Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ketidaksetaraan Ras di Inggris Picu Peningkatan Kasus Kematian akibat Covid-19

LONDON, KOMPAS.com - Pemerintah Inggris telah didesak untuk mengakui bahwa ras dan ketidaksetaraan ras adalah faktor risiko untuk Covid-19 setelah penelitian Guardian mengungkapkan bahwa etnis minoritas (kulit hitam) di Inggris yang sekarat memiliki jumlah yang sangat tinggi dibandingkan dengan orang kulit putih.

Orang-orang dari kelompok minoritas ini secara umum memiliki angka kematian tinggi akibat virus corona, sebanyak 27 persen yang membenarkan ketakutan terburuk dari para pegiat kampanye yang mengatakan sekarang tidak ada pertanyaan tentang jumlah korban yang berlebihan.

Analisis Guardian menemukan bahwa dari 12.593 pasien yang meninggal di rumah sakit hingga 19 April, 19 persennya adalah orang berkulit hitam, orang Asia dan etnis minoritas (BAME) meski pun kelompok-kelompok ini hanya 15 persen dari populasi umum di Inggris.

Dan analisis mengungkapkan bahwa tiga wilayah London dengan populasi BAME tinggi adalah Harrow, Brent dan Barnet.

Termasuk di antara lima otoritas lokal dengan tingkat kematian tertinggi di rumah sakit dan masyarakat.

Temuan ini mengonfirmasi kecurigaan laporan lokal, tingkat rawat inap dan bukti dari negara lain, bahwa kelompok minoritas memang menghadapi risiko terbesar.

Dan mereka menunjukkan untuk pertama kalinya bahwa daerah dengan populasi etnis minoritas tinggi di Inggris dan Wales cenderung memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.

Meski pun belum jelas mengapa masyarakat dengan jumlah penduduk BAME yang lebih tinggi secara proporsional tampak kritis dengan tingkat yang lebih tinggi, seorang pakar kesehatan masyarakat dan etnis mengatakan bahwa perampasan sosial adalah indikator terkuat untuk kematian itu karena meningkatnya beban penyakit yang mendasarinya.

"Ada ketidaksetaraan kesehatan yang ada dalam populasi (BAME) tetapi apa yang tercermin dalam pandemi ini adalah bahwa ketidaksetaraan itu benar-benar muncul," kata Wasim Hanif, profesor diabetes dan endokrinologi di University Hospital Birmingham.

Dia menambahkan, "Kematian terjadi dalam kaitannya dengan komplikasi yang berhubungan dengan diabetes sepanjang waktu, seperti dengan penyakit kardiovaskular dan kanker, tetapi mereka tidak pernah menjadi berita utama dan itulah dampak yang kita lihat sekarang."

Penemuan ini yang sejalan dengan kekhawatiran lain terkait rasio kematian di antara petugas medis BAME berdasar pada dua set data dan dua kumpulan analisis.

Salah satunya berasal dari NHS dan mencakup kematian di rumah sakit-rumah sakit di Inggris sampai 19 April.

Penemuan itu didasari dari angka-angka baru dari kantor Statistik Nasional yang memecah angka kematian dengan otoritas lokal sampai 3 April. Memungkinkan pencocokan kematian dengan data polusi, usia, perampasan, kepadatan populasi dan populasi BAME di Inggris dan Wales untuk pertama kalinya.

Sebagian besar penduduk BAME diduga kuat menjadi korban kematian yang disebabkan oleh Covid-19.

Analisis menunjukkan bahwa setiap 10 persen peningkatan warga etnis minoritas, terdapat 2.9 lebih kematian akibat Covid-19 per 100.000 orang.

Penelitian Guardian menghitung pengaruh faktor lain termasuk faktor kepadatan populasi dan usia yang menjelaskan hanya sebagian dari korelasi antara etnisitas dan rasio kematian.

Dr Zubaida Haque, wakil direktor Runnymede Trust mengatakan bahwa, "Analisis Guardian mengonfirmasi kekhawatiran kami. Sebelumnya kami berpikir bahwa orang dengan kulit berwarna lebih mudah mengalami sakit kritis akan Covid-19 dibandingkan orang kulit putih.

Dan kini kita jelas tahu bahwa orang-orang BAME memang lebih memiliki risiko kematian akan Covid-19. Penyakit Covid-19 kian memperjelas ketidaksetaraan rasial.

Dr Haque juga menambahkan kalau pemerintah Inggris seharusnya menyadari bahwa ras dan ketidaksetaraan rasial merupakan faktor risiko dalam wabah Covid-19.

Tingkat kemiskinan yang tidak proporsional, ketidakamanan, upah rendah, dan seringkali dilakukan oleh keyworker (pekerja di bidang pelayanan seperti perawat, polisi. Istilah ini lazim digunakan di Inggris), ditambah kondisi yang buruk, perumahan yang penuh sesak.

Keseluruhan itu menempatkan etnis minoritas jauh lebih berisiko terhadap infeksi Covid-19.

Setelah diprotes, Pemerintah Inggris mulai kaji data

Setelah protes publik, pemerintah Inggris mulai merilis data statistik resmi tentang etnis.

Pada Senin, Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris merilis rincian kematian akibat virus corona yang dialami oleh etnis minoritas untuk pertama kalinya.

Berdasarkan hal itu dan informasi yang diberikan kepada pihak berwenang setempat, tampak bahwa wilayah London dan Harrow di London memiliki angka kematian tertinggi, masing-masing sekitar 37 dan 32 kematian per 100.000 penduduk.

Di Harrow 58 persen penduduk adalah warga non-kulit putih, sedangkan di Brent angkanya adalah 64 persen.

Lakeland Selatan, di Cumbria, memiliki tingkat kematian sebanyak 29 kematian per 100.000 orang. Ini adalah daerah pedesaan yang sebagian besar didominasi kulit putih dan merupakan daerah terpencil.

Dawn Butler, MP Buruh untuk Brent Central, menggambarkan temuan Guardian sangat memprihatinkan.

Dia juga menambahkan, "Ini adalah waktu yang sangat emosional karena setiap hari kita berbicara dengan keluarga yang kehilangan orang yang dicintai atau yang memiliki orang yang dicintai di rumah sakit dan tidak bisa pergi untuk melihat mereka.

(wabah) ini mengambil korban serius dalam sebuah komunitas di mana Anda juga memiliki kehidupan antar generasi dengan kelompok keluarga - cucu, orang tua dan anak-anak - semuanya hidup dalam satu rumah tangga."

Terlepas dari Lakeland Selatan dan Hertsmere yang berada di luar London dan berbatasan dengan Harrow dan Barnet, sebanyak 10 wilayah dengan tingkat kematian tertinggi semuanya adalah perkotaan, dan tujuh lainnya memiliki populasi BAME yang lebih tinggi daripada rata-rata.

Karena kematian berdasarkan etnis tidak dibandingkan dengan populasi lokal, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sampai sejauh mana kematian minoritas terwakili secara berlebihan.

London dan West Midlands menyumbang 46 persen dari kematian dalam data set.

Di London, dua dari lima orang berasal dari latar belakang etnis minoritas, sedangkan di West Midlands seperlimanya adalah non-kulit putih.

Analisis ini didasarkan pada kasus kematian pertama sebanyak 5.186 akibat Covid-19 yang dicatat dalam sertifikat kematian hingga 3 April dan menunjukkan kasus kematian di rumah sakit dan di masyarakat.

Karena data terus diperbarui, beberapa area dalam data memiliki jumlah kematian yang rendah dan penemuan dapat berubah karena semakin banyak kasus kematian yang didaftarkan.

Kurangnya rincian lebih lanjut tentang apa yang membentuk tinjauan pemerintah telah diserang oleh Menteri bayangan bidang Kesetaraan, Marsha de Cordova.

Dia menyerukan penyelidikan independen terhadap dampak Covid-19 pada komunitas BAME, untuk mengatasi kesenjangan kesehatan, ekonomi dan sosial.

Dia berkata, “Sangat mengecewakan pemerintah belum berkomitmen untuk ini dan telah gagal berbagi rincian pekerjaannya sampai saat ini.

Kurangnya transparansi dan tindakan ini mempertaruhkan nyawa. NHS dan Kesehatan Masyarakat Inggris harus segera memublikasikan data yang mereka pegang, dan pemerintah harus mulai menangani ketidaksetaraan sosial-ekonomi yang mendasarinya sehingga mereka tidak diperburuk selama beberapa bulan ke depan. "

Seorang juru bicara Departemen Kesehatan dan Perawatan Sosial mengatakan, "Kematian akibat penyakit ini adalah tragedi dan kami bekerja sangat keras, siang dan malam, untuk melindungi kesehatan masyarakat."

https://www.kompas.com/global/read/2020/04/23/132512470/ketidaksetaraan-ras-di-inggris-picu-peningkatan-kasus-kematian-akibat

Terkini Lainnya

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Menlu Turkiye Akan Kunjungi Arab Saudi untuk Bahas Gencatan Senjata di Gaza

Global
Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Vatikan dan Vietnam Akan Menjalin Hubungan Diplomatik Penuh

Internasional
New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

New York Kembalikan 30 Artefak yang Dijarah ke Indonesia dan Kamboja

Global
Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke