Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Rabeg, Kuliner Khas Banten Sejak Zaman Sultan Hasanuddin

Kompas.com - 28/08/2023, 18:06 WIB
Krisda Tiofani,
Yuharrani Aisyah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rabeg memiliki sejarah kuliner yang panjang, dimulai dari zaman Sultan Hasanuddin, pendiri kesultanan di Banten.

Au, pemilik generasi ketiga Rabeg Khas Serang Haji Naswi, mengatakan bahwa rabeg diambil dari nama kota di Arab Saudi, yakni Rabigh.

"Ketika Sultan Hassanudin pulang dari Ibadah Haji, ditanya oleh rakyat 'di sana makan apa?' dan dijawab makan daging kambing di Rabigh," kata Au.

Namun, rakyat justru menyimpulkan bahwa sang sultan menyantap olahan daging kambing dirabeg, bukan di Rabigh.

Alih-alih memahami Rabigh sebagai nama kota, masyarakat menganggap bahwa rabigh atau rabeg sebagai nama masakan.

Rabeg hingga kini terus dikenal sebagai olahan daging kambing khas Banten. Bentuknya mirip dengan semur, tetapi lebih ringan. 

Potongan daging kambing dimasak bersama rempah dan kecap. Kuahnya berwarna coklat pekat dan terasa manis gurih.

Rabeg tak disajikan sendirian, melainkan dihidangkan bersama nasi dan lauk. Mirip dengan ramesan.

"Nasi, rabeg, dikasih emping dan acar. Ada tambahan sambal buroq atau sambal kulit melinjo," kata Au saat ditemui Kompas.com di Festival Kuliner Serpong (FKS) 2023, Jumat (25/8/2023).

Rabeg mulanya hanya disajikan dalam acara khusus, seperti pernikahan, selametan, dan acara-acara besar Islam.

Makanan ini pun kian populer di Banten dari hari ke hari. Satu per satu penjualnya mulai bermunculan dan membuat rabeg terkenal di Banten.

Baca juga:

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com