Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akibat Virus Corona, Pemakaman di Italia Diiringi Kekhawatiran dan Kesunyian

Wilayah Lombardia di Italia Utara adalah salah satu yang dampaknya terparah akibat penyebaran virus corona Covid-19.

Akibatnya, peti mati jenazah harus diangkut truk-truk militer, karena saking banyaknya yang meninggal.

"Jika ini terus berlangsung selama enam bulan, kami harus menyiapkan tempat untuk kuburan massal," kata Carlo Rossini, seorang pekerja di Lembaga Pemakaman La Bergamasca, dikutip dari Aljazeera.

Italia adalah pusat penyebaran virus corona di Eropa, dengan lebih dari 47.000 kasus infeksi sampai Sabtu (21/3/2020).

Jumlah kematian di Negeri "Pizza" meningkat drastis, melampaui jumlah korban di China, tempat virus ini berasal.

Pada Jumat (20/3/2020) Italia mencatatkan angka kematian tertinggi dalam sehari, yakni 627 dalam 24 jam.

Kenaikan ini adalah yang tertinggi sejak virus masuk Italia pada akhir Februari, dan membuat jumlah korban menjadi 4.032 di negara pimpinan Giuseppe Conte tersebut.

Akan tetapi, jumlah korban tewas yang sebenarnya bisa jadi lebih tinggi dari laporan resmi.

"Ada sejumlah besar orang yang kematiannya tidak dikaitkan dengan virus corona, karena mereka meninggal di rumah atau panti jompo, sehingga mereka tidak di-swab," kata Giorgio Gori, Wali Kota Bergamo, dikutip dari Reuters.

Gori menunjukkan ada 164 kematian di kotanya dalam 15 hari pertama Maret tahun ini, yang 31 di antaranya disebabkan virus corona.

Ini jelas peningkatan drastis, karena di periode yang sama tahun lalu ada 56 kematian.

"Ada sekitar 25 jenazah yang perlu (dikubur) dan 25 yang harus dikremasi, setiap hari," kata Giulio Dellavita, Sekretaris Keuskupan Lokal.

"Bahkan dengan krematorium bekerja 24 jam, kita tidak mampu mengurus lebih dari 40 per hari," imbuhnya.

Mereka yang disayang tiba-tiba "menghilang"

Rossini yang bekerja 10 tahun di La Bergamasca, mengatakan lembaga pemakaman ini menawarkan layanan di seluruh provinsi Bergamo.

Baik dia maupun rekan-rekannya yang lebih tua tidak pernah menyaksikan sesuatu yang serupa pandemi saat ini.

Sejak awal bulan Maret, Rossini telah mengubur 95 orang. Tidak ada ritual apa pun bagi mereka semua yang dimakamkan.

Sebab, aturan karantina telah diterapkan pemerintah Italia selama masa lockdown berlangsung sampai 3 April mendatang.

"Pemakaman menghadirkan risiko yang sama dengan pertemuan lainnya."

"Saya punya pasien yang tertular virus pada sebuah upacara di Puglia," kata Alessandro Grimaldi, Kepala Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit L'Aquila.

Ketika seorang pasien yang terinfeksi virus corona meninggal di rumah sakit, tubuhnya disegel langsung di dalam peti mati, dan dikuburkan.

Jika keluarga belum dikarantina, mereka bisa bergabung dengan pastor paroki setempat yang dilindungi dengan sarung tangan serta masker, dan mengucapkan doa singkat sebelum pemakaman.

Kalau tidak, mereka harus menunggu sampai krisis selesai dan lockdown dicabut, untuk mengucapkan perpisahan terakhirnya.

Di negara yang sangat Katolik seperti Italia, ini adalah gangguan signifikan dalam persepsi publik dan pribadi tentang kematian.

"Yang dicintai menghilang tiba-tiba, dan ini membuka luka psikologis yang dalam," kata pastor Giulio Dellavita.

Setelah kerabat dinyatakan positif corona, siapa pun yang pernah berkontak langsung harus dikarantina selama 15 hari dan memberi tahu otoritas kesehatan setempat.

Lalu jika kondisi pasien memburuk, mungkin tidak ada kesempatan lagi untuk bertemu mereka.

"Bayangkan, Anda di rumah bersama ibu Anda, yang tiba-tiba merasa sakit. Ambulans lalu datang dan menjemputnya. Mulai sekarang, Anda tidak akan pernah melihat dan mendengarnya lagi, dan tiba-tiba Anda menerima alamat makamnya," ungkap Dellavita.

"Orang-orang mulai bertanya-tanya: Apa yang dia pikirkan, apa yang harus kukatakan? Anda tidak bisa mencerna kehilangan ini dengan benar."

Dellavita memiliki pengalaman langsung tentang fenomena baru dari kehilangan keluarga atau kerabat tercinta ini.

Dua minggu lalu salah satu saudara rohaninya jatuh sakit, dan ambulans membawanya ke rumah sakit setempat.

Dikarenakan semua saudara rohani tinggal bersama, Dellavita pun harus menjalani karantina 15 hari.

"Saat itulah aku memahami rasa sakit keluarga ini," ujarnya.

"Kami adalah komunitasnya, dan semua orang harus berdoa untuknya sendiri, karena bahkan kita tidak bisa berkumpul di rumah untuk membayar upeti sama sekali," pungkas Dellavita.

Sama seperti semua korban lainnya, saudara laki-laki Dellavita baru bisa mendapat upacara pemakaman yang layak setelah pandemi virus corona hilang.

Hingga saat itu datang, tangisan, ibadah, dan kenangan, harus menunggu gilirannya untuk dilakukan.

https://www.kompas.com/global/read/2020/03/21/140453070/akibat-virus-corona-pemakaman-di-italia-diiringi-kekhawatiran-dan

Terkini Lainnya

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Respons Cepat Emirates Airlines Tangani Kekhawatiran Penumpang Anak Tuai Pujian

Global
Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Anak Mahathir Bantah Diselidiki terkait Korupsi di Malaysia

Global
Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Dramatis, Pilot Melamar Pramugari dalam Penerbangan Polandia

Global
Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Menhan Rusia Ingin Negara Sekutunya di Asia Tingkatkan Latihan Militer

Global
Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Korea Utara Tuduh AS Politisasi Masalah HAM

Global
Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Rangkuman Hari Ke-794 Serangan Rusia ke Ukraina: Warga Latvia Diminta Siapkan Tempat Berlindung | IOC Bicara Rusia dan Israel

Global
 Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Hubungan Sesama Jenis di Irak Dapat Dihukum 15 Tahun Penjara

Global
Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Video Detik-detik Sopir Mobil Gagalkan Penjabretan di Pinggir Jalan, Pepet Motor Pelaku

Global
Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Afrika Selatan Peringati 30 Tahun Apartheid, Kemiskinan Masih Jadi Isu Utama

Global
Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Polisi Bubarkan Perkemahan dan Tangkap 192 Demonstran Pro-Palestina di 3 Kampus AS

Global
[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit 'Otak Cinta'

[UNIK GLOBAL] Perempuan 60 Tahun Menang Miss Buenos Aires | Diagnosis Penyakit "Otak Cinta"

Global
Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Hamas Rilis Video 2 Sandera yang Desak Pemerintah Israel Capai Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke