihkan luka-luka mendalam kami," kata Hassan Diab.

PM Inggris, Boris Johnson, mencuit: "Foto-foto dan video-video dari Beirut malam ini sungguh mengejutkan. Semua doa dan pikiran saya tertuju pada mereka yang terdampak dalam insiden nahas ini.

"Inggris siap menyediakan sokongan dalam bentuk apapun yang kami bisa, termasuk kepada warga Inggris yang terimbas."

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyampaikan simpati mendalamnya atas kejadian yang dia sebut "serangan mengerikan".

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, kemudian menawarkan bantuan dalam cuitannya: "Kami memantau dan siap membantu rakyat Libanon selagi mereka bangkit dari tragedi mengerikan ini."

Pemerintah Prancis menyatakan telah mengirimkan bantuan dan berbagai sumber daya ke Lebanon.

Sementara, menurut cuitan Menlu Iran Mohammad Javad Zarif, Iran akan "memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang diperlukan."

Kemudian Arab Saudi mengutatakan solidaritasnya dengan Lebanon.

Israel menyatakan telah "menghampiri Lebanon melalui saluran diplomasi dan keamanan internasional dan menawarkan bantuan kemanusiaan dan medis ke pemerintah Lebanon".

Bagaimana situasi di Lebanon?

Ledakan terjadi ketika Lebanon tengah dililit krisis ekonomi, situasi yang memicu ketegangan politik.

Warga turun ke jalan memprotes cara pemerintah menangani krisis ekonomi terburuk sejak perang saudara 1975-1990.

Terjadi pula ketegangan di perbatasan dengan Israel, yang mengatakan pekan lalu mereka menggagalkan upaya kelompok Hizbullah memasuki wilayah mereka.

Namun, seorang pejabat senior Israel mengatakan kepada BBC bahwa "Israel tidak terlibat" dalam ledakan di Beirut.

Analis Timur Tengah BBC, Sebastian Usher, mengatakan ledakan ini mengingatkan orang akan bom yang menewaskan anggota parlemen dan mantan perdana menteri Rafik Hariri pada 2005.

Pada Jumat (07/08) mendatang, pengadilan akan menjatuhkan putusan atas peristiwa pembunuhan Hariri tersebut. Hariri adalah politisi Sunni kenamaan yang menyerukan agar Suriah mundur dari Lebanon.

Sejak awal perang saudara pada 1976, Suriah menempatkan tentara di negara ini.

Pembunuhan membuat puluhan ribu warga turun ke jalan-jalan memprotes pemerintah Lebanon yang pro-Suriah.

https://www.kompas.com/global/read/2020/08/07/141312270/warga-lebanon-menangis-menjerit-histeris-dan-marah-atas-kelalaian

Terkini Lainnya

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Hezbollah Tembakkan Peluru Kendali ke Israel

Global
Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke