Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Cara Cegah Sampah Pangan dan Limbah Makanan, Dimulai dari Piring Sendiri

Kompas.com - 23/10/2020, 10:39 WIB
Yana Gabriella Wijaya,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia menempati peringkat dua teratas, negara penghasil sampah pangan terbesar di dunia. 

Data tersebut tercatat dalam“Food Sustainable Index” (2018) terbitan The Economist Intellegent Unit bersama Barilla Center For Food and Nutrition Foundation.

Mirisnya, masih banyak kasus anak kelaparan atau kurang gizi di Indonesia. 

Cara mengurangi sampah pangan atau limbah makanan dapat dimulai dari piring sendiri.

Baca juga: Apa Bedanya Food Loss dan Food Waste? Limbah Makanan yang Jadi Masalah

 

Hal ini disampaikan oleh Social Progam Officer Foodban of Indonesia Ruth Helena Girsang.

"Semuanya dimulai dari piring kita diri sendiri, ibaratnya kita tahu kebiasaan makan yang kita lakukan dengan kesadaran penuh," jelas Ruth dalam ara webinar “Jangan Ada Sisa Makanan Diantara Kita” yang diadakan oleh Dinas KPKP Provinsi DKI Jakarta, Rabu (21/10/2020). 

Kesadaran penuh saat makan yang ia maksud adalah memperhatikan momen ketika membeli sampai makanan itu sampai di piring.

Kesadaran kecil seperti jumlah makanan yang hendak ditaruh dipiring dan kemampuan untuk menghabiskan makanan juga dapat meminimalisir terciptanya limbah makanan

Baca juga: Cara Simpan Spageti atau Pasta Sisa, Bisa Tahan Sampai 3 Bulan

Ruth juga mengimbau agar masyarakat mengerti batasan makanan yang hendak mereka beli, masak dan santap.

Berikut beberapa tips agar tak menciptakan sampah pangan dan limbah makanan:

1. Berbelanja

Pertama tekankan konsep belanja secukupnya. Belanja secukupnya berarti sesuai kebutuhan. Jangan belanja sesuai keinginan atau lapar mata.

“Lebih baik membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum berbelanja. Cek terlebih dahulu ada bahan makanan apa di kulkas, jika tidak ada baru membeli bahan makanan tersebut,” jelas Ruth.

Ia juga menyarankan jika masyarakat lebih baik merencanakan makanan yang mereka masak. Supaya bahan yang terbeli bisa segera dipakai dan langsung bisa diolah.

Sangat disayangkan ketika masyarakat “lapar mata” kemudian membeli banyak sayur dan buah yang akhirnya tidak termakan dan tidak terpakai. Berakhir makanan rusak dan dibuang.

Ilustrasi makanan bekuShutterstock Ilustrasi makanan beku

“Hati-hari juga jika ada promo, seperti diskon atau beli satu gratis satu. Nah itu cek kembali kalau tidak terlalu butuh lebih baik tidak usah dibeli," jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com